Awan
pun mulai mendung sambil mengayuh sepedanya kinan tetap bersemangat untuk mengantarkan karangan bunga-bunga yang
segar ini. Jalan kota bandung cukup ramai tapi kinan dengan sepeda tuanya tetap
besemangat melaju di jalan raya
Ketika kinan sampai di sebuah
persimpangan jalan yang sepi, tiba-tiba titik-titik hujan pun turun ke tanah
“yah hujan” gerutu kinan “kenapa
harus hujan”
Dengan sigap kinan mencari sebuah
tempat untuk berteduh dan sebuah halte yang cukup sepi menjadi tempat pilihanya.Kinan
pun memilih berteduh di halte itu baju yang ia gunakan nampak sudah basah kuyup. Karang bunga yang
ia bawa nampak sudah basah.
“kamu basah kuyup gitu” kata
seseorang saat kinan sedang berteduh
“eh iya ni aku basah kuyup” jawab
kinan
Lalu seorang laki-laki bertubuh
tinggi berkulit putih berumur sekitar 20 tahun mendekat ke arah kinan yang
sedang basah kuyup “makanya lain kali kamu pakai jaket” lalu laki-laki itu
memakaikan jaket ketubuh kinan “biar kamu nggak kedingina ya nanti kamu sakit
lagi”
Spontan wajah putih pucat kinan kini
nampak merah padam “aaaaa ma..ma..makasih ya” jawab kinan terbata-bata
“sama-sama nona pengatar bunga” ia
tersenyum, senyumanya membuat kinan tak bisa berkata-kata
Lalu sejenak suasana nampak sunyi.
Didalam halte ini hanya ada kiana dan laki-laki yang memakaikan jaket untuknya
“aduh hujannya lama sekali” gerutu
kinan “padahal bunga ini harus aku kirim segera”
“iya ya hujannya nampak tak mau
pergi dengan cepat” sahut anak laki-laki itu
“benar. Aku benci hujan” jawab kinan
“sungguh?” tanya anak laki-laki itu
“justru aku sangat menyukai hujan”
“menyukai hujan?” alis kinan
terangkat “kamu aneh ya masa kamu suka sama hujan hujan itu menyebalkan dia
menghambat segala aktivitas”
Anak laki-laki itu tertawa “aduh
kamu lucu ya hujan itu anugerah tuhan tanpa hujan mukin air di bumi ini akan
habis bersyukur lah dengan tuhan karena berkat hujan ciptaanya kita tak pernah
kekeringan”
Hujan pun berhenti tiba-tiba lalu
anak laki-laki itu langsung pergi berjalan meninggalkan halte tanpa mengucapkan
sepatah katapun
--
Lalu kinan pun kembali menganyun
sepedanya lagi sambil membawa karangan bunga-bunga yang cantik ia pun melaju melaju
membelah jalan raya. Bahkan jaket yang di berikan kepada anak laki-laki tadi
masih ia kenakan Susah payah ia mencari semua alamat yang memesan bunga-bunga
yang ia bawa.
Namun karangan bunga mawar putih
yang terakhir ini kinan sulit menemukan alamat pemesannya. Kinan cukup putus
asa hingga ia berhenti disebuah rumah besar nan mengah
“permisih pak ini benar rumah tuan
mario?” tanya kinan pada seorang satpam di depan rumah
“iya neng” jawab satpam itu “neng teh
ada perlu apa atuh sama aden mario?”
“saya hanya ingin menghantarkan ini”
kinan pun menyodorkan karang bunga mawar putih yang masih segar
“den mario memesan bunga mawar? Buat
apa?”tanya satpam itu nampak bingung
Kinan mengakan bahunya “saya tidak
tahu pak”
“anehnya den mario hari ini” satpam
itu mengaruk-garuk kepalanya
“pak, bisakah anda menandatangin
ini” kinan menyodorkan kertas tanda bukit kepada satpam itu lalu satpam
menandatangani kertas itu
“makasih pak” lalu kinan pergi dan mengayuh
sepedanya lagi
--
“bunga dari siapa ini pak?” tanya
mario
“lah aden yang pesan kan?” tanya pak
satpam
Mario terdiam, ia pun teringat
sesuatu
“oh iya saya yang pesan tadi”
jawabnya sambil cengengesan
“aden teh angin apa pesan bunga
mawar putih” tanya pak satpam denga logan sundanya yang kental
“aneh ya pak?” tanya mario “saya
hari ini mau pergi ke makan pak”
“makan? Makamnya non andine?” tanya
pak satpam ragu-ragu
Mario pun hanya tersenyum getir
“iya pak buat andine hari ini
peringatanan dua tahun perginya andine”
--
Kinan pun sampai di toko bunga
kembali. Lalu ia memarkir sepedanya di depan toko bunga milik ibunya ini lalu
ia masuk kedalam toko itu terlihat wanita setengah baya sedang duduk diatas
kursi sambil merangai bunga-bunga yang segar kedalam subuah pot bunga.
