Autor: Yunye
Rating: PG-17
Genre: romance, AU, comedy
Length: chapter
Main cast:
- Lee Jungshin (CNBLUE)
- Kwon Mina (AOA)
- Choi Jonghoon (FTISLAND)
- Kim Seolhyun (AOA)
Other Cast:
- Kwon Kwangjin (N.FLYING)
- Lee Jonghyun (CNBLUE)
- Jung Yonghwa (CNBLUE)
- Lee Jaejin (FTISLAND)
- Shin Hyejeong (AOA)
- Seo Yuna (AOA)
- Park Choa (AOA)
- Kang Minhyuk (CNBLUE)
Disclaimer: sebenernya terinspirasi sama pasangan koplak di tempation drama /? siapa lagi kalo bukan Na Hong-gyu sama Yoo Sejin '-'. dan beberapa drama yang nggak bisa di sebutkan sangki banyaknya inspirasinya '-'/ sisanya si hanya khyalan-khayalan saya aja si huahaha Xp
Note: ciee udah chapter 1 ni ahaha maap ceritanya rada gaje /? dan maap lama di post karena autournya sibuk selamat baca '3'~
Mina’s pov
Sial, karena Kwangjin oppa terlamat
menjemputku aku harus bertemu dengan pria aneh dan menyebakan! Awas kau oppa
tidak akan aku ampuni sampai nanti!. Aku pun berjalan keluar dari terminal
sembari menyeret koperku yang besar dan membawa kantung belanjaanku. Aku pun
langsung berusaha mencari taksi untuk pulang kerumah dengan cepat karena Kwangjin
oppa tidak akan menjemputku nampaknya. Nyaris dua jam aku menunggunya dan terus
menelfonya namun aku tidak mendapat jawaban sama sekali
Selama perjalanan dari bandara menuju
rumah, aku pun terus membayangkan wajah eommaku dan appaku. aku begitu
merindukan mereka terutama eomma, namun aku merasa lebih nyaman tinggal di Jepang
dengan harabeoji dan halemoni di tambah lagi dengan suasan Osaka, Jepang yang
begitu damai.
dan ponselku berdering sebuah pesan
kakotalk masuk ke ponselku
Dari: Choi Jonghoon
Kau sudah
pulang dari Jepang, Mina? Apa aku harus menjemputmu di bandara sekarang?
Aku menghela nafas panjang. astaga kenapa Jonghoon sunbae sama
menyebalkan dengan Kwangjin oppa? kenapa dia tidak mengkakoktalkku dua jam yang
lalu? Ha -_-
Untuk: Choi
Jonghoon
Terlambat
kau menanyakan posisiku saat ini ada di bandara atau tidak aku sudah didalam
taksi dan dalam perjalanam pulang menuju rumah -_- seharusnya kau menanyakan
ini dua jam yang lalu agar aku tidak naik taksi -_-
Kusentu tombol send pesan dan aku pun
meletakan ponselku dia atas kedua pahaku. Ah,
kenapa semua orang menyebalkan? Tadi Kwangjin oppa, lalu pria gangster aneh itu
dan sekarang Jonghoon sunbae -_- yatuhan aku harap aku cepat sampai kerumah dan
aku cepat mengadukan hal-hal menyebalkan ini dengan eomma dan appa.
Dari: Choi Jonghoon
Mian, aku
lupa kau sampai jam berapa dari jepang hari ini. Mukin aku terlalu sibuk dengan
kegiatanku di kampus. Mianhae Minaring. Aku harapa kau tidak sedang cemberut
berteriak kesal atau meninju seseorang lalu menangis karena aku tidak
menjemputmu.
Sebagai
perintaan maafku, aku akan datang kerumahmu arraso? Kau ingin aku bawakan apa
sebagai tanda penyambutanmu? Permen kapas? Pizza? Apa pun akan aku belikan
Untuk: Choi
Jonghoon
Sudahlah,
sunbae tidak usah sebegitunya denganku. Aku sudah biasa seperti ini bahkan
oppaku sendiri nampaknya lupa aku hari ini pulang dari Jepang. Aish -_-
aku tidak akan melakukan hal-hal yang kau sebutkan tadi -__- memangnya
seseram itu kah aku sedang marah?
