Angin berhebus meniup
ranting-ranting pohon membuat daun-daun yang sudah layu dan menguningan jatuh
berguguran seperti hujan. Suasana kompleks pemakaman ini sangat sunyi senyap
hanya terdengar suara angin yang berhembus. Dari kejauhan seorang anak laki-laki
berjalanan sambil membawa sebuah karangan bunga mawar putih yang masih segar
dan wangi, anak itu pun mulai memasuki kompleks pemakaman
Lalu ia mulai masuk makin dalam
komples pemakaman ini. Langkah kakinya sangat berirama. Dan mata cokelatnya mulai
mencari-cari sesuatu. Hingga ia menemukan sebuah pusran makam dan ia langsung
berlutut menaruh karangan mawar putih yang ia bawa tadi
“Yuna, aku datang” katanya lemah
“Yuna, sayangku apa kabarmu? Aku sungguh menrindukan semenjak kamu pergi aku
merasa ada sesuatu yang kurang di hidupku”
Lalu anak laki-laki itu berdoa di
pusaran makam itu sesaat “Yun, kamu tahu nggak sekarang tanggal berapa” ia
terus mengusap-usap batu nisan “sekarang tanggal empat belas kamu ingat nggak
tanggal ini? Empat belas juli satu tahun lalu”
Lalu tiba-tiba dio memejamkan
matanya
--
“Mokonya aku nggak mau!” bentak dio
kepada ibu dan ayahnya
“Dio! Kamu harus terima semuanya!”
suara ayah dio mengelegar didalam ruang tamu “kamu harus ikut pindah ke
Bandung!”
“Aku nggak mau!” dio membanting meja
“Aku nggak suka tempat itu apa itu Bandung? Kota yang menyedihkan! Kota para
lansia yang ingin menghabiskan sisi hidupnya Aku mencintai Jakarta”
“Dio! Kamu bukan anak kecil lagi” ibu Dio mencoba
melerai pertengkaran yang terjadi antara anak dan suami “Kamu harus mengerti
perkerjaan ayahmu nak!”
“Ibu, aku benar-benar menolak kali
ini maaf” suara Dio mulai melemah “aku benar-benar tidak bisa meninggalkan Jakarta aku tak bisa
meninggalkan teman-temanku!”
“DIO KAMU BUKAN ANAK KECIL LAGI! BERAPA
USIAMU? KAMU BUKAN ANAK LAKI-LAKI YANG BERUMUR TIGA TAHUN YANG MERENGEK-RENGEK
MEMINTA MAINAN” emosi ayah Dio mulai tak terkontrol “DIO INGAT KAMU SUDAH
NYARIS ENAM BELAS TAHUN! KAMU HARUS BELAJAR BERFIKIR DEWASA SEKARANG!”
Dio pun bangkit dari sofa yang ia
duduki “Iya ayah benar aku bukan anak laki-laki yang berusia tiga tahun yang
selalu merengek setiap ayah melarang ibu membelikanku sebuah mainan tapi apa
ayah tahu perasaanku?” ia berhenti sejenak “Nyaris seumur hidupku aku selalu
berpindah-pindah sekolah berganti-ganti teman bahkan seumur hidupku aku tak
pernah bisa mempunya teman dekat apalgi seorang sahabat! Apa ayah memikirkan
itu?”
Mendengar perkataan itu ayah dan ibu
Dio diam membeku mereka hanya saling bertatap-tatap penuh kebingungan
“Andai ayah dan ibu di posisiku apa
yang kalian rasakan?” tanya Dio ketus
Ibu Dio berusah mendekat kearah dio “Nak,
ibu tahu berpindah-pindah sekolah dan rumah itu sulit tapi nak tugas ayahmu
yang selalu tak menetap memaksakan ini kami lakukan kami tidak ingin seperti
ini tapi keadaan yang membuat kami seperti ini”
“memaksakan? Apa aku tak salah
dengar? Ayah dan ibu egois! Apa kalian memikirkan perasaanku selama ini?” suara
Dio naik dua oktaf “aku selama ini seperti boneka untuk kalian!”
