hahaha.... saya ngepost lagi >,< btw saya cuman mau sharing ttg naska drama buatan saya untuk tugas akhir saya. mohon doanya ya :3 saya sudah mulai menempuh ujian sekarang... doakan saya lulus dan masuk universitas impian saya *amin
well... tanpa panjang lebar lagi ini refensi naska drama saya >,< oh iya jangan di kopas sepenuhnya ya :") trs diakuin milik kalianan boleh kopas tapi cantumin sumbernya ya kakak-kakak :")
Jajang (bukan) cinderella man
Narator: suatu hari hiduplah seorang pemuda tampan yang
bernama jajang. Dia memiliki sebuah rumah yang besar dan harta yang melimpah
namun, sayangnya jajang tidak bisa menikmati semua yang ia miliki karena
ayahnya menikah lagi dengan seorang wanita setelah ibunya meninggal. Ibu tiri
jajang sangat jahat. Ibu tiri jajang mempunyai dua orang anak laki-laki yang
sama jahatnya. Mereka memperlakukan jajang seperti pembantu.
Ibu tiri: (berteriak sambil memukul-mukul gelas dengan sendok)
“jajang.....! jajang..... aduh ini lama sekali jajang ayo mana sarapan
Jajang: (berlari dari arah dapur sambil membawa nampan
berisi roti, susu, dan teh sebagai menu sarapan) “iya ibu sabar sabar”
Nino: (memegang perutnya) “ibu aku sudah lapar ibu” (sembari
merengek dengan ibunya)
Damar: (merengek) “ibu damar sudah lapar”
Ibu tiri: (kesal) “JAJANG! CEPAT LAH LAMA SEKALI SEPERTI
SIPUT SAJA KAU INI.”
jajang: (datang ke meja makan) “maaf telah membuat kalian
menunggu. Ini sarapan kalian”
darman, nino: (mengambil makanan dari nampan)
ibu tiri: (mengusir) “sudah sana kau kembali kedapur!
Sebagai hukumanya kau tidak ku beri uang saku hari untuk sekolah ini masa bodo! Dan kau tidak
boleh menumpang di mobil damar atau nino!”
jajang: (tertunduk lesu) “maafkan jajang ibu.”
Ibu tiri: (mengeprak meja) “apa maaf? Gampang sekali kau
minta maaf! Cuih! Jangan panggil saya ibu! Panggil nyonya!” (penekanan dan
suara lantang pada kalimat nyonya)
Jajang: (mengangguk) “iya nyonya maafkan saya.”
Ibu tiri: “sana kau pergi!” (mengusir)
Narator: setelah
jajang selesai membereskan rumah, jajang pun pergi kesekolah dengan berjalan
kaki dan tanpa uang saku. Jajang hanya tertunduk lesu karena dia belum makan
dari malam hari kemarin
Sudan: (menepuk punggung jajang) “oi jang tumben jalan kaki
ni”
Jajang: (mendongak, tersenyum memakasa) “oi dan, ah kamu
kaya nggak tau aku kan lagi di hukum sama ibuku lagi”
Sudan: (menepuk-nepuk punggung jajang) “sabar ya jang.”
Jajang: (mengangguk) “selalu dan, aku selalu sabar dengan
sikap ibu tiriku itu.”
Narator: jajang dan sudan pun sampai di sekolah. Terlihat di
dalam kelas nino damar dan teman-temannya yang sering mengusili jajang sudah
datang dan duduk di bangku mereka masing-masing. Lalu bell tanda masuk pun
berbunyi. Dan guru pun datang sembari membawa seorang murid perempuan yang
sangat cantik. Jajang dan sudan hanya bisa terpanah melihat gadis cantik itu.
lalu nino dan damar juga teman-temanya mulai mengatur siasat untuk mencoba
mendekati gadis itu.
Guru: (masuk sambil membawa buku-buku)”pagi anak-anak!”
Murid: (Serempak) “pagi pak/bu”
Guru: “anak-anak, ini ada teman baru murid pindahan. Neneng
silakan memperkenalkan dirimu.”
Neneng: (maju kedepan kelas sembari merasa cangung) “halo
nama saya neneng. Saya murid baru salam kenal.”
Guru: (menunjuk kearah bangku yang kosong di samping jajang)
“neneng silakan kamu duduk di samping jajang ya!”