Aku? Aku
hanya mau permen kapas si sebenarnya itu satu-satunya moodboster untukku :3
bawakan aku permen kapas yang banyak ya :p kalau tidak aku tidak akan
memaafkanmu sunbaenim :P
Oh iya,
sunbae apa Hyejeong menghubungimu? Kenapa hanya dia saja yang nampaknya tidak
perduli aku pulang -_-
Aku pun terus memandangi pemandangan
yang berada di luar kaca taksi ini. Nampaknya salju masih belum menghilang
sepenuhnya dari kota bahkan jalanan pun masih terselimuti oleh salju. Rasanya,
aku lebih suka melewati musim dingin di di jepang daripada aku harus kembali ke
korea
Jepang begitu mengasikan untukku. Tapi,
aku merasa sangat jangal dengan appa biasanya ia tidak pernah menyuruku pulang
secepat ini bahakan saat aku masih kecil pun apa tidak pernah memaksakan aku
untuk pulang cepat dari jepang? Ada apa ya? Aku merasa ini aneh.
--
Jungshin’s
pov
Akhirnya
gadis aneh itu sudah pergi. Aku pun menghela nafas panjang karena aku sangat
lega tidak ada yang memperhatikanku kembali. Ku kembali memasang earphoneku yang terlepas dari telingaku
tadi.
“kau
disini rupanya?!” seru seseorang dan membuatku merasa terganggu kembali oh
kumohon cukup sudah jangan ada orang-orang aneh yang mengangguku lagi -_-
Aku
pun melirik kearah samping kananku terlihat seorang pria berkullit putih bersih
berambut cokelat tua, tingginya mukin masih kurang dariku dan sangat tampan
berjalan kearahku. Dan disamping pria berkulit putih itu berjalan sesosok pria
yang lebih pendek darinya berkulit sedikit kecokelatan rambut hitamnya terlihat
berantakan lalu mereka menghampiriku
“Apa
kabarmu, adikku tersayang” sapa pria berkulit putih itu denganku “Nyaris dua
tahun kita tidak bertemu ya?”
“Baik,
Hyungku tercinta.” jawabku sinis “Bagaimana rasanya selama ini kau hidup
tampaku? Menyenangkan bukan?”
Lalu
pria itu memelukku erat dan membuatku nyaris tidak bernafas sial tenaga pria
ini sangat kuat seperti ingin meremukan semua tulang-tulangku.
“Jangan
membuatku akan memukulmu di depan umum, Lee Jungshin” bisik pria itu tepat di
telingaku “Ayolah, disini ada temanmu kau mau aku mempermalukanmu di depan
teman lamamu, Lee Jungshin?”
“Wah,
pasangan adik dan kakak yang sangat harmonis” ujar pria pendek yang bersama
hyungku ini “Aku sangat iri dengan kalian berdua, ternyata Jonghyun hyung
sangat menyanyangi adiknya wow.”
Lalu
Jonghyun hyung melepaskan pelukkannya dariku. Dan ia pun tersenyum seperti
biasa ia terlalu hebat memarekan senyum palsunya.
“Kau
bisa saja, Jaejin-ah” ujar jonghyun hyung “Bukankah itu wajar seorang kakak
yang sudah lama tidak bertemu dengan adiknya begitu lama hmm?”
“Iya
juga si hyung” jawab Jaejin “Hey, Jungshin-ah apa kabarmu?” Jaejin pun
mengalihkan pembicaranya dengan jonghyun hyung “Aku sangat merindukanmu, sobat
lama”
Aku
tersenyum memaksa “Aku pun juga merindukanmu, Jaejin-ah! Bagaimana kabarmu? Apa
kau sudah punya teman kencan?”
“Aku
sangat baik” lalu Jaejin memelukku hangat “Teman kencan? Aku tidak sedang
memilik teman kencan kau tahu itu?”
“Bagaimana
kabar Seolhyun?” tanyaku spontan “Aku sangat merindukan dia.”
