Author : Park Hajung
Cast :
-
Kim Chanmi (AOA)
-
Choi Minhwan/Minari (FT
Island)
-
Lee Donghae (Super
Junior)
Other Cast :
-
Kim Jaehyun (N.Flying)
-
Seo Youkyung (AOA)
-
Seo Yuna (AOA)
-
Song Seunghyun/Songsari
(FT Island)
-
Kim Seolhyun (AOA)
Rate : PG – 15
Genre : Romance, Friendship, Angst,
Length : Chapter
-Part 2-
“Selamat
pagi semua” sapa seseorang itu
“Selamat pagiii~~” jawab para mahasiswa
serentak
“Perkenalkan. Nama saya Lee Donghae tapi
panggil saja saya Hae songsaenim”
“Annyeong Hae songsaenim~” sapa para
mahasiswi dengan serentak dengan terdengar mendayu dayu.
“Annyeong” balas Donghae sambil
melambaikan tangan kecil pada orang orang yang menyapanya. Kemudian matanya
kembali menatap tempat dimana Chanmi duduk. Sadar bahwa dirinya ditatap, ia
hanya memasang wajahnya penuh kebingungan dan sedikit memiringkan kepalanya.
Senyuman dari wajah Donghae semakin terpancar saat melihat wajah Chanmi.
“Baiklah” akhirnya Donghae melepaskan
tatapan dari Chanmi dan beranjak mengambil spidol yang ada pada papan tulis.“Kita
mulai saja materi kita” ia pun menulis judul materi yang akan dibahas. Dan
mulaikan kegiatan belajar mengajar di kelas tersebut.
***
Waktu istirahat pun tiba. Chanmi keluar
dari kelas untuk mencari makanan yang dapat menggugah seleranya di kantin.
“Annyeong” tiba tiba saja ada gadis yang
sudah ada di hadapan Chanmi. “Ah, annyeong” balas Chanmi dengan ramah.
“Hm, aku dengar
kita satu ekskul ya? Maksudku ekskul dance?” tanya gadis itu
“Ah, benarkah? Hm bagaimana kau bisa
tahu?”
“Aku kan melihatmu seminggu yang lalu”
ucapnya sambil tersenyum. Kemudian gadis itu member uluran tangan pada Chanmi.
“Kim Seolhyun imnida!”
Chanmi pun menerima uluran tangan dari
gadis yang bernama Seolhyun. “Kim Chanmi imnida. Oh iya ngomong ngomong, mau
ikut aku ke kantin”
“yah maaf ya, Chan. Kali ini aku tak
bisa karena aku ada sedikit urusan yang harus ku urus”
“Oh begitu…baiklah. Aku pergi ke kantin
ya, Seolhyun-ssi”
“Ah tak perlu panggil aku secara normal,
Chanmi-ya. Kita kan sudah teman. Baiklah aku permisi dulu Chanmi-ya”
“kkkk~ ne Seolhyun-ah”
Keduanya pun terpisah di tempat
tersebut. Lalu Chanmi kembali mengambil langkah di koridor itu menuju kantin.
“Hey you!” terdengar suara seorang
lelaki yang berteriak memanggil seseorang. Meskipun tak yakin bahwa panggilan
itu untuk dirinya, Chanmi tetap menoleh ke belakang untuk melihat siapa yang
berteriak.
“Hai~” sapa lelaki yang berteriak tadi.
“Hae Songsaenim? Anda memanggil saya?”
tanya Chanmi dengan wajah bingungnya sambil menunjuk diri sendiri.
“Iya, kau. Siapa namamu?” Donghae pun
berjalan menghampiri Chanmi. “
Kim Chanmi imnida” ucap Chanmi sopan
sambil membungkuk hormat pada Dosennya itu.
“Oh
iya aku ada hadiah kecil yang ingin kubagikan pada orang orang disini. Termasuk
kau, Chanmi-ssi”
Ucapnya sambil mengambil sesuatu yang
ada pada plastik sedari tadi dibawanya. Dikeluarkannya sebuah biskuit coklat
dari plastik tersebut. “Ini, biskuit coklat buatan ibuku. Hari ini ibuku sedang
membuat banyak. Jadi tak ada salahnya bila kubagikan kepada orang orang yang
ada disini” Donghae pun menyodorkan biskuit coklat tersebut pada Chanmi.
“Wah, ibumu hebat sekali ya, songsaenim.
Dapat membuat coklat sebanyak ini” ujar Chanmi sambil melihat kantong plastik
yang dibawa Donghae yang diyakini berisi banyak biskuit coklat. Diterimanya
biskuit coklat itu dari Donghae
“Hahaha ini tak seberapa kok” jawab Donghae cengengesan
“Tapi beruntung sekali ya punya ibu yang
dapat membuat coklat sebanyak itu.”
“Ah, ternyata kau menyukai coklat ya?”
“Iya aku menyukainya” seru Chanmi sambil
tersenyum. Melihat senyuman itu membuat Donghae tersenyum juga.
“Baiklah, semoga kau suka. Yasudahlah.
Aku ingin membagikan pada yang lain,ya? Sampai jumpa, Chanmi” Donghae pun melangkah
perlahan meninggalkan Chanmi ditempat.
