Jam weker Yuna pun berdering Yuna pun
terbangun dari tidurnya, pagi ini ia harus pergi ke bandung dengan kereta
sendirian.
Ia pun mandi dengan terburu-buru. Jam
wekernya menunjukan pukul setengah enam pagi kereta menuju bandung pun
berangkat satu jam lagi. Belum lagi jarak dari rumah ke stasiun cukup jauh
Setelah selesai mandi dan siap-siap
Yuna pun keluar dari kamarnya. Sejenak ia memandangi kamarnya sebelum ia
menutup pintu kamarnya.
Selamat tinggal semua kenanganku. selamat
tinggal semuanya. batinnya
“Non, non Yuna cepat taksinya sudah
datang.” Teriak mbok Darsim dari depan
Secepat kilat Yuna pun lari sambil
membawa tas kopernya.
“Mbok, Yuna berangkat dulu ya.” pamit
Yuna saat sebelum masuk kedalam taksi
“Hati-hati di jalan ya non. kalau non
sudah sampai di bandung non telfon mbok ya non Yuna.”
“Pasti.” angguk Yuna
“Hati-hati Yuna.”
Yuna pun masuk kedalam taksi.
“NON....” teriak mbok Darsim
Yuna membuka kaca jedelanya sedikit
“Iya ada apa mbok?.”
“Kalau... kalau.. den Falco tanya non
jadi ke bandung atau nggak mbok jawab apa?.” Mbok Darsim nampak bingung
“Bilang aja Yunanya udah berangkat.
Jangan ganggu Yuna lagi apa lagi cari Yuna.”
--
Revan pun membawa tas ranselnya sambil
menutup pintu kamarnya ayahnya pun memaksa Revan untuk tinggal di rumah
kakeknya di bandung bersama adik perempuanya karena selama beberapa bulan
belakangan ini semua nilai-nilai Revan nampak menurun prestastinya merosot
drastis. Bahkan nilai ujian akhirnya hanya pas-pasan padahal seharunya Revan
bisa mendapat nilai yang lebih baik dar nilainya saat ini.
“Kakak ayo kita berangkat.” seru
Selena antusius
“Iya ayo ayo.” jawab Revan
“Revan, tunggu nak.” seru ibunya saat
mereka sampai di depan pintu keluar rumah
“Apa lagi ma?.” jawab Revan ketus
“Hati hati ya di jalan jaga Selena
baik-baik.” perintah ibunya
“tanpa mama kasih tau aku juga ngerti
kali.” jawab Revan ketus “Aku ini kakaknya.”
--
Yuna pun sampai di stasiun kereta api
susah payah ia menarik kopernya. Jam tanganya menunjukan jam 6.20 tinggal 10
menit lagi keberangkatan kereta menuju bandung. Yuna dengan susah payah ia
berlari sambil membawa kopernya.
Astaga bodoh kenapa aku bisa kesiangan seperti
ini nanti kalo ketinggalan kereta gimana? Aaa bodoh Yuna bodoh kalau aku telat
habislah riwayatku batinya
Ponselnya pun berdering diabaikanya
karena ia benar-benar terburu-buru ia terus belari menunju arah peron kereta
api sambil menyeret kopernya melewati anak tangga dengan terburu-buru
--
Revan pun berlari terburu-buru demi
mengerjar kereta yang menuju ke bandung
sambil membawa tas ranselnya ia menyeret Selena berlari ke lantai atas
nafasnya tersengal-sengal keringan mengucur di dahinya
Semoga masih keburu batin Revan
“Kakak pelan-pelan.” rajuk Selena
“Kita harus buru-buru Elen. kamu mau
kita nggak jadi ke rumah kakek?.” tanya Revan nampak sedikit kesal.
“Maaf kak maaf Elen.”
--
Yuna kenapa kamu nggak angkat telfonku? Batin Falco kesal
Falco pun membantin ponselnya ke atas
kasur.Pikirannya saan ini sangat kacau kejadian tempo hari membuat hubungannya
cintanya dan juga persahabatnya dengan Yuna berantakan.
