Tahun ajaran baru pun di mulai Yuna
pun memulainya dengan sekolah baru. Ya dia pun terpakas satu sekolah dengan
Vino sepupunya yang sangat menyebalka. Selama kurang setelah seminggu Yuna
datang kerumah om mario sikap Vino nampak kurang bersahabat denganya.
Berbeda dengan kakaknya kak vero atau
adik laki-lakinya vico mereka begitu senang karena kehadiran Yuna memberi warna
untuk kehidupan mereka terutama ibu Vino yang sangat dekat dengan Yuna layaknya
ibu kandung Yuna.
“Yuna ayo cepat.” teriak Vino dari
luar
“ah tante aku pergi dulu.” pamit Yuna
dengan tante estter lalu ia berlari kearah teras
“hati-hati Yuna.” teriak tante estter
“selalu tante.”
Yuna pun berlari sambil menjinjing tas
raselnya dengan menggunakan seragam putih abu-abu Yuna pun nampak bersemangat
dengan sekolah barunya.
“maaf lama.” Yuna berusah meminta maaf
dengan Vino
“Yuna kebiasaan kamu.” gertu Vino
“lemot”
“maaf.”
“yaudah cepetan aku udah telat tahu!.”
Vino membuka pintu mobil sedan tuanya lalu masuk kedalam mobil
“i..i..ya.”
Vino pun membuka sedikit kaca mobilnya
“yaudah ayo lah Yun kamu mau terlambat?.”
“iya tunggu dong vin.” lalu Yuna masuk
kedalam mobil.
--
“kakek ayo cepat.” bujuk Selena
Revan pun dengan sigap mengambil
sebuah motor vespa tua nampak usang yang berada di teras rumahnya Selena sudah
berdiri di depan rumah dengan menggunakan seragam putih merah sambil membawa
tas ranselnya yang berwarna merah muda.
“ayo naik.” perintah Revan
“lah kok bukan kakek yang nganter
aku?.” Selena nampak bingung
Kakek pun keluar dari dalam rumah
“neng geulis aki teh mau aki anterin
kesekolah?.”tanya kakek
“kakek jangan sebut kakek itu aki
atuh.”jawab Revan “kakek aja ya.”
“aish kakek teh kumaha atuh Revan
henteu geus biasa ngadenge na.”[3]
“baik atuh aki henteu nyebut aki teh
aki lagi nyak.”[4].“nah ini
teh si neng geulis nyak kakek hayang ka sakolah jeung kakek nyak?.”[5]
“hmmm... iyaa... Elen mau kakek yang
nganter Elen kesekolah baru Elen.” jawab Selena sambil menunjukan gigi
kelincinya
“kenapa nggak sama aku?.” tanya Revan
sedikit kesal
“sama kak Revan Elen udah sering.”
jawab Selena
Selana pun langsung berlari kearah
kakeknya
“Elen mau diantar sama kakek aja.”
Selena menjulurkan lidahnya “nggak mau sama kakak kakak nyebelin huuu.”
“ya ya terserah kamu Elen.” jawab
Revan nampak pasrah “awas kamu minta boneka sama aku.”
--
Mobil yang di kendarain Vino menembus
dingin udara pagi di lembang. Yuna pun hanya memperhatikan lulus kearah luar
jendela. Mukin ini awal yang aneh dimana dia harus terbiasa berangka sekolah
dengan kedua sepupunya.
“kak Yuna!.” seru vico dari belakang
“apa?.” jawab Yuna acuh
“kakak satu sekolah sama kak Vino kan?
Cie satu sekolah.” ledeknya
Iya. aku satu sekolah dengan laki-laki
menyebalkan ini selama satu tahun oke ini akan menjadi neraka aaaa kenapa aku
harus satu sekolah dengan Vino om mario kenapa harus aku batin Yuna
“he-eh iya kenapa?.” tanya Yuna sambil
cengengesan
“ah nggak apa-apa kok.”
--
Revan pun masuk kembali kedalam rumah
setelah Selena pergi kesekolah dengan kakeknya. Revan pun merebahkan dirinya sejenak di sofa tua
yang berada di ruang tamu.
Apa kabar mama dan papa? Aku merindukan mereka
harusnya hari ini hari pertama aku kuliah tapi sekarang aku jauh dari mereka. batin Revan
Ia terus menatap kearah langit-lagit.
Tatapanya kosong mata hitamnya nampak memunjukan rasa kebingungan
“Revan.” seru nenek tiba-tiba
“apa nek?.”
“asih akang teh ayo atuh berangakat ke
kampus jangan males atuh si akang.” teriak nenek dari dapur
“kampus?.”
“si Revan kumah atuh kamu nggak
kuliah?.” tanya nenek
Astaga aku lupa hari ini hari pertama aku
kuliah aduh ospek menanti aaa shit kenapa aku bisa lupa batin Revan
“iya aku kuliah kok nek.” sahut Revan
“ini teh udah jam sabaraha atuh.”
teriak nenek “cepat kamu teh mandi siap-siap hari ini kamu ospek kan.”
“i..i..ya nek.”
--
Setelah mengantarkan vico kesekolahnya
Yuna dan Vino pun kembali berdua di dalam mobilnya mereka tidak berbicara
sedikit pun. Yuna terus memandang kearah jendela dan Vino fokus mengemudikan
mobilnya
Dan mobil yang mereka tumpangi sampai
disebuah gedung yang cukup besar. Mukin gedung ini jauh sederhana untuk
dikatakan sebagai sekolah.
Vino pun menarkir mobilnya di bawah
pohon beringin besar yang terletak di depan gedung tersebut. Setelah ia
mengatur jarak parkirnya ia pun mematikan mesin mobilnya.
“udah sampe.” kata Vino acuh
“oh iya?.” jawab Yuna “cepet banget
ya?.”
Vino mendesah frustasi
“kamu mau lama-lama di perjalan Yun?
ini juga udah lumayan lama kali.”
Yuna mengangguk
“tidak tidak aku hanya membandingkan.
dulu biasanya setiap aku berangkat sama ayah, aku butuh waktu yang cukup lama
untuk sampai ke sekolah.”
“oh iya?.” jawab Vino acuh “jakarta
sama bandung jangan di samain lah Yun jakarta kota besar ini bandung. Lembang
bandung.”
“aish maaf.” jawab Yuna
--
Revan pun berangkat dengan masih
menggunakan seragam putih abu-abunya. Hari ini hari pertama masuk kuliah.
Sebagai orang baru di kota yang cukup asing ini. Bahkan untuk menujuh kampusnya
pun Revan harus berkali-kali naik turun angkot karena ia salah rute.
Seharusnya tadi aku membawa motor kakek ya
aduh bodoh sekali aku ini batin Revan
“ah ini dia.”
Ia pun turun dari angkot di depan
sebuah gedung. Gedung ini cukup ramai banyak orang-orang yang menggunakan
seragam putih abu-abu seperti layaknya dia.
Revan pun memberanikan diri untuk
masuk kedalam gedung itu.
Semoga aku tak salah
batinya
--
Vino pun turun dari mobilnya. Saat ini
hanya tinggal Yuna di dalam mobil. Yuna hanya bisa terdiam terpaku sambil
memandangi layar ponselnya. Telihat foto sepasang suami istri yang sedang
tersenyum didepan kamera si istri mengedong seorang bayi perempuan yang
berkulit putih seperti susu.
Ayah, ibu aku merindukan kalian. Aku ingin
merasakan lagi peluk hangat kalian tapi kenapa kalian harus pergi? Kenapa
kailan meninggalkan aku? Seharusnya hari ini hari pertamaku masuk sekolah.
sekarang aku sudah di kelas 12 tinggal selangkah lagi bukan? ayah seharusnya
hari ini ayah mengantarku masuk sekolah bukan? Ayah mana janjimu? Kenapa ayah
menginggalkanku. Oh ayah aku benar-benar merindukanmu batin Yuna
“Yuna!.” seru Vino sambil mengetuk
pintu jendal mobilnya
“iya iya.” lalu Yuna turun dan menutup
pintu mobilnya
“kamu lama banget si Yun jadi orang
lemot banget.” maki Vino kesal
“maaf.”
“yaudah ayolah cepetan nanti kamu
jangan berjalan di samping aku oke? Nanti aku kena gosip lagi.” perintah Vino
“siapa yang mau berjalan disampingmu? Ge-er.” gerutu Yuna
--
Aduh ini kenapa banyak sekali orang aku
bingung aku bingung dimana letak falkutas digsain interior? Aku bingung belum
lagi lautan manusia ini membuat aku sangat mual dan pusing ya tuhan seharunya
aku berangkat lebih awal. batin Revan
Mata hitam Revan terus berputar
melirik kesegala arah dimana kerumuman manusia tumpah ruah disini
“hei kau nampak bingung?.” tanya
seseorang
“oh hai.” Revan berusah tersenyum
ramah
Seorang gadis berambut pendek
berkacamata ia masih menggunakan seragam sma sama sepertinya.
Rambutnya di ikat dengan pita
warna-warni nampak aneh. Tingginya sekitar sepundak Revan dan nampak Revan
seperti raksasa besar.
“saya bingung dimana letak gedung
falkutas desain interior.” jawab Revan
“desain interior? Wah kita sama
jurusan dong?.” gadis itu nampak sumringah.
“wah baru juga berberapa menit saya
disini saya sudah punya teman.” jawab Revan
Gadis itu tersenyum
“ah iya. Tadinya aku khawatir nggak
dapet temen.”
“oh iya?.” tanya Revan nampak
penasaran “kenapa?.”
“habis anak interior itu jarang
banget.”
“serius?.” Revan nampak tidak percaya
“sepertinya bakal jadi anak limited ya.”
--
Vino pun berjalan menjauhi Yuna yang
tertinggal dibelakangnya. Yuna hanya berjalan meruduk ketakutan banyak mata
yang menatapnya dengan tatapan kurang bersahabat.
Ada apa orang-orang ini? Apa ada yang salah
denganku? Apa rambut cokelatku terasa aneh untuk mereka? Apa tubuh pendeku
nampak aneh? Batin Yuna
“hey vin cewek mana lagi yang kamu
gaet hari ini? Dari mana dia? Kamu hebat ya baru juga beberapa bulan ya.”
sindir seorang perempuan betubuh ramping menghandang di depan Vino
“misi!” suara Vino nampak naik 2 oktaf
“jawab dulu.” kata gadis itu
“jawab apa lagi? Merry.” Vino menatap
sinis gadis itu
“dia siapa? Pacar barumu? Kamu pelet
apa lagi gadis itu?.” gadis itu menatap Yuna dengan tatapan tajam seperti elang
“setelah ini gadis ini mau kamu apa kan? Buang ke tong sampah?.”
“kenapa anda masih terus ikut campur
urusan saya?.”tanya Vino ketus
“karena hubungan kita belum berakhir
kamu masih menjadi kekasih saya bukan?.” jawab gadis itu sambil terus menatap
Yuna seperti elang sedang ingin menerkam mangsanya
Ya tuhan kenapa gadis ini memandangku seperti
sedang ingin menyantapku? Batin Yuna
“oh iya? Bukan kah berualang kali saya
katakan ini sudah berakhir? Please don’t discurub me.” lalu Vino menarik lengan
Yuna
“Vino... Vino tunggu.” teriak gadis
itu “masalah kita belum selesai.”
Namun Vino tidak menghiraukan seruan
gadis itu ia terus berjalan sambil menyeret Yuna dibelakangnya
--
Revan pun berjalan mengelingi sekitar
kampusnya mencari gedung falkutas yang
ia cari.
“eh btw aku belum tahu namamu?.” tanya
gadis yang berjalan bersama Revan dari tadi.
“ah iya. Revan.” Revan memperkenalkan
dirinya.
“Revan hmm..” gadis itu memang-nimang
“namanya bagus ya. Oh iya aku
katherine.”
Mereka pun berjabat tangan. Gadis itu
tersu tersenyum dengan Revan
“katherine ya ya.” Revan mengangguk
“oh iya kamu bukan orang bandung ya?.”
tanya katherine tiba-tiba
“loh? Kok kamu tau.” Revan nampak
bingung “saya dari jakarta katherine.”
Katherine tersenyum tipis
“habis kamu nampak kebingungan sejak
kita pertama ketemu tadi. aish jangan terlalu formal lah sama aku nggak perul
manggil namaku lengkap-lengkap .” Katanya “oke? ah jangan panggil aku katherine
cukup kathie aja.”
Revan mengangguk hidmat
“iya kathie.” Revan tersenyum sambil
memamerkan deretan giginya “semoga kita berteman baik.”
“aku juga berharap seperti itu.” gadis
itu mengangguk
--
“Vino apa-apa si lepasin aku.” ronta
Yuna
Vino tidak menghiraukan kiciauan Yuna
ia terus menarik Yuna dengan kasar dia mencengkram tangan Yuna hingga seperti
ingin diremukan
“Vino... sakit please sakit kamu mau
apain aku?.” suara Yuna mulai parau.
Lalu mereka berhenti di depan ruang
guru.
“kamu masuk sana. Tanya dimana kelasmu
jangan sampai kamu nggak tau dimana kelasmu.” Vino nampak acuh.
“emang kenapa?.” tanya Yuna
“kamu mau di permalukan? aku sih
berharap kita nggak satu kelas.” lalu Vino berbalik arah dan pergi meninggalkan
Yuna sendirian di depan ruang guru
“Vino tunggu.” teriak Yuna
“udah masuklah sana! temui bu Melly.”
lalu Vino menghilang di balik belokan ujung lorong sekolah.
Yuna pun mendesah dengan keras. Lalu
ia memutuskan mulai masuk kedalam ruang guru. Pagi ini guru nampak sepi. Hanya
ada beberapa guru yang ada di mejanya.
“pagi bu.” sapa Yuna
“pagi.” sapa seorang wanita bertubuh
tinggi sambil terus menatap layar laptopnya
Yuna pun menghampiri wanita itu
“pagi. Bu, bolehkah saya bertanya? Apa
ibu Melly guru biologi sudah datang pagi ini? Saya ingin menemuinya.” tanya
Yuna nampak ragu
“saya sendiri.” jawab wanita itu “ada
apa ya?.”
“ah ibu ya.” Yuna nampak malu-malu
“hm... hmm...”
“kamu murid baru kan?.” tanya wanita
itu
“iya bu.”
“oh yang pindahan dari jakarta kan?
Kamu sepupunya Vino kan?.” tanya bu Melly
“eh.. i..i..iya bu saya Kamila
Yunastria.” Yuna memperkenalkan dirinya
“ah jadi kamu benar sepupunya Vino?.”
tanya bu Melly nampak tak percaya
“he-eh iya bu iya saya sepupunya Vino
memang ada apa?.”
“ah nggak apa-apa.” bu Melly hanya
tersenyum “kenapa kamu mau menemui saya?.”
“oh itu... itu.. hm...” Yuna mengigit
bibirnya “kata Vino ibu wali kelasnya jadi kalau ada apa-apa ya saya disuru
tanya sama ibu tentang wali kelas kelas 12-ipa-3 saya sebetulnya tidak tahu
dimana kelas saya.”
Bu Melly nampak terkekeh
“lah? Kamu juga anak saya Kamila.”
jawab Melly
“ha? Saya..?” Yuna nampak tidak
percaya dengan apa yang ia dengar.
“lah, Vino nggak cerita sama kamu?.”
bu Melly nampak bingung dengan sikap Yuna “kamu itu murid saya kelas kamu itu
12-ipa-3 Kamila.”
“jangan panggil nama lengakap saya
bu.” elak Yuna “cukup panggil Yuna saja.”
“baik lah Yuna iya saya ini wali
kelasmu kenapa? Apa Vino nggak cerita sama kamu?.” tanya bu Melly
“nggak bu serius deh emang kenapa?.”
tanya Yuna nampak bingung “saya murid ibu? 12-ipa 3?.”
“kamu kan anak ibu. Ibu wali kelasmu
ibu wali kelas 12 ipa-3.” kata bu Melly
Astaga tuhan mimpi apa aku semalam? satu kelas
dengan orang yang sangan menyebalkan seperti Vino? Oh tuhan belum cukup aku
harus tinggal satu rumah dengan orang itu lalu aku satu sekolah dengan orang
itu dan sekarang aku harus satu kelas denganya ini akan menjadi satu tahun yang
panjang. batin Yuna
“hmm...” bu Melly
menimang-nimang.“baik lah Yuna. Memang Vino nggak ngomong dimana kelas kamu
siapa wali kelasmu atau bagaimana? Ini wali kelasnya juga loh kok dia gitu
si?.”
“astaga maaf ibu maaf.” Yuna berusaha
meminta maaf “tidak tidak sama sekali, saya pikir ibu bukan wali kelas saya.”
Bu Melly pun menutup laptopnya.
“nggak apa-apa kok.” ia tersenyum
“tapi.. tapi Vino nggak cerita tentang
ibu.” Yuna merunduk “tadi dia bilang cuman cari bu Melly saja. Saya aja nggak
tau ibu sebelumnya maafkan saya bu.”
“Vino aneh. Tapi entah lah semua gadis
di sini begitu menggilainya.”
Apa? Dia pria idola disekolah ini? Please ini
nggak mukin pria menyebalkan dan bawel seperti dia idola? Oh god aku rasa
mereka salah memilih orang orang seperti Vino itu tidak pantas menjadi idola. Batin Yuna
“menggilainya?.” Yuna nampak tidak
percaya dengan perkata bu Melly tadi
--
Dan Revan pun sampain di gedung
falkutas desgain interior. Dan memang falkulatas ini tidak seramai gedung
falkultas lain. Cukup padat namun tidak ramai
“hari ini ospek ya.” kata Revan
tiba-tiba
“ya seperti itu lah.” jawab kathie
“aku benci saat seperti ini.”
“oh iya?.” Revan tampak bingung
“kenapa? Karena sangat lelah?.”
“kamu nggak lihat.” kathie menujuk
kearah rambutnya yang di ikat banyak dan napak sangat aneh
Revan tersenyum menahan tawa
“perempuan ribet ya kalau di ospek.”
Kathie mengangguk “iya ribet banget.
Aku naMpak aneh seperti orang gila aku ini.”
“sabar ya kathie.” Revan menepuk
pundak kathie
“ah iya Revan selalu kok.”
--
[1]
asih si kakak ini (akang dalam bahasa sunda berati kakak
laki-laki)
[2]
kakek
terbiasa menyebut aki (aki dalam bahasa sunda= kakek namun sebutan aki
terdengar kurang halus)
[3]
aish
si kakek bagaimana Revan tidak terbiasa mendengarnya)
[4]
baik
lah kakek tidak menyebut kakek sebagai aki lagi
[5]
ini
si gadis cantiknya kakek mau ke sekolah sama kakeknya