“Ah iya, terima kasih ya Hae songsaenim”
ujar Chanmi dengan riangnya. Sementara Chanmi membuka bungkus plastik bening
pada biskuit coklat tersebut dan mulai memakannya.Baru saja mulutnya terbuka
untuk siap menerima biskuit coklat tersebut, tiba tiba ada seseorang yang
menyenggolnya membuat Chanmi terkaget hingga biskuit coklat dari tangan Chanmi
terlepas dan jatuh. Dan kini hancurlah sudah biskuit coklat itu di lantai.
“Ah, maaf aku tak sengaja menabrakmu”
ucap seseorang itu. Chanmi pun langsung memberikan tatapan death glare pada orang yang tadi menabraknya. Amarah Chanmi semakin
naik saat mengetahui orang yang menabrak dirinya.
“Ya! Oppa!! Kau ini gimana sih?! Apa kau
tidak melihat saat berjalan? Huh!” gerutu Chanmi. Jaehyun pun terlihat baru
sadar setelah tahu siapa yang ia tabrak itu.
“Eh, ternyata kamu, Chanmi. Hahaha”
ucapnya sambil memamerkan cengirannya kemudian ia tertawa cukup keras.
“Huh, kau ini! Bisakah kau tidak
membuatku merasa kesal? Sebegitu bencinya kah kau padaku karena aku telah
mendahuluimu, hm?” tanya Chanmi
“Hahaha, jangan terlalu serius begitu
dong, Chan”
“Habisnya…oppa selalu membuatku kesal.
Dasar derpy Jaehyun oppa!” Chanmi
menghentakkan kakinya kemudian pergi meninggalkan kakaknya itu dengan langkah
berdebum – debum.
“Ya! Chanmi-ya!” panggil Jaehyun.
Chanmi menoleh ke belakang. “Aku tahu
kau saat ini sedang takut. Tapi tenang saja, kau akan terlindungi”
“Eoh?” Chanmi mengerutkan dahinya saat
mendengar apa yang dikatakan kakaknya itu. Kemudian Jaehyun membalikkan
badannya dan meninggalkan Chanmi yang masih bingung dengan apa yang
diucapkannya. Chanmi terus memandangi kakaknya dengan rasa kebingungannnya
sampai sosok kakaknya itu menghilang dari penglihatannya.
Sementara itu, Jaehyun berjalan melewati
koridor. “Omona~, suka sekali anak itu marah marah. Hahaha” gumamnya.
“Mau sampai kapan kau mengusili adikmu
itu, Jae?” tiba – tba seorang perempuan muncul di hadapan Jaehyun.
“Ah, Youkyung noona, membuatku kaget saja
ehehe” ujarnya sambil menampilkan cengirannya.
Youkyung tersenyum pada Jaehyun dan
menggeleng gelengkan kepalanya kecil “Kau ini selalu saja membuat adikmu kesal”
“Ya…namanya juga seorang kakak. Ya
memang seperti itulah cara kakak menyayangi adiknya. Huehehe”
“Aih! Dasar kau ini lucu sekali,
Jaehyun-ah” ujar Youkyung sambil mencubit pipi Jaehyun dengan gemasnya kemudian
ia pergi melangkah meninggalkan Jaehyun yang tercengang saat pipinya dicubit
oleh gadis itu. Selama beberapa detik kemudian, Jaehyun menampar pipinya
sendiri.
“Aigo, ini bukan mimpi! Dia benar benar
mencubit pipiku tadi!” serunya dengan girangnya. Ia pun membalikkan badannya
dan melihat sosok Youkyung yang masih berjalan lurus kesana.
“Ah~ Youkyung noona, joahae~” ucapnya
mendesah bahagia.
***
“Chanmi-ya~” panggil seseorang dari kejauhan.
Chanmi yang sedang berjalan menuju gerbang sekolah pun langsung menengok
kebelakang. Terlihat seorang gadis sedang berlari lari kecil menuju tempat
dimana Chanmi berdiri.
“Ah, Yuna unnie! Annyeong~” sapa Chanmi dengan
ramahnya kenapa orang yang dipanggil Yuna itu. Yuna menghentikan langkahnya
begitu ia sampai di hadapan Chanmi.
Ia membungkukkan badannya dan menopong
tubuhnya dengan memegangi kedua lututnya. Kemudian terdengar nafasnya yang ngos ngosan.
“Unnie ternyata
kuliah disini juga ya?” tanya Chanmi kegirangan.
Yuna mulai mengatur nafasnya agar dapat
bernafas dengan normal kemudian mulai menegakkan badannya dan melihat pada
Chanmi. “Ah iya, kau baru tahu?”
“Iya, aku saja baru melihatmu disini,
unn”
“Hahaha iya sih soalnya aku tidak ikut
mengurusi datangnya mahasiswa baru. Jadinya baru tahu deh kalau kamu mahasiswa
disini. Duh adikku sekarang menjadi mahasiswa ya? Kkkk~” kemudian Yuna mencubit
pipi Chanmi dengan gemasnya.