Damar: (mengeprak meja) “wah pak gak bisa gitu! Neneng sini
duduk di samping aa damar aja!”
Guru: (membentak) “diam kamu damar! Banyak bicara! Silakan
kamu duduk di samping jajang.”
Narator: neneng pun berjalan kearah tempat duduk jajang
dengan cangung. Jajang hanya menahan rasa malu dan grogi karena melihat neneng.
Lalu neneng pun duduk di samping jajang, namun jajang tidak bertegur sapa
dengan neneng karena jajang takut kalau-kalu damar nino dan teman-temanya akan
menjali jajang lagi.
Narator: setelah seminggu neneng duduk di samping jajang,
jajang masih tidak mau berbicara dengan neneng. Jajang masih takut di jail oleh
damar nino dan teman-temannya. Saat pulang sekolah seperti biasa jajang dan
sudan pulang sekolah sembari berjalan kaki. Lalu mereka melihat neneng sedang
di ancam sekelompok preman.
Preman 1: “mana duit lo!” (mengacam)
Neneng: (ketakutan) “saya nggak punya duit bang”
Preman 2: “boong lu taro mana duit lo?”
Neneng: “ampun bang ampun duit saya tinggal untuk ongkos
pulang”
Jajang: (menimpuk preman dengan batu) “ei lo sini beraninya
sama perempuan! Gue panggilin polisi ni”
(preman pun lari kertakutan)
Sudan: (mendekat kerah neneng) “neng, nggak apa-apa?”
Neneng: (menangguk lesu) “iya gapapa kok dan makasih ya”
Sudan: “jangan bilang makasih sama saya tapi sama jajang”
(menunjuk kearah jajang)
Jajang: (datang menghampiri neneng dan sudan) “neneng nggak
kenapa-kenapa kan? Mereka gak apa-apain kamu kan?”
Neneng: “nggak kok gak apa-apa” (senyum) “jajang, makasih ya
mukin kalo nggak ada kamu dan sudan aku sudah habis tadi.”
Jajang: (muka menahan malu) “aish nggak perlu bilang makasih
secara berlebihan neng. Itu kewajiban kita juga kan sesama manusia unuk saling
membantu?”
Neneng: (mengangguk) “ah iya. Oke makasi jang-“
Jajang: (mengulurkan tangan) “oh iya kita belum kenalan
secara resmi ni. Aku jajang.”
Neneng: (malu-malu) “neneng. Ah jajang makasih banget sumpah
makasih ya kalo nggak ada kamu aku mukin bakalan nggak tau gimana.”
Narator: sejak perkenalan jajang dan neneng mereka berdua
cukup dekat. Jajang diam-diam jatuh hati dengan neneng. Jajang sering mengirim
beberapa surat kepada neneng yang dia letakan di dalam tas neneng. Melihat
tingkah damar, Damar dan nino pun mulai kesal melihat tingkah jajang terbersit
suatu ide untuk memberi pelajaran pada jajang.
Ibu tiri: (beteriak) “JAJANG AYO MANA SARAPAN!”
Lalu jajang datang sembari membawa nampan.
Jajang: “ini sarapan kalian.”
Nino: (mengusir) “sana kau pergi kedapur dasar dekil bau
pula!”
Narator: setelah selesai sarapan damar dan nino pun mulai
melanjarkan aksi mereka mereka menaru sesuatu di tas jajang. Dan jajang pun
tidak mengetahuinya. Lalu mereka pergi kesekolah seperti biasa. Namun di
sekolah hari ini tiba-tiba ada sebuah pemerikasaan narkoba dan benda-benda
terlarang
Guru: (berteriak) “ya anak-anak taruh tas kalian diatas
meja.”
Narator: lalu guru pun memeriksa tas murid-muridnya satu
persatu namun saat guru memeriksa tas jajang guru pun menenukan cerlurir di tas
jajang
Guru: (marah) “JAJANG! APA INI! KAMU BAWA APA KESEKOLAH?”
Jajang: (merenduk katakutan) “itu bukan milik saya pak!”