“Hmm...”
lalu Jaejin melepaskan pelukannya “Baik. Sekarang dia tumbuh jadi seorang gadis
yang cantik dan populer di kampusku. Oh iya btw, aku satu kampus denganya tapi
kami berbeda jurusan. Apa kau ingin menitipkan sebuah salam untuknya? dengan
senang hati aku akan menyampaikannya”
Aku
pun mulai salah tingkah. Nampaknya Jaejin sangat lihai membaca pikiranku. Ya
aku sangat merinduknya dan aku ingin mengatakan hal yang tertunda selama dua
tahun ini karena appaku yang menyebalkan itu.
“Lain
kali saja” elakku “Oh iya, hyung bukan kah appa sangat ini bertemu denganku?
Sebaiknya kita semua cepat pulang.”
--
Mina’s pov
Aku
pun tiba di rumah. Terlihat susana rumah begitu sepi. Kemana semua orang? Apa appa sudah berkerja di kantor hari ini? Lalu
kemana eomma dan Kwangjin oppa? apa mereka pergi? Kenapa rumah begitu sepi?
Tapi, kalau semua orang pergi kenapa pintu gerbang tidak di kunci? Lalu kenapa
mobil appa dan motor Kwangjin oppa terparkir rapi di halaman rumah? Oh tunggu
aku sepertinya melihat mobil sedan Jonghoon sunbae juga sejak kapan dia
memarkirkan mobilnya di rumahku? Tadi dia bilang dia sedang sibuk di kampus
karena ada acara persiapan untuk pentas kesenian di kampus -_- aneh
Aku
pun dengan susah payah menuruhkan semua barang-barang yang berada di bagasi
sendirian lalu aku pun menurunkan barang-barang dari bagasi taksi. Setelah itu
aku pun merogoh tas selempang kecil dan mengambil dompetku lalu membayar ongkos
taksi. Aku pun berjalan memasuki halaman rumah sembari menyeret tas koperku.
Dan saat aku ingin membuka pintu rumah seseorang menutup mataku
“LEPASKAN
AKU” teriakku histeris “KAU MAU APA KENAPA KAU-“
“SUPRIESSS!”
teriak semua orang dan seketika seseorang yang menutup kedua mataku pun
melepaskan tutupan mata itu. dan betapa kagetnya aku suasana ruang tamu di
sulap seperti tempat pesta kecil dan di tembok ruang tamu pun tertulis tulisan
‘selamat datang Kwon Mina’
“Kalian..”
ujarku lemas
“Mianhae,
Mina” bisik seseorang tepat di telingaku dan aku pun mendongak kearah belakang
terlihat sosok Jonghoon sunbae sudah berdiri di belakangku sembari memeluk
pinggangku erat. Ia pun tersenyum seperti biasanya denganku
“Sunbaenim!”
dengan spontan aku membalikan tubuhku meluknya “Bogoshipo, Jonghoon sunbaenim”
“Nado,
Mina-ya” jawab Jonghoon sunbae sembari mengelus rambutku.
“Ehm..”
terdengar suara seseorang sedang batuk
dan aku pun langsung lepaskan pelukanku dengan Jonghoon sunbae. Terlihat
sahabat-sahabatku sedang menghampiri kami berdua.
“Awas
nanti Kwangjin oppa marah loh, sunbae” ledek gadis bertubuh jangkung dengan
rambut cokelat muda panjangnya yang tergerai bebas
“Aku
harap, Kwangjin tidak melihatku” elak Jonghoon sunbae “kau pasti iri dengan
Mina ya, Hyejeong-ah?”
Hyejeong
mengerutkan keningnya “Aku? Cemburu? Cih, tidak buat apa aku cemburu?.”
“Kemana
Jaejin?” tanya si gadis berambut blonde pendek yang tak lain adalah Choa unnie,
seniorku dia sangat ramah dan menyenangkan dia seniorku sejak aku SMA hingga
saat ini.
“Dia
bilang dia hari ini pergi ke bandara ingin menemui teman lamanya” jawab
Hyejeong “Memangnya kenapa unnie?”
“Tidak”
Choa unnie mengeleng cepat “Oh ayolah kita masuk, aku dan bibi Jung sudah
menyiapkan makan malam kita semua.”