Yuna memang menganggap Chanmi seperti adiknya
sendiri. Begitu juga dengan Chanmi, menganggap Yuna sebagai kakak perempuannya
sendiri. Mereka berdua memang sudah akrab sejak SMA. Yuna dan Youkyung adalah
senior yang dekat dengan Chanmi. Hanya saja Chanmi merasa menemukan sosok kakak
perempuan pada diri Yuna. Tak jarang mereka selalu menceritakan masalah mereka
masing masing. Pada saat Chanmi sudah amnesia pun Yuna tetap membantu Chanmi
dengan memberikan foto foto masa SMA mereka. Maka dari itu, Chanmi bisa
mengenali Youkyung tadi pagi karena Yuna lah yang membantu dirinya untuk memberikan
memori pada otak Chanmi yang hilang. Hanya saja ada beberapa memori yang tidak
ingin Yuna beritahu padanya karena takut kondisi gadis itu akan jatuh.
“Duh aku jadi malu” ucap Chanmi sambil
tersipu sipu dengan tangannya menutupi mulutnya dan terdengar tawa kecilnya.
“Ceritakan dong padaku bagaimana hari
pertama tadi” seru Yuna penuh antusias.
“kkkk~ baiklah. Jadi, hari ini bisa
dibilang menyenangkan tapi juga dibilang menyebalkan. Menyebalkannya ada
Jaehyun oppa yang selalu membuatku merasa kesal, huh” gerutu Chanmi
“hahaha. Namanya juga seorang kakak.
Apalagi laki laki. Banyak kok yang seperti dirimu,Chan. Lalu lalu, apa yang
menyenangkan bagimu?”
“Menyenangkannya ya…aku mendapat teman
baru yang ternyata satu marga denganku, namanya Seolhyun. Anaknya terlihat
cantik dan manis. Yang paling lucu, semua perempuan di kelas mengagumi Dosen
mata pelajaran Bahasa Inggris. Memang sih beliau terlihat masih muda dan
memiliki senyuman yang manis”
“Masih muda? Sepertinya aku belum pernah
lihat Dosen seperti itu. Mungkin beliau Dosen baru”
“Yuna-ya!!” terdengar dari jauh suara
seseorang yang memanggil salah satu di antara kedua gadis tersebut. Sontak
keduanya langsung menoleh mencari sumber suara tersebut.
“Seo Yuna! Aku mencarimu!” orang yang
memanggil Yuna itu semakin dekat dan semakin jelas bentuk wajahnya.
“Ya!” akhirnya orang itu sampai pada hadapan
Yuna dan Chanmi. Nafasnya terpengal pengal karena tadi ia berlari lari. “Ah kau
ini, kemana saja?”
“Seharusnya aku yang menanyakan hal itu,
bodoh!” cibir Yuna “Kau tiba tiba
meninggalkanku di perpustakan sampai waktu pulang sudah tiba. Yasudah, aku
tinggal pulang saja”
“Aish! Kau ini. Tadi aku dipanggil Han
songsaenim. Tahu sendiri bagaimana perlakuan beliau padaku. Hahaha dan aku
dikenalkan pada dosen baru yang terlihat muda. Sepertinya mulai besok mata
pelajaran Bahasa Inggris di kelas kita akan diganti olehnya.” Jawab Seunghyun
“Ah jinjja?”
“Hmm unnie” akhirnya Chanmi mulai angkat
bicara. “Orang ini siapa?”
“Ah ini. Duh aku hampir lupa
mengenalkannya padamu. Kenalkan ini Song Seunghyun. Seunghyun, kenalkan ini
adikku, Chanmi.”
Orang yang bernama Seunghyun itu member
uluran tangan pada Chanmi yang kemudian diterima olehnya.
Oh
jadi gadis ini ya? Hahaha.. jadi gadis ini yang membuat seorang Choi Minhwan bisa
bersikap gila batin Seunghyun
“Kim Chanmi imnida” sapanya dengan
ramah.
“Song Seunghyun imnida. Jadi kau ini
adiknya yang selalu diceritakan oleh Yuna ya? Hahaha kalau aku ini kekasihnya”.
Beberapa detik kemudian, Seunghyun berteriak kesakitan karena kakinya di injak
oleh Yuna.
“Heh, siapa yang berpacaran denganmu? Aku
tidak merasa tuh” omel Yuna.
“Tapi aku merasa,tuh” jawab Seunghyun
dengan ringannya sambil menampilkan cengirannya.
“Heol, aku tidak pernah merasa berkencan
dengan seseorang yang bernama Song Seunghyun!” cibir Yuna
“Tidak pernah berkencan denganku? Kalau
begitu pada malam minggu tunggulah aku di rumahmu karena aku akan menjemputmu
untuk berkencan” balas Seunghyun kemudian ia berlari menghindari Yuna yang akan
bergerutu.
“Ya! Seunghyun! Jangan lari!” Yuna hendak
berlari mengejar Seunghyun. Namun ia teringat pada adiknya yang bingung melihat
tingkah mereka. “Ah, Chanmi-ya, aku pulang duluan ya. Kau juga harus hati hati
di perjalanan pulangmu. Sampai Jumpa” ucapnya setengah berteriak kemudian ia
melanjutkan untuk mengejar Seunghyun yang sudah berlari keluar dari gerbang.
Chanmi yang melihat tingkah keduanya itu hanya bisa menggelengkan kepalanya.
***
“Huh, tak menyangka bahwa jadi mahasiswa
akan pulang semalam ini” keluh Chanmi saat di perjalanan pulang tepatnya di
daerah rumahnya. Ia mengambil handphone yang ada dikantong celana dan melihat
jam pada layar handphone tersebut. Terlihat di layar menunjukkan jam 06.27 pm.