“kinan sudah kamu antarkan semua
bunga-bunganya?” tanya ibu
Ia menangguk “sudah kok bu, tapi
maaf aku pulang terlambat karena tadi hujan aku berteduh dulu sampai hujan
redah”
Ibu menghelah nafas “syukurlah maaf
ya seharusnya liburan sekolah ini kamu bersenang-senang tapi kamu malah
membantu ibu mengantarkan bunga”
“ah ibu” kinan tersenyum “aku senang
kok mengisi liburan sekolahku dengan membantu ibu he-eh lagian aku kan bisa
dapat uang jajan”
Ibu mengacak-acak rambut kinan “kau
ini selalu saja seperti itu kinan”
--
Mario pun mengeluarkan mobil jeepnya
dari garasi rumahnya. Ia pergi sendirian .Lalu ia melaju ke arah lembang
bandung. Hari ini tepat peringatan 2 tahun kepergian andine tiba-tiba mario
teringat kejadian kecelakan yang ia alami dengan andine.
“sial kenapa semuanya kembali
teringat lagi” maki mario kesal
Lalu ia berhenti disebuah komplek
pemakanman lalu ia turun dari mobilnya menerusui kompleks pemakam yang nampak
sepi ini. Matanya berusaha mencari sesuatu lalu ia menghampiri sebuah makam
yang nampak masih baru dikunjungi. Makam itu masih terdapat bunga-bunga yang
segar.
“aku datang” seru mario lemah
Lalu mario meletakan rangkaian bunga
mawar yang ia bawa tadi sambil berdoa sejenak diatas pusaran makam andine.
“hari ini tepat dua tahun kamu pergi
ndie” mario mengelus nisan makam itu “aku benar-benar makin merasa seperti
orang bodoh. Andai waktu itu kamu tidak pergi bersamaku untuk membeli bunga
mawar putih mukin kau masih tetap hidup saat ini.”
--
Kinan pun duduk menghadap kearah ibunya yang sedang
asik merangkai bunga-bunga mata hitamnya tak mengedip sama sekali hanya
memperhatikan ibunya yang sedang asik dengan perkerjaannya
“kinan kamu kenapa si?” tanya ibu sedikit bingung
dengan sikap kinan
Kinan mengeleng “he? Nggak apa-apa kok bu emang aku
nggak boleh liatin ibu lagi merangkai bunga? Ah yasudah”
“bukan begitu” elak ibu “kau sejak pulang
mengantarkan bungu tadi aku melihat kau sedikit aneh kinan”
Kinan tersenyum “itu perasaan ibu saja kali”
“mungkin” lalu ibu mengambil setangkai bunga mawar
merah dan menaruhnya di pot rangkaianya
“ibu aku mau tanya boleh nggak?” kata kinan ragu
“apa?”
“aneh tidak menurut ibu jika seseorang menyukai
hujan?” kinan mengigit bibirnya
“menyukai hujan? Aku
rasa tidak semua orang itu punya keunikan masing-masing”
--
Seminggu berlalu setelah kejadian
itu kinan masih tak bisa memenukan alamat si pemilik jaket ini. Jangankan tahu
alamatnya nama laki-laki itu saja kinan tak mengetahuinya aku nampak seperti orang bodoh masa sampai tak menanyakan nama orang
itu batin kinan
Hari ini pun kinan mengatar karangan
bunga mawar putih lagi ke tempat alamat tempo hari entah kenapa hari ini kinan
ingin bertemu sekali lagi dengan pemilik jaket yang ia kenakan saat ini. Sambil
mengayuh sepedanya ia berharap bisa bertemu dengan orang itu dan ia ingin
mengucapkan terima kasih karena mau memenjamkan jaketnya tempo hari.
“pagi pak satpam” sapa kinan saat
berada di depan pintu gerbang rumah itu “ini karangan bunga pesanannya”
Satpam itu nampak sedikit bingung
“ini teh pesanan den mario lagi neng?”
Lalu kinan meliat tanda bukti
pesanan bunganya “iya pak ini atas nama mario lagi”
Dan tiba-tiba seorang laki-laki
berumur sekitar 20 tahun-an keluar dan menghampiri mereka berdua
“pak ada karangan bunga lagi nggak?”
tanya mario
“eh? Tunggu deh” kinan seperti
teringat sesuatu “kamu yang waktu itu kan?”
“andine” ujarnya spontan
“ha?” kinan nampak kaget
Bodoh
kenapa aku berkata seperti itu dia bukan andine-mu mario andine sudah mati
karena ulah bodohmu batin mario
“maaf maaf” mario pun meminta maaf
“mana tanda terimanya?”
Kinan menaikan alisnya “hey anda
yang tempo hari kan?”
Mario tak menjawab ia hanya mengigit
bibir bawahnya
Kinan pun melepaskan jaket yang ia
kenakan “maaf ya sudah merepotkan mu ini punnyamu terima kasih ya”
Mario langsung menarik tangan kinan
sambil tangan kanannya mengegam karangan bunga mawar putih yang kinan antarkan
tadi
“cepat kamu masuk mobilku” perintah
mario sambil membuka pintu mobil jeepnya
“eh kamu mau bawa aku kemana” kinan
nampak ketakutan
“tenang aku tak kan menyakitmu”
mario tersenyum “aku hanya ingin kamu menemani aku ke suatu tempat saja”
--
Mario pun melajukan mobil jeepnya
kearah tempat pemakam andine. Selama perjalan kinan dan mario hanya terdiam.