Sebuah tamparan mendarat di pipi
kanan Dio, lalu Dio meringis kesakitan
“jaga omonganmu Dio!” maki ayah
“Haha bahkan ayahku sendiri berani menamparku”
Dio tertawa getir “Ternyata apa yang aku katakan benar ayah dan ibu hanya
menjadikan aku boneka! Boneka pajangan yang bisa di pamerkan kepada semua
orang!”
“DIO HENTIKAN!” tangan ayah mulai
mengambil ancang-acang untuk menampar Dio kembali
“Ayah udah yah sudah” ibu berusah
menahan ayah “Jaga emosimu”
“Kalian tak pernah memikirkan
perasaan saya!” dio beteriak
Lalu dio berlari kedalam kamarnya
--
Hari kepindahan Dio pun tiba,
setelah semua barang-barang dimasukan kedalam mobil dan ingin berangkat dio pun
hanya bisa pasrah atas kemauan ayahnya. Ayah dio adalah seorang tentara yang
bertugas berpindah-pindah dan sejak kecil dio pun selalu berpindah-pindah
sekolah karena hal ini
Waktu tempuh Jakarta ke Bandung
memakan waktu sekitar 3 jam perjalan berhubung saat inin sedang dalam masa
libur sekolah kota bandung pun sedang ramai di kunjungi oleh wistawan lokal
sehinggah jarak tempu 3 jam pun bertambah menjadi 5 jam
Mobil sedan tua yang di kemudikan
ayah Dio pun berjalan menujuh ke daerah lembang Bandung. Selama perjalan dio
yang duduk di sofa belakang hanya diam mentapat kearah luar jendela dengan
tatapan kosong.
Sambil mendengarkan lagu yang ia
pasang di ipodnya ia terus menatap ke arah luar jendela. Barisan pohon yang
menjulang tinggi tak mampu membuatnya merasa senang seperti mana biasanya
setiap ia mengunjungi bandung dulu
“Dio” seru ibu
“Apa?” ia melepas earphonenya
“Masih penting manggil aku?”
jawabnya ketus
“Dio!” bentak ayah
“Apa lagi?” emosi dio mulai tak
tertahankan “Apa perlu aku buka pintu mobil ini saat ayah melaju cepat!”
“Sudah hentikan” suara ibu mulai
parau “Ayah Dio tolong lah bersikap tenang! Ibu lelah melihat kalian seperti
ini!”
Lalu dio mengambil ipodnya dan
memasang earphonenya kembali dan
menambah suara volume lagu yang ia putar
Mobil sedan tua ayah dio pun
berhenti tepat disebuah rumah tua yang napak tak terurus. Cat hitam yang
melapisi pintu pagarnya sudah mulai terkelupas dan beranda rumah nampak sedikit
kotor karena banyak dedauna kering yang berguguran memenuhi beranda ini
Para petugas jasa pindahan sudah
mulai memasukan barang-barang kedalam rumah tua itu. lalu ayah dan ibu turun
dari mobil dan masuk kedalam rumah dio pun menolak saat ibunya
mememperintahkanya masuk bersama mereka dan lebih memilih tinggal di mobil
sendirian
--
Hari ini tepat tanggal empat belas
juli hari ini adalah hari sehari sebelum ulang tahun Dio dan Dio merasa hari ulang
tahunya sangat membosankan setiap tahun sumur hidupnya ia selalu melewati hari
ulang tahunnya dengan moment yang tak menenakan
Jam diding di ruang tamu menujukan
pukul sembilan pagi. Sambil membawa jaket baseball berwarna birunya Dio keluar
dari kamarnya. Di ruang tamu ia bertemu dengan ibunya yang sedang duduk bersama
ayahnya
“Apa aku boleh pinjam mobilmu?”
tanya dio acuh
Ayah yang sedang membaca koran pun
sontak terkejut
“Kamu mau kemana dio?” tanya ayah
“Hanya ingin berkeliling sejenak!”
bentak dio “Ayah tak usah khawatir aku tak kan membawa lari sedang tuamu itu”
Lalu Dio langsung mengambil kunci
mobil yang tergeletak di meja ruang tamu dan pergi keluar rumah tanpa berkata
sepatah kata pun
--
Mobil sedan yang di kemudikan dio
melaju kencang di jalan raya. Dio mengemudikan mobilnya tanpa tujuan kemana pun
di dalam pikirannya iya hanya ingin menenangkan dirinya tapi dimana tempat yang
bisa membuatnya tenang. Tiba tiba ia membelokan mobil yang ia kemudikan ke
dalam sebuah tempat paguyuban tertulis jelas di plang pintu ‘saung angklung
mang udjo’.