“Apa aku juga pernah pulang pada saat
waktu seperti ini saat aku masih SMA?” tanyanya pada diri sendiri. Bebebrapa
menit kemudian ia sampai pada rumah minimalis tempat tinggal barunya bersama
suaminya dan dia memasuki halaman rumah tersebut. Berhadapan pada pintu utama
dan mengetuk pintu tersebut.
“Aku pulang~” dan ia pun kembali
mengetuk pintunya.
Tak lama pintu nya terbuka dan muncullah
sosok suaminya itu. “Ah, ternyata kau sudah pulang” seru Minhwan sambil
tersenyum senang melihat kedatangan Chanmi.
“Mianhae, Minhwan-ssi. Aku pulang
terlambat. Sebenarnya tadi aku pulang jam empat sore. Hanya saja tadi menunggu
bis nya cukup memakan waktu dan lagi di perjalanan terkena macet.” Tutur Chanmi
sambil menundukkan kepalanya karena takut Minhwan marah padanya.
Tangan kanan Minhwan menepuk lembut
ujung kepala Chanmi dan ia masih tersenyum. “Bukan suatu masalah kok. Akupun
waktu masih kuliah juga sering pulang malam. Apalagi hari pertama masuk. Ya
pasti aku makhlumi lah”
“Aku kira kau akan marah padaku…”
“Hahaha. Apa aku punya alasan untuk
memarahimu? Sudahlah ayo masuk. Aku sudah menyiapkan makan malam untuk kita
berdua” ucapnya sambil berlalu masuk menuju ruang tamu yang diikuti oleh
Chanmi.
Kemudian setelah memasuki rumah itu,
Chanmi menutup pintu utamanya dan kembali menyusul Minhwan. “Kau menyiapkan
makan malam? Lagi lagi kau yang harus kerepotan atas ini semua.”
Minhwan membalikkan badannya untuk
melihat Chanmi. “Sudah kubilang, ini bukan suatu masalah. Yasudah, sekarang kau
ganti baju dulu lalu mandi. Kalau sudah selesai, cepatlah kesini. Aku
menunggumu di dapur ya?”kemudian ia mulai melangkah menuju dapur.
Sementara Chanmi masih tampak
kebingungan. Merasa tidak enak karena ia merasa tak dapat melayani suaminya
itu. Namun otaknya kembali berpikir. Jika ia berlama lama berdiri di tempat itu
dan hanya memikirkan atau menyesali apa yang sudah terjadi, justru makin
membuat dirinya tidak berguna. Segera ia melangkah menuju kamar untuk ganti
baju dan membasuh tubuhnya
***
Chanmi menuruni anak tangganya kemudian
berlari lari kecil menuju dapur. Sesampai di daput dilihatnya Minhwan sudah
menunggunya di meja makannya.
“Ah, Minhwan-ssi,
apa aku membuatmu lama menunggu?”
tanya Chanmi
Minhwan yang sedari tadi menundukkan
kepalanya kini mengadahkan kepalanya untuk melihat kehadiran Chanmi. Dilihatnya
Chanmi memakai kaos putih berlengan panjang yang ukurannya terlihat kebesaran
di badannya dan celana hitam pendek. Hal itu berhasil membuat Minhwan menelan
ludahnya saat melihatnya.
Chanmi….Chanmi.
Bahkan ketika kau sudah amnesia pun kau tetap melakukan kebiasaanmu. Memakai
celana pendek sebagai pakaian sehari harimu dirumah. Aish! Kau membuatku gila! Batin Minhwan
Chanmi baru menyadari bahwa daritadi
mata Minhwam melihat pada penampilannya. Ia mengecek pada penampilan dirinya.
Memastikan bahwa tak ada yang salah pada dirinya.
“Hm, Minhwan-ssi” panggil Chanmi yang
dapat menyadarkan Minhwan dari lamunannya. “Apa ada yang salah dengan
pakaianku?”
“Ee…sebenarnya sih..hm…biasa saja. Hanya
saja…aku sedikit gugup saat melihatmu memakai celana sependek itu” ucapnya
penuh dengan rasa gugup.
“Ah, mianhae, Minhwan-ssi. Aku memang
terbiasa memakai celana pendek saat dirumah”
ujar Chanmi
“Ah sudahlah” Minhwan membuyarkan
suasananya yang canggung. “Ayo, kita makan. Perutku sudah sangat lapar”.
Mendengar suaminya bahwa ia sudah lapar, Chanmi langsung menarik kursinya dan
duduk di kursi tersebut. Kemudian ia mulai mengambil nasi dan meletakkannya di
piring miliknya. Begitu juga dengan Minhwan. Masing masing dari mereka
mengambil lauk yang berbeda.
Setelah selesai, barulah mereka mulai
makan dengan makanan yang ada pada piringnya masing masing. “Oh iya bagaimana
hari pertama di kampus?”
“Hm…menyenangkan. Tapi juga menyebalkan.
Jaehyun oppa selalu membuatku merasa kesal. Mungkin dia dendam padaku karena
aku lebih dulu menikah sementara dia mendapatkan kekasih saja belum.”
Mendengar Chanmi bercerita membuat
Minhwan terkekeh. Ia begitu gemas pada istrinya ini. “Lalu, apa yang
menyenangkan bagimu?”