Lalu
gadis berambut cokelat kepirangan mendekat kearahku “Mina, apa kau membawakan
pesanku?”
Aku
pun tersenyum mengejek “Kau harus membayar dua juta won untuk camilanmu Yuna
unnie”
“Yak,
Mina-ya” Yuna unnie mengerutkan keningnya “Aku ingin memberi sedikit hadiah
peperon, cokelat, dan permen dari Jepang untuk Minhyukkie kenapa aku harus
membayar dua juta won untuk ini?”
“Kau
ini” gerutuku
Dan
Yuna unnie memelukku erat “Aku hanya ingin membuat namjachiguku senang Mina.
Ayolah ku mohon bantu aku”
“Ya.ya.ya”
jawabku cepat “Dan aku tidak memiliki seorang teman kencan pun”
“Lalu
pria disampingmu itu?” Yuna unnie pun melirik kearah Jonghoon sunbae. Aku pun
menerjap kan kedua mataku.
“Dia...”
“Kami
hanya berteman baik” jawab Jonghoon sunbaenim
--
Jungshin’s
pov
Selama
perjalan di dalam sebuah mobil limosin mewah ini aku hanya terdiam dan tidak mau
berbicara sama sekali dengan Jonghyun hyung atau Jaejin. Entahlah, selera
humorku bersama Jaejin yang biasanya kami lakukan seketika hilang sejak aku
duduk berhadapan dengan Jonghyun hyung
“Kau
haus?” tanya Jonghyun hyung memecahkan keheningan dia antara kami bertiga
“Tidak”
jawabku sinis
“Baiklah,
kalau kau tidak haus” lalu Jonghyun hyung mengambil vokda, dari laci mini bar
di mobil ini dan menuangkanya di dalam gelas kecil “Jaejin-ah apa kau ingin
minum?”
“Ah,
tidak” tolak Jaejin “Aku tidak suka minum alkohol di siang hari, hyung. Aku
harus mengurangi alkohol sekarang atau tidak nenek sihir akan mengutukku.”
Dan
mobil ini pun berhenti di sebuah rumah yang mirip seperti istana. Ya mukin
beberapa orang akan terpanah melihat rumah ini sangat mewah namun, kemewahan
ini hanya tipu muslihat untuk menggambarkan bawah keluarga kami adalah keluarga
yang bahagia.
“Sudah
sampai” ujar Jonghyun hyung dingin “Ayo turun!” lalu Jonghyun hyung pun turun
dan membanting pintu mobil ini seketika Jaejin pun terlihat kaget
“Tumben
sekali Jonghyun hyung bersikap sedikit dingin” gumamnya
“Mukin
dia banyak urusan di kantor” belaku. Mukin
dia muak melihat aku sudah kembali dan aku pun akan kembali merebut kasih
sayang eomma untuknya.
Aku
pun menyeret tas koperku dan menenteng sedikit oleh-oleh yang aku bawa dari Jepang,
aku merasa ada sedikit aneh dengan tas yang aku tenteng ini kenapa isinya
sedikit lebih berat ya?
Dan
puluhan pelayan pun menghampiriku dan memberi penghormatan untukku, ini sangat
menyebalakan untukku aku bukan anak seorang raja aku hanya anak dari seorang
pengusaha.
“Jungshin-ya”
panggil seorang wanita tua, ia pun melemparkan senyuman hangat untukku. Aku pun
langsung berlari kearah wanita tua itu dan memeluknya erat
“Eomma,
bogoshipo” ujarku sembari memeluk wanita tua ini
“Nado,
anakku” ujar eomma
“Kau
sudah datang?” tanya seseorang dingin dan menhancurkan susana hangat ini “Aku
pikir kau akan kembali melanggar perintahku”
Aku
pun melepaskan pelukanku dengan eomma dan menatap seorang pria tua dengan
tatapan tajam “Aku tidak akan melanggar perintahmu lagi... appaku sayang”
“Itu
baru putraku” sahut appa sembari tersenyum puas
“Annyeong
Lee ahjusshi!” seru seseorang tiba-tiba, dan itu tak lain adalah Jaejin
sahabatku. Lalu ia membukuk hormat dengan appaku
“Oh,
Lee Jaejin” sahut appa “Apa kabarmu nak?”