Ini
tempat apa? Batin dio
Tanpa pikir panjang dio pun tetap
melanjutkan untuk masuk kedalam tempat itu dan ia langsung memakirkan mobilnya
di tempat parkir. Tempat ini sangat sejuk dan asri, banyak pohon-pohon dengan
daun yang hijau nan asri menjulang tinggi. Tempat ini cukup banyak mobil-mobil
dan bus-bus yang terparkir lalu dio turun dari mobilnya dan menguncinya. Ia
terdiam sejenak. Mata kecokelatanya menatap apa yang ada di sekelilinya
Aku
tak pernah mendapatkan suasana kedamaian seperti ini bantinya
Lalu ia berjalan memasuki sebuah
bangunan semi permarnen dan bangunan itu adalah sebuah toko penjualan sovenir.
Di dalam toko ini banyak barang-barang yang berbahan dari bambu. Mulai dari
dompet hingga ada alat musik angklung di tempat ini dijual
Dio mengeliling tempat ini dengan
saksama. Ia hanya bisa berdecak kagum dengan tempat ini. Seumur hidupnya ia
belum pernah mengujungi tempat seperti ini mukin ini bayaran ketika ia
terpakasa harus meninggalkan Jakarta
“BRUKK.....” Tiba-tiba ia menabrak
sesuatu
“Aduh aduh sakit” ringis seseorang
“Eh? Aduh maaf aku nggak lihat maaf
ya maaf” lalu Dio membantu seorang gadis yang terjatuh di lantai
“Kamu punya mata nggak si? Emang
kamu nggak punya mata? Jalan seradak-sruduk aja dasar!” maki gadis yang ia
tabraknya
“Kan tadi aku udah bilang aku nggak
liat!” gerutu Dio “Kamu jangan marah-marah sama aku dong emang aku mau nabrak
kamu apa ish”
“Dasar menyebalkan” gerutu gadis itu
“Kamu sama perempuan nggak ada manisnya ya bilang ke maaf ya sambil senyum ini
malah nggak”
Tiba-tiba ponsel dio berbunyi lagu
favorite dio pun terdengar
A
flower in the spring, fallen leave in the fall.That is the paradise.A teardrop
in my face, beads of sweat in my face.That is the paradise.I am confused. I’m
at a nonplus.I am in tears. And tear me down.I am confused. That continues. But
I will enjoy those everyday.
It’s
just a feeling. It’s just a feeling.That is just a faint feeling.It’s just a
feeling. It’s just a feeling.Just the feeling changes of mind.I miss every
every everything,and anything anything beside my mind.The sun I see only sits
in dark space lighting up my world.
“Siapa lagi si menganggu aja” dumal
Dio sambil menreject ponselnya
“Eh eh itu lagu siapa?” tanya gadis
itu tiba-tiba “Kayanya aku kenal”
“Ini? Oh ini feelingnya cn blue”
jawab dio acuh “Kenapa?”
“Wahhh cn blue dugaanku betul yeah”
wajah gadis itu langsung berseri-seri “Kamu tahu band itu?”
“Tahu CN BLUE itu band korea bukan
boyband yang doyan menari aku tak menyukai itu. Mereka debut di jepang kan? Dan
karya sangat mendunia orang-orang sering menyebutnya the next the beatels from
asia” jawab dio “tapi aku bukan seorang k-popres”
“Wah hebat.”gadis itu nampak kagum
“kamu banyak tahu tentang band itu ya? Aku ingin sekali punya teman yang tahu
tentang band itu”
“Ha? Kamu suku band itu?” alis dio terangkat “Itu kan band
rock masa seorang gadis kaya kamu bisa suka band rock kaya gitu? aduh dunia ini
aneh sekali ya”
“Eh emang salah” gadis itu mulai
kesal “Lagian CN BLUE punya karya-karya yang bagus aku suka lagu mereka lagu
mereka memilik makna tersendiri dan yang pentin personilnya tampan hehehe”
Seketika suasana hening. Dio hanya
mentatap wajah gadis itu wajahnya sangat manis kulit putihnya menyerbutkan rona
merah muda yang nampak manis. Rambut cokelatnya tergerai rapi dengan pita biru
mudanya menghiasi rambutnya. Matanya yang hitam legam mengedip dengan manis
seperti bocah lima tahun. Seketika detak jatung dio tak beraturan makin lama
makin cepat.