“Hm…aku bertemu dengan senior lamaku
disana. Youkyung unnie dan Yuna unnie. Aku senang bisa satu universitas lagi
dengan mereka. Dan tadi aku mendapatkan teman baruku yang kebetulan satu ekskul
dance denganku. Namanya Seolhyun.
Anak itu memang cantik dan manis sih. Kemudian…” Minhwan terus memperhatikan
Chanmi yang asik menceritakan hari pertamanya di kampus. “Kemudian apa, chan?”
tanya Minhwan penasaran
Hm…apa
aku harus bercerita tentang Hae songsaenim? Tapi kalau aku bercerita…ya
kemungkinan Minhwan tak akan marah. Tapi bagaimanapun, dia kan suamiku. Aku tak
boleh menceritakan hal ini
“Ah, kemudian, kulihat Yuna unnie sudah
mulai berkencan dengan seorang lelaki yang bernama Song Seunghyun. Mereka
sangat lucu kkkk~ entah kenapa aku senang saja melihat mereka”
“Ah begitu” balas Minhwan menanggapi
cerita Chanmi
Ternyata
Songsari sudah punya kekasih toh? Kenapa dia tidak cerita padaku kalau dia
punya seorang gadis? Dasar curang! Awas kau Song
Seunghyun
“Hm..Minhwan-ssi, apa kau yang memasak
ini semua untukku?”
“Tentu saja. Apa ada yang kurang
Chanmi-ya?”
Chanmi menatap pada semua makanan yang
ada pada meja makan. “Omona, aku juga merasa tak enak denganmu…”
“Tak enak kenapa? Santai sajalah,
Chanmi-ya~”
“Katakan padaku. Apa yang harus aku
lakukan untuk membalas semua ini?”
Mendengar hal itu membuat senyuman
Minhwan semakin mengembang. “Kau benar benar ingin membalasnya?” Chanmi
mengangguk dengan antusias.
“Kalau begitu…” Minhwan mulai menatap
Chanmi dengan lekat. “Panggil aku…Minhwan oppa”
Chanmi tercenga mendengarnya. “Hanya
itu?”
“Hey, itu memang suatu hal yang kecil.
Tapi berpengaruh besar untuk diriku, Chan. Jujur saja, aku sedikit risih bila
kau panggil dengan begitu formal. Kita ini kan sudah resmi menjadi suami istri.
Sudah saatnya kau memanggilku dengan sebutan ‘oppa’ “
Chanmi pun terdiam dalam kebingungannya.
“hm..baiklah….Minhwan oppa” tuturnya. Seketika ia memegangi kepalanya yang
terasa sakit seperti ditusuk tusuk oleh paku. Terdengar rintihan kesakitan
darinya. Tiba tiba saja ia membayangkan seseorang. Namun seseorang yang sedang
ia bayangkan itu tak terlihat jelas. Ia juga membayangkan ada suara seorang
gadis memanggil “oppa…oppa” dengan manjanya. Ia tak dapat membayangkan gadis
tersebut. Hanya suaranya saja yang dapat ia bayangkan.
Dirasakan kepalanya semakin terasa
sakit. “aarrgghh!” rintihnya ketika kepalanya semakin terasa seperti tertusuk
paku.
“Chanmi-ya!” Chanmi mengadahkan
kepalanya ketika seseorang memanggilnya. Seketika kepalanya terasa ringan.
Tidak sesakit sebelumnya. Dilihatnya wajah Minhwan yang begitu khawatir.
“Minhwan…oppa” ucapnya lemah. Otaknya butuh berpikir sepersekian detik untuk
tidak keliru memanggil Minhwan.
“Ada apa denganmu, Chan?” tanya Minhwan.
“entahlah oppa…” ucapnya yang masih terdengar lemah.
“Tiba tiba saja kepalaku sakit dan…aku
membayangkan seseorang yang tidak aku ketahui…ada seorang gadis yang memanggil
orang itu dengan sebutan ‘oppa’ tapi…tapi aku tak dapat melihat gadis itu”
“sstt..sudahlah. Sekarang kau istirahat
saja. Ayo” Kedua tangan Minhwan mulai mengangkat badan Chanmi dan membawanya
menuju kamar.
“Oppa? Kau menggendongku lagi? Aku bisa
berjalan sendiri oppa~”
Minhwan menggelengkan kepalanya. “Aniya,
Chan. Kau bisa saja terjatuh nanti. Sudah percaya saja padaku” Minhwan pun
melanjutkan langkahnya dengan membawa Chanmi ke kamarnya.
Sesampai di kamarnya, Minhwan meletakkan
Chanmi pada tempat tidur. “Sudah ya? Kau istirahatlah yang baik. Selamat malam
Chanmi-ya. Mimpi yang indah~”
“Ah, Minhwan oppa!” panggil Chanmi yang
membuat langkah Minhwan terhenti saat ingin keluar dari kamar. “Bolehkah aku
meminta sesuatu?”.
Minhwan membalikkan badannya sambil
tersenyum pada Chanmi. “Tentu. Katakan apa yang kau inginkan?”
“Oppa…” Chanmi memberanikan diri untuk
melihat Minhwan tepat di kedua mata Minhwan. “Oppa, maukah oppa tidur
disebelahku?”
DEG!