Apa Yuna benar-benar akan pergi
meninggalkanku? Batin Falco
Jam dinding dikamarnya menunjukan
pukul 6.25 menit secepat kilat Falco mengambil jaketnya lalu dengan
terburu-buru ia pergi dengan menggunakan motornya
--
Nafas Yuna pun mulai memburu. syukurlah
masih ada sisa waktu 3 menit sebelum keretanya berangkat lalu Yuna pun masuk
kedalam kereta dan mencari tempat duduk. Syukur lah ia mendapat tempat duduk di
dekat dengan jendela
Lalu ponselnya pun kembali berdering
ternyata sms dari Falco
From: Falco
Yuna kamu nggak serius kan? Kamu nggak akan
ninggalin aku?
Yuna tunggu aku Yuna jangan pergi dulu aku
benar-benar ingin berbicara denganmu Yuna
5 menit
lagi aku sampai
Yuna hanya tersenyum getir sambil
memandang kearah jendela kedua telinganya tertutup oleh earphone
“Kakak... ini kursinya kita kan?.”
tiba-tiba suara anak kecil membuarkan lamunan Yuna
“Ah, iya ayo kita duduk.” lalu seorang
pria yang kira-kira sebaya denganya duduk di kursi yang kosong di hadapanya
sambil menauruh tas ranselnya di atas dan gadis kecil berusia sepuluh tahun
duduk di kursi itu sambil mendesah
Yuna hanya tersenyum tipis dengan
mereka dan berusaha ramah.
“Kakak... aku nggak sabar mau liat
pemandangan.” ucap seorang gadis kecil kira-kira berumur sepulu tahun
“Sabar ya Selena sayang.” jawab pria
itu “sebentar lagi kereta ini akan berangkat.”
Lalu pria itu mengedong gadis kecil
itu dan memangkunya dikedua pahanya.
Yuna hanya terdiam dan melirik kearah
mereka sejenak
Aku iri... aku ingin menjadi gadis kecil itu
dia punya seorang kakak yang baik aku? Aku hanya seseorang yang sebantang kara aku
ingin seperti gadis kecil itu ya tuhan. batinya
“Aku ingin cepat sampai di rumah
kakek.” ucap gadis itu antusius “Aku mau peluk kakek.”
“Iya sabar ya sebentar lagi kita akan
sampai kok” pria mengelus lembut pipi gadis kecil itu
“Benar ya ka” rengek gadis kecil itu
“Iya iya bujuk keretanya biar cepet
jalan.” ledek pria itu
“Kakak jahat.” gadis kecil itu
memanyunkan bibinya “Kereta bukan adik bayi yang bisa di bujuk.”
“Aku bercanda.” pria itu
mengacak-ngacak rambut gadis kecil itu
--
Gadis ini kenapa membuatku seperti salah
tingkah? Batin Revan
Sambil memangku Selena di kedua
pahanya mata Revan tidak berkedip memperhatikan gerak-gerik gadis yang duduk
berhadapan dengananya saat ini
Dia cantik, walau tubuhnya nampak mungilnya
seperti anak kecil itu hanya di balut dengan celana jeans dan kaus. Tapi,
nampak seperti malaikat kulitnya putih seperti susu lalu rona pink di pipinya
sangat manis.
Rambut cokelatnya nampak halus seperti sutra.
lalu senyum ramahnya tadi aaa matanya kedua matanya yang berwarna cokelat itu
saat iya menerjap... oh tuhan aku benar-benar beruntung hari ini bisa melihat
gadis semanis gadis ini batin Revan
“Kakak...” seru Selena
“I..iya.” jawab Revan
“Sebentar lagi keretanya berangkat
kan?.”
Revan mengangguk hidmat
Gadis yang duduk di depan Revan hanya
bisa terdiam sambil terus memandang kearah jendela
“Kak, kakak kenapa?.” tiba-tiba Selena
bertanya dengan gadis yang ada didepan mereka
“He? Aku?.” gadis itu nampak bingung
“Kenapa?.”
“iya ka kakak kenapa? Kok kayanya
sedih.” tanya Selena
Revan hanya bisa mengigit bibir
bawahnya sambil menahan malu atas sikap adiknya ini
Gadis itu tersenyum “Aku nggak apa-apa kok sayang. Aku juga nggak
sedih.”
Gadis itu lalu memansang earphonenya
kembali di kedua telinganya
Sontak senyuman gadis itu makin
membuat detak jatung Revan kini tidak beraturan.Namun, di balik senyum manis
gadis itu tersirat sebuah kesedihan mendalam darinya sorot matanya sangat
mengambarkan sebuah rasa kesedihan yang tak kunjung hilang.
Ya tuhan aku ingin melindungi gadis ini ia
nampak sangan lemah dan lembut seperti sebuah setangakai bunga mawar putih
tuhan izinkan aku melindungi gadis ini aku tak ingin melihat sorot mata
kesediahan itu batin Revan
--
Dan kereta api pun sudah berangkat
“Bodoh.... aku bodohhh..... “ Maki
Falco
Falco hanya bisa terduduk lemas di
kursi ruang tunggu. Nafasnya tidak beraturan kedua tangan kekar kecokelatanya
hanya bisa mengepal kuat
“bodoh aku bodoh kenapa aku menganggap
ucapan Yuna itu bohongan.” makinya lagi
Falco hanya bisa menggigit bibirnya
sambil menahan air matanya
Yuna, maafkan aku seharusnya aku percaya
denganmu Yuna kenapa kamu pergi apa aku tak bisa mendapatkan sebuah kesempatan
kedua? Batin Falco
Kedua telapak tanganya mengepal kuat
hingga nyaris membuat buku-buku jarinya retak rasa sesalnya kini tak berati
karena Yuna benar-benar sudah pergi
Tanpa ia sadari air matanya pun mulai
menetes di pipinya. Kini ia hanya bisa menyesal atas perbuatanya
“Cowok kok nangis? So like
melankolis.” sahut seseorang
--
Kereta api pun mulai meninggalkan
stasiun kereta dan Selena napak tersenyum bahagia ia terus mengoceh tidak
jelas.
Revan makin merasa malu dengan sikap
adiknya mukin membuat gadis yang ada di hadapanya tidak nyaman.
Tiba-tiba selana pun tertidur di
pangukanya dan gadis yang ada di depanya pun juga tertidur pulas sambil
bersender dengan jendela kaca.
Revan pun terdiam matanya terus
menatap gadis yang sedang berada di depannya
Lalu ia teringat sesuatu
“Aduh” teriak seorang gadis kecil “kakak...
tunggu aku”
Lalu Revan menghampirinya
“Kamu kenapa?” tanyanya
Lalu gadis itu meringis kesakitan
“Kakak kakiku sakit.” lalu ia menujukan
lulutnya yang berdarah
“Kamu nggak hati-hati si Yura.” dumal Revan
“Aku kan nggak tau ada lubang.” isaknya Kakak
aku nggak bisa jalan kakiku benar-benar sakit.”
Lalu Revan menjitak lembut kepala gadis kecil
itu
“Makanya kamu jangan suka loncat-loncat.”
ledek Revan “Mau aku gendong?.”
“Aku nggak loncat-loncat tau.” gerutu gadis
itu
“Iya deh iya aku iyain aja.”
Lalu Revan berjongkok diatas tanah
“Ayo sini aku gendong kamu gadis manja.”
Lalu gadis kecil itu tanpa aba-aba naik ke
punggung Revan.
“Sabar sedikit ya Yura sayang nanti lukanya
kakak obatin.”
--
“Berhenti memandangiku seperti itu.”
maki Falco kesal dengan seorang gadis bertubuh tinggi yang duduk di dekatnya
“Kamu nangis? Cowo kok nangis.”
sinidirnya
“Diam kau! tutup mulutmu.” maki Falco
dengan suara berteriak “Mau saya nangis mau saya kenapa itu bukan urusanmu.”
“Aku sudah diam dari tadi.” jawabnya
“Aku nggak ngapa-ngapain.”
“Sebaiknya kamu pergi.” perintah Falco
“Aku nggak mau pergi.” jawab gadis itu
“Aku mau disini nggak boleh? Hak aku kali.”
“Menjauhlah dari saya.” suara Falco
terdengar parau
Sejenak susana hening. Hanya terdengar
suara keramaian orang yang lalu-lalang di peron kereta.
Falco tak berhenti-henti menangisi
kepergian Yuna. Seharusnya ia tau dari awal seharusnya ia bisa mencegah Yuna
pergi tapi semuanya terlambat
--
Yuna pun terbangun dari tidurnya.
Sejenak ia mengehela nafasnya. nafasnya mulai tidak beraturan.
Sepertinya akan sampai sebentar lagi bantinya
Lagu yang di mainkan di ponselnya pun
terus menyala.
‘I don't know how to
live without you.
I don't know how to breath in life.
tell myself I'd stop everyday knowing that I won't Because of you Because of you.
It's the truth I don't know how to sleep without you.
I don't know how to fix my heart.
tell myself I'd stop everyday knowing that I won't.
even if I did I don't know, If I'd try
Do I wanna believe you think the same.
I am missing you.
And I want you believe same love as me.
I am missing you You've given me your one last Adios, but why do I still wanna believe.
I don't know I'm missing you in good time, Don't say good bye.
I don't know how to sMile without you.
I don't know how to wait for you.
tell myself I'd stop everyday knowing that I won't.
Even if all the things were true, If I'd try.
Do I wanna believe you think the same.’
I don't know how to breath in life.
tell myself I'd stop everyday knowing that I won't Because of you Because of you.
It's the truth I don't know how to sleep without you.
I don't know how to fix my heart.
tell myself I'd stop everyday knowing that I won't.
even if I did I don't know, If I'd try
Do I wanna believe you think the same.
I am missing you.
And I want you believe same love as me.
I am missing you You've given me your one last Adios, but why do I still wanna believe.
I don't know I'm missing you in good time, Don't say good bye.
I don't know how to sMile without you.
I don't know how to wait for you.
tell myself I'd stop everyday knowing that I won't.
Even if all the things were true, If I'd try.
Do I wanna believe you think the same.’
=CN BLUE- Don’t say
goodbye=
Jam tanganya menunujukan pukul 8.45
kemukinan kereta ini akan sampai jam 9.15 masih ada setengah jam lagi baru tiba
di stasiun bandung.
Mata Yuna pun melirik kearah anak
laki-laki yang tertidur sambil memeluk adik perempuannya.
Aku baru sekali ini melihat ada cowo yang mau
menjaga adiknya hmm... berbeda ya dengan Falco. eh Falco? Perduli apa lagi aku
denganya? Hmm? Bodoh masih saja aku memikirkan orang itu perduli apa dia
denganku? Buktinya dia benar-benar mau datang hmm... Yuna jangan bodoh batinya
--
Kereta pun mulai masuk ke stasiun
bandung. Sedikit terlambat setengah jam
napaknya
“Hey... keretanya sudah sampai.” bisik
seseorang
Revan pun menyipitkan kedua matanya
ternyata itu gadis yang duduk berhadapan denganya tadi.
“Sudah sampai?” tanya Revan tak
percaya matanya sedikit menyipit
Gadis itu mengangguk.
“Iya sudah, sampai kamu masih mau
disini?.” tanyanya ramah
Revan pun membangunkan adiknya dan
adiknya sedikit marah lalu memkerutkan bibir kecilnya yang tipis karena
dibangunkan Revan Dan gadis itu hanya tersenyum melihat tingkah adiknya.
“Adikmu lucu ya.” katanya “rasanya aku
ingin memeluknya.”
“He-eh... i..i..ya terimakasih.” jawab
Revan terbanta-banta
“Aku pergi dulu ya.” kata gadis itu “Semoga
kita bisa bertemu lagi dadah adik manis.”
Lalu gadis itu berbalik badan dan
pergi meninggalkan Revan sambil membawa tas kopernya
“Tunggu...” teriak Revan namun
teriakanya tidak di hiraukannya
--
Yuna pun turun dari kereta api sambil
membawa kopernya. Ponselnya masih terus ia genggam dan ia sedikit kebingungan
Aduh ini mana yang jemput ya kok belum datang
aish Vino lama sekali batinya
Lalu ia duduk diatas kursi peron
sambil menggigit bibir bawahnya ia
sangat gugup karena yang menjeputnya bukan om mario tapi anaknya sedangkan Yuna
hanya sekali betemu dengannya kurang lebih dua tahun yang lalu
Tiba-tiba ponselnya berdering
“Halo?.” sahunya
“Kamu di mana si?.” maki seseorang
dari telfon “Katanya sampai jam sembilan pagi ini lewat dari jam sembilan tahu.”