“Hey kamu kenapa bengong” seru gadis
itu membuyarkan lamunannya
“Aduh maaf maaf” ujar dio spontan
“Eh, Yuna kamu aku cariin juga
gimana si aduh buat aku panik aja” seorang gadis tubuh tinggi datang
menghampiri mereka berdua
“Marry maaf ya” ia meminta maaf.
lalu pergi meninggalkan dio bersama gadis tinggi itu
--
Hari masuk sekolah dio pun masuk ke
sekolah barunya dengan rasa terpaksa dan menyiksa apalagi sekolah barunya jauh
dari harapanya. Dio terpakas sekolah di sebuah SMA negri di daerah lembang.
Sekolah ini cukup bagus namun, menurut dio sekolahnya yang terdahulu 2 kali
lebih bagus dari sekolah ini
Dio cukup kebingungan mencari kelas
11-ipa-1 kelasnya yang di pojokan dan ketika ia memasuki ruang kelasnya ia
nampak terkejut karena ruang kelasnya sudah ramai. Lalu pak Eri guru wali
kelasnya mengantar kedalam ruang kelas
“Anak-anak, hari ini kita kedatangan
murid baru. Murid pindahan dari jakarta” kata pak Eri
Dio hanya tersenyum getir mendengar
penjelasan dari pak Eri
“nah, Dio, kamu sialakan duduk di
sebelah yuna ya” perintah pak Eri
Yuna?
Namanya sepertinya aku kenal batin dio
“Ha? Di samping saya pak?” ujar
gadis berrambut cokelat yang duduk di pojok depan kelas
“Iya Yuna, kamu duduk sendiri
bukan?” tanya pak Eri
“Hhmmm iya si pak” lalu gadis itu
terdiam “tapi kenapa harus duduk dengan laki-laki”
“Karena hanya kursi di sebelahmu
yang kosong Yuna” kata pak eri “sudahlah Dio kamu duduk disana”
Lalu dengan cangung dio berjalan ke
arah tempat duduk gadis yang bernama yuna itu
“Eh tunggu” perintah gadis itu “kamu
itu orang yang tempo hari bukan?”
Dio yang baru duduk sambil menaru
tasnya pun kaget
“Kamu berbicara denganku?” tanya Dio
bingung
“emang ada orang yang duduk disampingku
selain kamu? Di samping kananku tembok” dumal yuna kesal
“Oh maaf maaf” dio berusah meminta
maaf dengan gadis itu
“Menyebalkan” gerutu gadis itu“kenapa
aku harus duduk sebangku dengan orang ini”
“Sorry ya”dio berusah meninta maaf
“oke” jawabnya singkat
“Boleh tahu siapa namamu?” tanya Dio
dengan suara lembut
“namaku? Namaku yuna” jawab gadis
itu “kenapa? Aku tanya kamu orang yang waktu itu kamu nggak jawab”
Alis
dio pun terangkat “ha? Emang kita pernah ketemu?”
“kamu kan yang menabraku” gerutu
yuna “yang ringtone ponselnya lagu feeling-nya cn blue kan?”
“ah iya aku ingat” teriak dio “aduh
kita satu sekolah tenyata ya hai aku dio senang bertemu dengamu yuna”
--
Semakin lama Dio dan Yuna semakin
akrab. Dio sering menghabiskan waktu bersama Yuna. Dia mengenal Yuna sebagai
gadis yang baik. Bahkan orang tua Dio begitu menyukai Yuna yang manis dan lugu.
Yuna sering berkunjung kerumah Dio begitu pun sebaliknya setiap akhir pekan
terkadang mereka sering mengerjakan tugas bersama atau pergi ke toko buku. Terkadang
yuna dan dio sering mengobrol saat jam istirahat karena merekan berdua
sama-sama menyukai satu band bahkan mereka sering di gosipkan berpacaran
dikelasnya tapi yuna nampak acuh.