Seketika Minhwan merasa jantungnya
berdegup kencang. Tubuhnya terasa kaku saat ia mendengar apa yang dikatakan
gadis itu apalagi saat gadis itu menatap matanya
Chanmi…aku
mohon jangan sekarang…aku benar benar tak ingin membuatmu hancur Chanmi…
“Oppa…” panggil Chanmi pelan. “Chanmi
takut…” terdengar suara Chanmi begitu gemetar. Perlahan Minhwan berjalan
mendekati Chanmi dan kemudian mengambil posisi di sebelah Chanmi di tempat
tidur. “Oppa…Chanmi…” terlihat wajah Chanmi yang ingin menangis dan terdengar
isakannya, membuat Minhwan merasa tak tega.
“Jangan takut, Chanmi-ya” ucapnya
lembut. Perlahan tangan Minhwan menyentuh kepala Chanmi dan kemudian ia
membelai lembut kepala gadis itu. Detik demi detik isakan dari mulut Chanmi
mulai menghilang dan setelah beberapa menit kemudian Chanmi tertidur. Minhwan
pun menyadari bahwa Chanmi sudah pergi ke alam mimpinya.
“Jaljayo” bisiknya lalu ia mencium
kening gadis yang sudah tertidur lelap. Minhwan pun segera turun dari tempat
tidur tersebut dan mulai mengambil langkah untuk keluar dari kamar tersebut
sambil membawa bantal dan guling.
***
Suasana di kelas begitu tenang karena
mahasiswa disana sibuk mencatat materi yang ada pada papan tulis. Chanmi yang
sedang terdiam di kelasnya tiba tiba ia dikagetkan pada layar ponsel yang
muncul dihadapannya tanpa permisi. Dilihatnya siapa pemilik ponsel tersebut.
“Seolhyun-ah? Aish! Kau membuatku kaget
saja” ucapnya sedikit mengomel.
Yang diomeli hanya tertawa untuk
menanggapi omelan Chanmi. “Hey, kau lihat dulu layar ponsel ini, Chanmi-ya”
ucapnya penuh kegirangan.
Chanmi melihat dengan simak pada layar
ponsel teman barunya itu. “Eoh? Nomor teleponnya Hae songsaenim?”
“Sstt..!” Seolhyun member kode pada
Chanmi untuk tidak berbicara keras keras. “Hey, aku mendapatkan ini susah tahu.
Kebetulan saja kemarin Hae songsaenim membagikan biskuit coklatnya pada anak
anak. Dan aku tidak akan menyia – nyiakan kesempatan ini untuk mendapatkan nomornya.
Hohoho” tukas Seolhyun.
“Ah sesuka hati saja, Seol-ah” ucap
Chanmi yang sedikit malas mendengarkan Seolhyun berbicara karena membicarakan
Dosen seperti Donghae adalah suatu hal yang menoton baginya.
“Hey, kalian. Bukannya menulis malah
mengobrol” ujar Donghae yang menghampiri mereka berdua.
“Ah, songsaenim. Kita ini sedang
membicarakan coklat biskuit yang kau berikan kemarin. Chanmi bilang coklatnya
manis dan ia menyukainya” seru Seolhyun.
“Ah benarkah itu, Chanmi-ssi?” Donghae
menoleh pada Chanmi. “Ah, iya. Biskuit buatan ibumu sangat enak” jawab Chanmi
dengan sopan.
Huh,
padahal kan aku belum mencoba biskuit coklat itu. Ini semua gara gara si derpy
Jaehyun oppa yang menyebalkan itu!
“Iya, coklat itu manis…seperti dirimu,
Chanmi-ssi” ujar Donghae dengan lembut kemudian menatap Chanmi. Gadis itu hanya
merasa kebingungan ketika ditatap oleh Dosen tersebut.
“Ah, songsaenim!” teriak salah seorang
mahasiswa yang berkacamata yang posisinya cukup jauh dari Chanmi dan Seolhyun.
“Apa aku boleh bertanya sesuatu?”
Donghae pun berjalan menuju mahasiswa
yang memanggilnya. “Ada apa?”
“Huft syukurlah anak itu datang sebagai
penyelamat” kata Seolhyun.
“Memangnya kenapa, seol-ah?” tanya
Chanmi keheranan.
“Huaah, Chanmi-ya~ aku cemburu padamu” isak Seolhyun
“Eoh kenapa?” tanya Chanmi heran
“What?? Kau tak menyadarinya? Hae
Songsaenim menatapmu begitu……Omo~ andai aku juga mendapatkan tatapan itu. Pasti
aku lebih bersemangat untuk hidup” ucap Seolhyun mendesah bahagia. Chanmi yang
melihat tingkah temannya itu hanya bisa membiarkannya. Ia hanya bingung mengapa
Dosen itu menatap Chanmi begitu dalam. “Oh iya, Chanmi-ya, hari ini kau jangan
langsung pulang ya? Soalnya ekskul dance akan
mulai latihan hari ini. “Ah jinjja?”
***
Chanmi menekan beberapa tombol yang ada
ada ponselnya kemudian ia menekan tombol hijau. Ponsel yang dipeganginya
diposisikan di sambil telinga kanannya.
“Yoboseyo, Minhwan oppa? Oppa aku hari
ini pulang terlambat ya……iya Seolhyun baru saja memberitahuku hari ini bahwa
latihan dance nya dimulai hari ini.