Nino damar: (cekikikian)
Narator: lalu jajang pun di bawa ke ruang kepala sekolah
bersama guru-guru. Mendengar hal itu neneng dan sudan pun berinisiatif ikut
menyusul keruang kepala sekolah dan memberi keterangan bawah jajang tidak
memiliki celurit itu. namun celurut itu sengaja dimasukan nino dan damar
Guru: “jadi bagaimana pak? Apa jajang harus di skrosing?”
Kepala sekolah: (mengangguk) “sepertinya begitu”
Sudan: (masuk keruang kepala sekolah dengan paksa) “jangan
skorsing jajang pak!”
Guru: (kesal) “sudan! Apa-apaan kamu? Tidak punya sopan
satun!”
Neneng: “maaf pak kami hanya ingin membela jajang.”
Guru: (membanting meja) “sudah jelas-jelas jajang salah
celurit itu ada di tasnya masih saja kalian membela jajang!”
neneng: (menahan kesal) “tapi jajang anak baik pak masa iya
jajang bawa celurit si?”
narator: diluar ruangan nino damar dan teman-temanya tertawa
kemenangan karena berhasil membuat jajang bermasalah dengan guru
damar: (tertawa) “hahaha rasakan pembalasanku jajang!”
teman1: “bos memang brilian”
teman 2: “kau hebat bos”
nino: “sudah sudah jangan memuji kami.”
Narrator: lalu sudan pun tidak sengaja mendengar percakapan
damar nino dan teman-temannya sudan pu memutuskan untuk keluar lalu menyeret
mereka ke dalam
sudan: (keluar lalu masuk kembali sambil membawa nino dan
damar) “jajang gak mukin bawa celurit pak! Tapi mereka yang memasukanya kedalam
tas jajang.”
Jajang: “kalian...” (kaget)
(nino, damar dan teman-temanya merunduk ketakutan)
Sudan: “pak mereka pelakunya!”
Kepala sekolah: (kecewa) “kenapa kalian melakukan itu!”
Damar: “maaf pak kami hanya iseng.”
Guru 2: “kalian kami keluarkan dari sekolah!” (membentak)
Nino: (bersujud) “ampunni kami ampuni kami.”
Neneng: “kalian harus minta maaf dengan jajang!”
Damar: (menatap sendu jajang) “jajang maaf kan kami jang.”
Nino: “iya jang kami sudah jahat dengan mu selama ini.”
Jajang: (merangkul) “iya aku maafkan kalian.”
Damar nino: (sendu) “makasih jang makasih.”
Kepala sekolah: “damar nino kalian harus di scorsing!”
Nino damar: (merunduk) “baik lah pak”
Narator: setelah kejadia itu. jajang dan neneng makin dekat.
Dan satu hari neneng mengunduang jajang untuk datang ke pesta ulang tahunya.
Dan jajang pun datang kepesta itu. dan neneng pun mulai melancarkan sesuatu ha
yang sudah lama ia ingin lakukan. Yaitu mencari tahu siapa yang sering mengirim
surat kepadanya setiap hari.
Neneng: (berdiri depan mic) “pada kesempatan kali ini, saya
kan akan memberikan suatu pengumunan. Ada seseorang, dengan tulisan indahnya
setiap hari mengirim surat kepada saya. Pusisnya cukup indah, dan salah satunya
puisi ini. Adakah kalain mengenal satu puisi ini?”
(baca puisi)
‘Sungguh sebuah tanya yang terindah
Bagaimana dia merengkuh sadarku
Tak perlu ku bermimpi yang indah
Karena ada dia di hidupku
Ku ingin dia yang sempurna (yang sempurna)
Untuk diriku yang biasa (yang biasa)
Ku ingin hatinya, ku ingin cintanya
Ku ingin semua yang ada pada dirinya’
Jajang pun mengenal pusis itu. enatah apa yang memberanikan
diri. Lalu jajang pun maju.
Jajang: (terbatah-batah) “itu.... itu... puisiku...”
Neneng: (kaget) “jajang...”
Jajang: (meruduk) “neneng, maafi aku.. seharusnya aku gak
seperti ini.”
Neneng: “jadi kamu yang sering mengirim surat berserta
puisi-puisi itu?”
Jajang: (merunduk) “maaf...”
Narator: neneng pun memeluk jajang dengan spontan. Neneng
begitu bahagia mengetahui siapa pengirim suratanya itu adalah jajang... jajang
orang yang selama ini dia sukai.