“Senang
bertemu dengan, ahjusshi” jawab Jaejin sumringah “Aku? Aku sangat baik ahjusshi
sudah lama juga aku tidak berkunjung kesini. Bagaimana kabar ahjusshi?”
“Aku
sangat baik” jawab appa “Ditambah lagi putraku yang sangat aku rindukan hari
pulang dari Jepang”
Aku
hanya tersenyum memaksa. Cih? Ia
merindukan diriku? Bukankah dia hanya menganggap Jonghyun hyung sebagai anaknya
dan aku tidak? Pintar sekali dia bersandiwara.
“Jungshin-ya”
panggil eomma “Apa kau lapar nak?”
Aku
pun tersenyum sembari meluk eomma “Eomma-ya, aku sangat lapar dan aku sangat
ingin makan bulgogi buatanmu aku sangat rindu bulgogi buatan eomma yang sangat
enak di dunia ini”
“Ah,
kau ini” eomma pun berjinjit dan mengacak-ngacak rambut hitamku “Kau selalu
pintar membuat eommamu ini melayang”
--
Mina’s pov
Makan
malam hari ini begitu menyenangkan, ditambah keempat sahabatku berkumpul dan
juga keluargaku junga berkumpul hari ini. Belum pernah aku merasa sesenang ini
“Hey
Mina, cepat habiskan makananmu” perintah pria yang duduk di sampingku yang tak
lain adalah oppaku Kwangjin
“Oh,
ne oppa” jawabku cepat. Lalu aku membali menyuap sesendok bibimbab ke mulutku
dan ku kunyah dengan sangat pelan-pelan
“Kau
bawah oleh-oleh apa dari Jepang?” tanya Hyejeong tiba-tiba dan aku pun teringat
dengan beberapa belanjaan oleh-oleh dari Jepang yang sengaja aku siapkan
jauh-jauh hari
Dan
aku pun mengambil kantung belajaan yang aku bawa dari jepang dan menaruhnya di
atas kursi makanku
“Oke
aku punya sedikit oleh-oleh dan..” aku pun mulai membuka kantung itu dan aku
ingin berteriak sekencang-kecangnya sekarang. Sial kantung belanjaanku tertukar nampanya sejak kapan aku membeli
sebuah gaun wanita dan sepatu wanita? Seingatku kantung belanjaanku berisi
makan, dompet untuk eomma dan.. oh sial buku diaryku.. buku diaryku ada di
dalam kantung itu.
“Mina?”
panggil eomma was-was
“Ne?”
“Apa
ada yang salah?” tanya Jonghoon sunbae nampak panik melihat ekpresiku yang
sangat tidak menggambarkan aku baik-baik saja
“Sepertinya
aku salah membawa kantung belanjaan” ujarku pelan
“Kau
selalu saja seperti itu!” erang Kwangjin oppa “Apa kau ingat kapan terakhir
kali meletakannya?”
Aku
mengeleng kuat
Dan
sebuah jitakan mendarat di kepalaku “Pabo! Kau selalu saja lupa dengan
barang-barangmu sendiri,Mina.”
Aku
pun mengigit bibir bawahku “Mianhae oppa, mianhae semuanya... barang-barangku
tertukar di pesawat”
--
Jungshin’s
pov
Makan
malam di rumah ini sama sekali tidak pernah berubah. Dingin, kaku dan tidak
bersahabat sama seperti dua tahun yang lalu. Bahkan suasana makan malam ini
dengan kehadiran sahabat masa kecilku jaejin tak membuahkan perubahan
“Appa”
ujar Jonghyun hyung
“Waeyeo?”
“Appa,
bisakah setelah makan malam appa membantuku untuk memenyelesaikan audit biaya
perusahaan bulan ini?”
Appaku
pun tersenyum “Tentu hyun-ah.”
Aku
pun hanya melirik kearah Jonghyun hyung yang duduk di sampingku. Hebat..
benar-benar dia selalu berhasil menarik perhatian appa dengan mudah. Hahaha...
memangnya aku? Aku hanya anak penganggu
dan membuat repot dia saja
“Lee
Jungshin” panggil appa tiba-tiba
“Ne
appa?”
“Besok
kau harus mendaftar ke universitas ya” ujar appa “Dengan Jonghyun.”
“Besok?!”
oh ya tuhan, kenapa harus besok? Aku
ingin bertemu dengan Seolhyun besok kenapa... err appa memang selalu saja
merusak kesenanganku
“Karena
besok hyungmu sedang tidak ada perkerjaan di kantor” jawab appa
Cih! Selalu saja seperti ini appa selalu
saja merusak kesenanganku padahal aku sudah berjanji dengan Seolhyun akan
bertemu di cafe tapi kenapa aku harus besok aku di suru mendaftarakan
kepindahanku ke universitas ini menyebalkan!
Selsai
makan malam aku pun langusung pergi kedalam kamarku dan jaejin sepertinya malam
ini akan menginap sejenak. kamarku sangat luas mukin aku rasa kamar ini di huni
denganku sendirian akan terasa boros namun, ya sejak kecil aku selalu berada di
sini. Ranjang ukuran king size yang megah lemari bajuku yang sangat besar mukin
semua orang akan menginginkannya tapi tidak untukku aku muak dengan semua ini.
Ini hanya kesenangan semua yang menutupi sebuah
“Hey
Shin, jadi besok bagaimana?” tanya Jaejin ketika kami berdua ingin berangkat
tidur
“Tidak
tahu” jawabku acuh “Selalu saja dia merusak segala rencanaku!”
“Sudahlah”
ujar jaejin “Kau harus lebih sabar dengan appamu”
Lalu
sejenak suasana hening. Aku pun bangkit dari ranjangku dan menuju meja
belajarku. Diatas meja belajarku tergeletak katung belanjaan yang aku bawa dari
Jepang dan ponselku
“Menurutku
besok aku harus bagaimana?” tanyaku dengan Jaejin “Apa aku harus membatalkan
acara makan siangku dengan Seolhyun?”
“Kau
masih ingin menemui Seolhyun?” tanya Jaejin sembari ia ikut bangkit dari
ranjang dan menghampiriku
“Kau
tahu aku sangat merindukan gadis itu bukan?” aku pun membuka kantung belanjaan
yang aku bawa “Aku ingin meminta maaf denganya, meninggalkan dia tiba-tiba”
“Dan
kau ingin melanggar perintah appamu lagi?” jaejin menatapku was-was “Aku tak
mau kau-“
Aku
pun sedikit terkejut saat aku membuka isi kantung belanjaanku dari jepang
tunggu... sejak kapan aku membeli makanan? Aku tidak sama sekali membeli
makan-makan aneh ini. Pocky, masmellow, cokelat, permen sejak kapan aku
membelinya? Seperti anak kecil saja. Dan tunggu ada sebuah buku dalam kantung
ini? Aku tidak pernah membeli buku harian sebelumnya dan Seolhyun tidak suka
menulis buku harian tapi kenapa...
“Sial!”
potongku
“Kau
baik-baik saja, Shin?”
“Mukin”
jawabku “Tapi tidak dengan barang-barangku!”
“Mwo?”
“Ah,
bodoh kenapa bisa tertukar seperti ini si bodoh” umpatku kesal
Lalu
Jaejin menghampiriku “Apa yang tertukar?”
“Kau
tahu?” ujarku “Aku sudah menyiapkan segala hadia untuk Seolhyun namun, apa yang
aku dapat?”
Aku
pun mengeluarkan isi kantung belanjaan sialan ini. Dan Jaejin hanya memasang
ekspresi terkejut bercampur tidak percaya
“Sejak
kapan kau-“
“Sungguh
aku masih seorang pria normal” ujarku cepat “Aku tidak suka menulis buku harian
apa lagi buku harian seperti anak-anak begini”
“Lalu
kenapa semuanya ada di kantung belanjaanmu?”
“Aku
tak tahu” aku mengankat bahuku
--
Tidak ada komentar:
Posting Komentar