Boleh kan oppa?....iya pasti…gomawo oppa, kalau sudah selesai aku akan langsung
pulang…” ia pun menekan tombol merah pada ponsel tersebut dan menaruknya di
kantong celana jeans hitam yang ia kenakan. Kemudian ia melangkah menuju suatu
ruangan untuk latihan dance.
Sesampai di ruang tersebut, ia langsung
memasuki ruangan itu. Matanya berkeliling mencari sosok seseorang yang mungkin
dapat ia kenali. Terlihat sosok seorang Seolhyun sedang duduk di belakang di
antara anak anak lain yang duduk di lantai. Langsung saja, kaki Chanmi
melangkah pada Seolhyun.
“Apa aku terlambat?” tanya Chanmi pelan.
“Karena tadi aku harus mengabari pada oppa ku bahwa aku akan pulang terlambat”
“Tidak kok. Pelatih nya saja belum
datang” balas Seolhyun. Mata Seolhyun tertuju pada cincin yang melingkar di
jemari manis Chanmi. Tanpa permisi, tangan Seolhyun langsung mengambil tangan
Chanmi.
“Aigo~ indah sekali cincin ini.
Sepertinya ini cincin emas asli”. Pemilik cincin itu hanya bisa tersenyum
menanggapinya. “
Darimana kau mendapatkan cincin ini?”
tanya Seolhyun pada Chanmi.
“Itu dari ibuku” jawab Chanmi bohong. Ia
masih ingat ketika Minhwan memperingatkan padanya bahwa jangan membicarakan
pernikahannya dengan Minhwan pada yang lain, bahkan sahabat dekatnya sekalipun.
Tiba tiba pintu yang ada pada ruangan tersebut.Muncullah seorang wanita dengan
pakaian sport nya. Langsung saja
orang orang tersebut bangkit dari posisi duduknya.
“Ya, selamat siang semuanya” sapa wanita
itu dengan lugas.
“Siang songasenim” jawab orang orang
tersebut dengan serentak dan membungkuk hormat pada wanita tersebut.
“Perkenalkan, nama saya Lee Da Hee. Panggil
saja saya Lee songsaenim.” Ucapnya memperkenalkan diri. “Yap, untuk menghemat
waktu langsung saja kita mulai latihannya”. Orang orang pun langsung mengatur
posisi dan mulai berbaris. Kemudian mereka mulai latihan dance pada Lee Songsaenim.
***
Chanmi dan yang lainnya keluar dari
ruangan tersebut karena latihannya sudah selesai. Chanmi berjalan melewati
koridor yang terlihat cukup sepi dan gelap. Tiba tiba ia melihat sosok
seseorang yang ada didepannya dari kejauhan. Ia mengerutkan dahinya karena
penasaran siapa orang itu.
“Chanmi-ssi? Kau kah itu?” Chanmi
mendengarkan suara itu dengan saksama. Kalau dari suaranya, seperti itu Hae
songsaenim, pikirnya.
“Hae Songsaenim? Iya ini Chanmi” ucapnya
setengah berteriak. Tiba tiba sakit kepala kembali menyerang gadis itu. Sekejap
ia memegangi kepalanya. Bayangannya kembali menghantui Chanmi bahwa ada sosok
seseorang di suatu gang. Sayangnya Chanmi tak dapat melihat dengan jelas siapa
sosok seseorang itu. Tak lama bayangan itu diganti dengan dua orang yang saling
berkelahi di gang tersebut. Terdengar suara gadis berteriak histeris disana. Dan
lagi Chanmi tak bisa membayangkan wajah dua orang itu. Semakin otaknya memaksa
itu mengingatnya, semakin kepalanya terasa sakit. Akhirnya tubuh gadis itu
mulai ambruk dan sebelum tubuh gadis itu jatuh ke lantai, sudah lebih dulu
ditopang oleh tangan seseorang yang menangkapnya
***
Mata Chanmi perlahan terbuka, ia melihat
beberapa kursi yang penuh diduduki oleh orang. Dirasakan getaran kecil di
tempat itu. “Eh ini aku dimana?” tanya Chanmi dengan nada suara yang parau.
“Akhirnya kau sadar juga” tiba tiba
terdengar suara lelaki. Chanmi baru sadar bahwa kepalanya tersandar pada bahu
seseorang. Dilihatnya siapa pemilik bahu tersebut.
“Oppa?” tanya Chanmi memastikan. Lelaki
di sebelah Chanmi yang memakai earphone dan
memainkan PSP miliknya itu menoleh pada nya.
“Kau tadi pingsan di kampus. Untung saja
aku ada di tempat itu. Kalau tidak, siapa lagi yang akan menolongmu dan
membawamu pulang?” ujar Jaehyun dengan ringan. Kemudian ia kembali memainkan
PSPnya.
“Oppa?” panggil Chanmi namun orang yang
dipanggilnya hanya terdiam memainkan PSPnya. “Oppa, bukannya tadi ada Hae
Songsaenim?”.
etelah beberapa detik kemudian, akhirnya
ia mulai berbicara. “Aku tidak melihatnya” ucapnya tanpa melepas tatapannya
pada layar PSP. “Aku hanya melihat dirimu akan jatuh setelah itu aku
mengangkatmu”
Padahal
tadi aku mendengar suara Hae songsaenim. Apa tadi aku halusinasi? Tapi suara
tadi benar benar seperti suara Hae songsaenim
Tak terasa getaran kecil pun mulai tak
terasa. Menyadari hal itu, Jaehyun langsung mematikan PSPnya dan melepaskan earphone yang ada ditelinganya. Dengan
cepat ia menggandeng Chanmi dan menarik keluar dari tempat itu. Akhirnya mereka
turun dan keluar kemudian tiba di halte perhentian bis. Namun tangan Jaehyun
tidak lepas dari tangan Chanmi. Ia tetap menggandeng adiknya dan melangkah
menuju daerah perumahan dimana Chanmi tinggal saat ini. “Oppa? Kau tidak
pulang?”