Kinan sedikit ketakutan ia hanya diam duduk disamping mario. Mario melajukan
mobilnya seperti orang kesetanan
“bisakah anda pelan sedikit tuan”
kata kinan ragu
“maaf kan aku” ujar mario “aku
membuatmu takut ya? Baiklah aku akan pelankan kecepatan mobilku”
Lalu mario menurunkan kecepatan
mobilnya ke arah 40km/jam
“kita mau kemana si tuan?” tanya
kinan
“jangan panggil aku tuan” elak mario
“aku masih dua puluh tahun”
“dua puluh tahun?” tanya kinan tak
percaya “tiga tahun di atasku? Oh ya tuhan”
“memang ada yang salah?” jawab mario
ketus “aku nampak tua untukmu?”
Kinan mengeleng cepat “bukan bukan
gitu ka aku nggak enak aja gitu jalan sama laki-laki yang usianya lebih tua
dariku”
“siapa nama mu?”tanya mario acuh
“sejak pertama kita bertemu aku tak pernah tahu namamu”
“kinan”
Mario menahan tawa “kinan? Seperti nama
laki-laki”
“aku ini perempuan” gerutu kinan
“aku bercanda kok kinan” mario
tersenyum “aku mario”
--
Mereka pun sampai di kompelek
pemakamam. Mario pun memarkir mobilnya tepat di depan kompleks pemakaman. Lalu
ia dan kinan pun turun dari mobil sambil membawa karangan bunga madan berjalan
menerusuri kompleks pemakaman ini
“ini kan tempat pemakanam” gerutu
kinan
“maaf ya aku mengajakmu kesini”
mario meminta maaf dengan kinan
Lalu mereka berdua sampai di tempat
pusaran makam andine. Mario pun langsung meletakan karangan mawar putih
kesukaan andine di atas pusaran makamdan berdoa sejenak. Kinan hanya bisa memperhatikan
sikap aneh mario.
“ini... ini makam siapa?” tanya
kinan ragu
“ini makam kekasihku” ujar mario
dengan suara parau “yang ku bunuh dengan kebodohanku”
“maksudnya?” kinan nampak bingung
“dua tahun lalu” mario mengelah
nafas “aku bodoh kinan aku membunuhnya. Andai waktu itu andine tidak pergi
bersamaku dengan motor mukin saat ini dia masih hidup saat ini. Aku bodoh aku
bodoh. Mukin kecelakaan itu tak kan terjadi.”
Kinan pun menepuk pundak mario “itu
bukan salahmu kak itu takdir”
“aku bodoh” maki mario “andai andine
tak pergi denganku pasti ini tak kan terjadi aku bodoh kinan aku membunuh
perempuan yang aku cintai sendiri”
“kakak, itu takdir jangan
menyalahkan diri sendiri” ujar kinan “aku yakin ka andine sekarang udah tenang
di sisi tuhan”
“kamu tahu nggak kinan” mario
mengelah nafas “kamu itu mirip andine sekilas, maaf ya tadi aku spontan
memanggilmu andine karena rona merah muda di pipimu benar-benar mirip dengan
andine.
“sejak
pertama kali aku melihat mu di halte tempo hari, aku benar-benar tidak
bisa melepaskan pikiranku bawah kamu itu andine. Aku makin terlihat idiot kan?
Jelas-jelas andine sudah meninggal di tanganku sendiri aku bodoh”
Lalu mario dengan spontan memeluk
kinan
“aku bodoh sudah membunuh orang yang
aku cintai tapi kinan aku sadar kamu bukan andine kamu ya kamu andine ya
andine” desah nafas mario terasa di rambut kinan
“kak mario aduh” ronta kinan
“kinan maaf maaf aku nggak bisa nahan
semuanya” Lalu mario melepaskan pelukanya “aku sayang kamu”
“he? maksud kakak?” tanya kinan
bingung “kakak lagi bercanda kan? Halo ka kita baru ketemu satu kali”
“aku tak perduli” jawab mario acuh
“kinan maaf ya aku membuatmu kaget”
Kinan hanya terdiam
“ayo kita pulang” mario mengandeng
tangan kinan “lupa kan hal yang tadi kinan masih banyak waktu yang penting aku saat ini memilikimu”
Lalu mereka berdua pulang dan meninggalkan kompleks pemakam ini sambil bergadengan tangan dengan erat
*nb: jangan pernah kopas/ plagiatin karya orang laindan mengakui jadi milik kalian. inget mereka itu susah panyah jadi penulis tolong hargai karyanya thnx
Lalu mereka berdua pulang dan meninggalkan kompleks pemakam ini sambil bergadengan tangan dengan erat
*nb: jangan pernah kopas/ plagiatin karya orang laindan mengakui jadi milik kalian. inget mereka itu susah panyah jadi penulis tolong hargai karyanya thnx