“Yuna” seru Dio saat jam pelajaran
kimia sedikit lagi berakhir
“Apa Di? Man ngomong apa? Nggak enak
di liatin sama bu Sofi” elak Yuna
Dio pun merobek kertas file
campusnya dengan cekatan ia menuliskan sesuatu
‘Yun,
nanti pulang sekolah kamu sibuk nggak? Kita jalan yuk oke gimana?’
Yuna pun
langsung membalas surat dari Dio
‘Nggak juga kenapa? Kamu mau aku main
kerumahmu? Apa itu nggak merepotkan ibumu?’
“Oke nanti kita pergi ya tapi bukan
kerumahku kita ke toko buku ya” bisik Dio di telinga Yuna dan yuna hanya
mengangguk tanda setujuh
--
Bel jam tanda pulang pun berbunyi
anak-anak di kelas dio pun sangat senang karena jam pelajaran kimia sudah
berakhir. Dio pun langsung membereskan semua buku-bukunya dan yuna masih asik
memandangi ponselnya sambil tersenyum melihat sesuatu
“yuna” seru dio “ayo lah kamu cepet
beresin mejamu”
“ah dio sebetar aku lagi melihat
foto terbaru yonghwa ni” elak yuna “ah yongie oppa so cute aaaa kill me rawr~”
Dio pun langsung mengambil ponsel
yuna dari tanganya “yuna please pentingan yonghwa apa aku?”
“dio!” teriak yuna “kembalikan ku
mohon aku ingin melihat yong sebentar aku mau lihat gaya rambut yonghwa yang
baru”
“beresin dulu bukumu” perintah dio
“nanti aku hapus ni foto yonghwanya”
Lalu yuna bangkit dari tempat
duduknya dan mendekat kearah dio. Dio yang ketakutan langsung berjalan mudur
kebelakang karena suasana kelas mulai sepi dio sedikit merasa cangung berdua
dengan yuna. Hingga tubuh dio pun menyentuh tembok kelas
“dio balikin dulu ponselku” pinta
yuna “please”
Lalu wajah yuna dan dio sangat dekat
hanya kurang dari sejengkat
“kembalikan ponselku sekarang” desah
nafas yuna sangat terasa di wajah dio “atau aku teriak supaya penjaga sekolah
membuatmu di bawa keruang bk karena tuduan mencuri ponsel orang lain”
Tiba-tiba dengan reflesk dio
merenguh wajah yuna dengan kedua tanganya. Ia menatap wajah yuna sangat dalam
dan penuh makna. Dan dio menempelkan bibirnya tepat di bibir tipis yuna
“dio” ujar yuna sedikit gemetar “apa
yang kita perbuat dio”
“maaf yuna maafkan aku” dio meminta
maaf dengan yuna “aku nggak maksud yun sumpah maaf aku aku...”
“tapi itu udah terjadi” yuna sedikit
histeris “dio,kita sudah melakukannya!”
“Kamila Yunastria, aku.... aku...
aku... mencintaimu” ujar dio gagap “sejak pertama kita bertemu aku sungguh tak
bisa berhenti memikirkanmu mata hitammu benar-benar tak pernah bisa aku lupakan”
Wajah yuna nampak membeku mata
hitamnya kosong.Bibir tipisnya kini terlihat pucat
“yuna?” seru dio was-was “yuna yuna
kamu nggak apa-apa?”
“kepalaku pusing” ujar yuna “dio....
tolong aku di aku.... aku....”
Dari hidung yuna tiba-tiba
mengeluarkan banyak darah. dio pun mulai panik melihat keadaan yuna dan
tiba-tiba yuna jatuh pingsan di dalam pelukannya
--
Dio pun membawa yuna kerumah sakit
selama perjalanan dio tak beranjak dari sisi yuna sekalipun ia terus mengenggam
tangan yuna. Baju sekolah yang dio kenakan itu terkena darah dari hidung yuna.
Saat dirumah sakit dio pun langusng
bertemu dengan ibu yuna. Dan ibu yuna pun menceritakan sesuatu hal yang membuat
Dio sungguh kaget dan sekaligus sedih
“leukimia?” tanya dio tak percaya
Ibu yuna pun mengangguk “sejak yuna smp
sudah menderita leukimia dan penyakitnya makin hari makin parah. maaf selama
ini tante nggak pernah kasih tahu kamu dio maaf yuna yang melarang tante”
“yuna” ujar dio lemah “yuna ya tuhan
kenapa kamu seperti ini yuna”
Tiba-tiba dokter keluar dari ruangan
yuna
“maaf keluarga kamila yunastria?”
seru dokter
“iya ada apa” tanya ibu yuna
“kamila menunggu kalian didalam”
--
Tubuh
yuna terbujur lemah dio hanya bisa terdiam dan membeku melihat keadaan yuna. Gadis
yang terbujur lemah dengan selang oksingen di hadapaanya adalh yuna. Ada
perasaan sedih dah kesal sekaligus dalam dirinya sedih karena gadis yang ia cintai
menyembunyikan semuanya darinya
“dio”
ujarnya lemah
Lalu
dio mendekat kearah yuna “apa sayang”
Yuna
pun tersenyum “makasihnya kamu udah mau bawa aku kesini”yuna diam sesaat”ibu,
bisakah ibu meninggalkan aku dan dio sebentar? Aku ingin bicara”
Lalu
ibu yuna pun keluar dari ruangan
“dio”
ujar yuna lemah
“iya?”
dio mengelus rambut cokelat yuna “kenapa yuna”
“maafin
aku” ia tersenyum lemah “sekuat tenaga aku menyembunyikan penyakitku akhirnya
kamu mengetahuinya juga”
“bodoh”
maki dio “yuna kamu kamu kenapa...”
“ssst”
jari telunjuk yuna menepel di bibir dio “dio maafin aku aku terpaksa seperti
ini”
“yuna!
Kamu ya aaaa yuna penyakitmu tak enteng” erang dio “leukimia itu penyakit yang
mematikan! Kamu ya nggak sayang sama diri kamu? Kamu nggak sayang sama ibu kamu?”
Yuna
tersenyum getir “aku ingin kuat demi ibuku dan demi... demi kamu karena kamu
adalah laki-laki yang aku cintai”
Dio
hanya tercengang mendengar ucapan yuna
“yuna...”
ujarnya lagi
“dio...”
katanya lemah “give me one kiss again i love you i crazy cause you dio”
Tanpa
pikir panjang dio pun langsung merenguh wajah yuna, selang oksingen yang ada di
hidung yuna buka lah penghalang dio pun mencium lembut bibir yuna
“yuna”
lalu ia menjauhkan wajah yuna “yuna kamu nggak apa-apa?”
“dio,
aku mencintaimu” ujar yuna dengan nafas tersengal-sengal “terima kasih kamu
memberikan arti hidup untuku maafkan aku aku tak bisa bersamamu”
Detak
jantung yuna mulai melemah dio pun histeris memanggil dokter dan suster. Ibu
yuna pun tak tahan menahan air mata dan hanya bisa pasrah dio pun hanya bisa
diam membeku melihat gadis yang ia cintai berujuang melawan maut
Lalu
suara detak jantung yuna pun berhenti. Tangisan ibu yuna pun pecah seketika dio
hanya bisa terdiam sambil menahan menangis melihat gadis yang ia cintai sudah
terbujur kaku tak bernyawa di hadapannya saat ini.
--
Mata cokelat dio pun terbuka. Air
matanya pun tanpa sadar mengalir dipipinya. Ingatannya tentang yuna tak bisa ia
hapus sedikitpun karena, gadis yang pertama kali ia cintai dengan tulus adalah
yuna
Dio pun bangkit dari pusaran makam
yuna
“yuna sayang, aku pulang dulu ya kapan-kapan
aku akan kesini lagi menemuimu sambil membawa bunga mawar putih. Kenapa aku
memilih mawar putih karena mawar putih itu cantik cantik sepertimu
Lalu dio pun berjalan meninggaklan
tempat memakaman ini.
*nb: jgn kopas karya org dan mengakui ini milik kalian ya karena itu sama aja ky mencuri