“Maaf aku nggak tau kalau telat kaya
gini.” jawab Yuna “Kamu dimana?.”
“Maaf maaf kalo kasih janji itu yang
bener dong Yun.” maki orang itu
“Aku kan udah minta maaf. maafin aku.”
“Yaudah lah terserah. cepetan aku
tunggu kamu di parkiran kalo kamu masih lama juga aku tinggalin kamu.” lalu
orang itu menutup telfonnya
--
“Kakak kakak lihat itu.” perintah
Selena
Revan pun mengalihan pandanganya ke
arah Selena
“Apa sayang?” tanya Revan
“Itu.” Selena menujuk sesuatu yang
tergeletak di kursi “Itu apa? Mukin itu milik kakak cantik yang tadi ya?.”
Sebuah sapu tangan bermotif bunga
kecil-kecil tergeletak di kursi itu secepat kilat Revan mengambil sapu tangan
berwarna biru itu dari kursi dan menaruhnya di saku celananya.
Sapu tangan ini pasti milik gadis itu batinya
“Ayo kita cepat turun.” perinta Revan
sambil menarik tangan adiknya
“Iya ayo kakak aku ingin cepat bertemu
kakek.” seru Selena antusius
--
“Kamu dimana? Cepat lah keluar.” maki
seseorang dari telfon
“Iya iya.” jawab Yuna Yuna pun berlari
menuju kearah keluar stasiun kereta
“Kamu bisa cepet nggak si? Aku tunggun
kamu di pintu keluar kalo nggak aku tinggal nih.” lalu orang itu memantikan
telfonnya
Yuna pun terus berlari kearah pintu
keluar. Keringat di dahinya mulai bercucuran deras lalu sampai lah ia di pintu
keluar stasiun ini di dekat pintu stasiun berdiri seorang pria menggunakan
kemeja kotak-kotak berwarna hijau muda di padukan dengan celana jeans berwarna
hitam. bertubuh tinggi sempai. Wajahnya nampak sangat kesal menunggu lama.
“Vino?.” tanya Yuna ragu
“Ah.” erangnya “Sari mana saja kamu
Yuna? Tau nggak si aku nungguin kamu nyarisn dua jam.”
“Ma...ma... maaf.” jawab Yuna
terbatah-bata “Tadi keretanya sedikit terlambat karena ada gangguna tekhik jadi
aku terlamabat datang sesuai jadwal.”
Pria itu tersenyum kecut mendengar
penjelasan Yuna
“ya.. ya.. suka-suka kamu deh Yun.”
jawabnya
Yuna pun menuduk merasa bersalah
“Ayo cepetan.” perintah pria itu “Mana
tas kopermu sini biar aku yang bawa deh.”
“Eh?.”
Lalu pria itu merampas tas koper Yuna
Yuna hanya bisa tercengan melihat sikap pria ini.
“Yuna ayo!.” teriak pria itu “Kamu kok
malah ngelamun? papaku udah nungguin kamu di rumah cepat lah jalan hari ini
macet hari ini hari sabtu bandung akan nggak bisa jalan.”
Yuna pun berlari mengejar pria itu.
Menyebalkan kenapa aku harus serumah dengan
pria ini hmmm oke satu tahun ini akan panjang untuku batinnya.
--
Revan dan selana pun berjalan menuju
pintu keluar stasiun hari ini suasana stasiun cukup ramai ya karena hari ini
adalah hari sabtu dan bandung salah satu kota wisata yang sangat diminati oleh
wisatawan terutama dari arah jakarta
“Kakak kita naik apa kerumah kakek?.”
tanya Selena
Revan pun merunduk sedikit “Hhm.. Elen mau naik apa?.”
“Naik pesawat.” Ledeknya.
“Selena.” Revan menjitak kepalanya
“Kamu ini yaudah ayo kita cari angkot aja kakek bilang hari ini ia tidak bisa
menjemput kita katanya kakek sedang kurang enak badan.”
“Apa? Kakek sakit kak?.” tanya Selena
was-was
“Iya Elen.”
Semoga aku tidak kesasar kerumah kakek karena
nyaris satu dekade yang lalu aku terakhir ketempat itu batin Revan
--
Tidak ada komentar:
Posting Komentar