“Bagaimana aku bisa pulang sementara
dirimu sendiri saja harus ku gandeng”
“Aku bisa jalan sendiri kok oppa…”
“Ah, aku tak yakin. Kupastikan kepalamu
masih terasa sakit. Iya kan?” Mendengar hal itu, Chanmi hanya bisa terdiam.
Memang kepalanya masih terasa sakit walaupun tidak separah saat di koridor
tadi. Tak lama tibalah mereka di depan rumah minimalis dimana Chanmi tinggal.
Mereka memasuki halaman sekolah dan sampai pada pintu utama.
“Hyung~ Hyung” panggil Jaehyun sambil
mengetuk pintu utamanya. Tak lama pintu terbuka dan muncullah sosok seorang
Minhwan.
“Jaehyun-ah, ada apa kau kemari?” tanya
Minhwan yang terlihat sedikit kaget. Matanya memutar ke arah sebelah Jaehyun.
Dilihatnya wajah istri itu pucat dan lemas. “Dan…ada apa dengan
Chanmi?”tanyanya penuh khawatir sambil menarik Chanmi dengan perlahan masuk ke
rumah.
“Dia hanya kelelahan hyung karena tadi
latihan dance” jawab Jaehyun.
“Yasudah ya, hyung? Aku harus pulang dulu.” Pamit Jaehyun.
“Ah, kau tak ingin masuk dulu?” ujarnya
menawarkan.
“Tak perlu hyung. Ini sudah malam. Aku
harus pulang. Terima kasih” Jaehyun membungkuk hormat pada Minhwan kemudian ia
melangkah pergi dari rumah itu. Minhwan menutup pintu utamanya dan menghampiri
Chanmi yang terduduk lemas di safa. “Chanmi-ya, ada apa denganmu?”
“Ah oppa…” balasnya yang terdengar
lemas. “Aku hanya kecapekan karena latihan dance oppa” perlahan Chanmi bangkit
dari posisi duduknya.
“Ah, mungkin aku harus istirahat. Aku
benar benar lelah. Mianhae oppa…aku harus istirahat” ucapnya masih terdengar lemas
seperti orang yang mabuk. “
“Ah
iya. Kau memang harus istirahat. Biar ku antar kau…”
“Tak perlu oppa…” potong Chanmi. “Aku
bisa melangkah sendiri” dengan susah payah Chanmi melangkah menuju kamarnya.
Setelah menunggu Chanmi masuk ke kamar,
Minhwan pun bergegas untuk mengambil ponsel dari kantongnya dan menekan
beberapa tombol yang pada pada ponselnya. Dihubunginya pada seseorang lewat
ponsel tersebut.
“Dia tadi pingsan karena kepalanya
sakit. Sepertinya otaknya mulai memaksa dia untuk mengingat masa lalunya” ucap
seseorang yang sedang diteleponnya. “Hyung, aku mohon, jagalah Chanmi. Bagaimanapun,
dia adalah adikku”
“Aku mengerti” jawabnya pelan kemudian
ia memutuskan jaringan komunikasinya dengan Jaehyun
***
Dengan riangnya Chanmi melihat calendar
yang terpajang di dinding ruang tamu. “Aigo~ selama kuliah aku tak bisa
mengingat dengan baik tentang hari, ya?” ucapnya pada diri sendiri.
Untunglah
sekarang hari Jumat. Dan besok Sabtu aku libur. Itu artinya aku bisa melayani
Minhwan oppa sebagai istri yang baik
“Oppa~” panggil Chanmi dengan riangnya
sambil menghampiri Minhwan yang sedang asik menonton TV. Ia mengambil posisi
duduk tepat disebelah kiri Minhwan.
“Chanmi-ya” panggil Minhwan menoleh pada
Chanmi setelah gadis itu muncul di sampingnya.
“Apa yang ingin kau lakukan untuk besok?”
tanyanya lembut.
Chanmi menoleh pada Minhwan dan
memberanikan diri untuk menatap matanya. “Aku ingin melayanimu dengan baik
seperti apa yang pernah kau layani untukku, oppa. Aku kan ingin menjadi istri
yang baik untukmu” ucap Chanmi sambil tersenyum.
Minhwan pun juga tersenyum melihat
Chanmi dan masing masing dari mereka membiarkan waktu berlalu untuk saling
bertatapan.
“Aku tak mau” ucapnya masih tetap
tersenyum, membuat Chanmi menjadi bingung.
“Eoh? Kenapa?”. Lengan tangan kirinya
merangkul pada Chanmi dan perlahan sedikit menariknya untuk mempersempit jarak
di antara mereka.
“Aku ingin…kau ikut aku untuk…berkencan” ujar
Minhwan sambil tersenyum lembut.
“Eoh? Kencan?”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar