Laman

Sabtu, 04 Mei 2013

think about my love or dream (bab 9)



Aku pun terbangun dari tidurku dan aku tersadar bahwah semalaman kau berada diluar kamar aku terbangun saat ayam jago berkokok saat matahari mulai beranjak dari peraduanya
Aku buru-buru masuk kekamar dan menutup pintu yang menunuju arah balkon dan aku buru-buru berpura-pura tidur agar narisa dan raina tidak tahu bawah aku semalaman tidak tidur
“onee-chan?” seru narisa saat aku masuk kedalam selimut
Astaga aku sepertinya ketahuan..
“ne?”
Lalu narisa bangun dari tempat dan langsung duduk di sebelahku yang sedang merbahkan diri di kasur
“kamu pasti nggak tidur semalaman onee-chan” tanya
“ha? Apa? Aku tidur kok” jawabku bohong
“nggak kamu pasti nggak tidur dari kantung matamu dan matamu yang bengkak pasti kamu nggak tidur onee-chan”
Astaga narisa kamu semacam peramal saja batinku
“udah sana kamu tidur lagi masih jam 5 pagi udara dingin” aku masuk kedalam selimutku
--
Tiba-tiba suara ponselku berdering dan itu membuatku terbangun
“halo” jawabku setengah sadar
“ayumi?” sapa dari seberang
“ha? Iya?” mataku langsung terbelanga
“halo ini aku iyarin” sahutnya
Mataku langsung terbelanga “iyarin? Ada apa kamu telfon aku?”
“yumi... m....m....” kata iyarin “aku bingung mau bicara sama kamu sumpah kamu lagi di jakarta kan? Bukan....”
“aku lagi di lembang” potongku “ada apa?”
“kamu gak sekolah apa? Ngapain kamu di lembang kamu......”
“nenekku kemarin meninggal” jawabku dengan suara parau “jadi mau nggak mau aku harus ke lembang”
“oh tuhan maaf yumi aku nggak tahu.” Iyarin tampak ibah “aku turut berduka ya yumi maaf banget nggak tau kenapa kamu nggak ngabarin aku?”
“maksih ya rin, nggak aku nggak mau ngasih tau siapa-siapa”
“aku kan sahabat kamu yumi jadi....”
“gomennasai....” kataku
Lalu kami berdua sama-sama terdiam
“iyarin kamu kenapa menelfonku? Sepertinya penting” kataku memecahkan kesunyian
“oh nggak kok yumi cuman mau tanya kabarmu aja” kata iyarin “udah ya aku mau masuk kekelas udah bel masuk ni dadah”
Dan iyarin memutuskan telfonya
Ada perasaan janggal didiriku buat apa iyarin pagi-pagi bengin menelfonku? Kalaupun ia mau menanyakan kabar denganku biasanya dia hanya mengirim pesan singkat apa ada sesuatu yang ia sembunyikan?
--
Hari jumat pun aku kembali masuk kesekolah seperti bisa dan kembali ke jakarta semua tak berubah walau nyaris semenjak nenek meninggal setiap malam aku selalu menangis dan menangis rasanya air mataku masih tak bisa berhenti untuk menangis
Pagi ini ayahku mengatarkan aku ke sekolah ini semacam tak bias buat ku karena nyaris 3 bulan ini paman joe lah yang mengatarku kesekolah
Selama di perjalan aku banyak terdiam tak banyak bicara dengan ayah ini terlalu asing untukku semenjak ayah memutuskan pindah ke jepang bersama ibuku demi keluarga ibuku aku merasa ayah seperti orang asing untukku
“ayumi..” seru ayah memecahkan keheningan
“iya?”
“kok kamu diam aja si? Biasanya dulu kamu kalo ayah antar kesekolah kamu bawel banget cerita sama ayah bercanda lah ini kok diam aja” tanya ayah
Aku menggeleng “nggak papa aku males banget mau ngpamanong yah”
“pasti kamu masih kepikirian nenek?” jawab ayah spontan
“bisa dibilang seperti itu”
“ayumi...” ayah menghela nafas “ayah tahu ini sangat berat ayah sendiri juga benar-benar masih sulit mengikhalskan kepergian nenekmu apalagi dia adalah orang tua ayah satu-satunya tapi mau bagaimana lagi ini takdir tuhan sayang”
Aku hanya bisa terdiam mendengar perkataan ayah.
Memang ini takdir tapi kenapa harus secepat ini tuhan
“ayah, aku tahu ini takdir tapi rasanya untuk mengikhlaskan kepergian nenek itu tak mudah ayah tak muda membalikkan telapak tangan” kataku
--
Aku sampai kesekolah sedikit terlambat dari biasanya sekolah pun mulai ramai bahkan kafetaria sekolah yang biasanya sepi pagi ini cukup ramai
Aku berjalan di lorong sekolah dengan lesu dan tak bersemangat di dalam pikiranku seperti ada yang mengajal aku tak tahu saat ini aku seperti tesesat di dalam pikiranku sendiri
“pagi yumi” sapa seseorang dan membuarkan lamunanku
Aku mendongak seperti orang idiot fara berdiri di belakangku dan ia tersenyum seperti biasanya ia tersenyun setiap bertemu denganku rambut pendek ikalnya berterbangan saat angin pagi berhembus
“ha...i pagi” kataku
“tumben kamu nggak semangat” kata fara
“ha? Masa si? Kayanya biasa aja ra” aku berpura-pura tersenyum “apa kabar kamu?”
“baik kok yumi, kok dari hari senin aku baru liat kamu sekarang kamu kemana mi beberapa hari ini?” tanya fara
“oh aku pergi ada urusan.... urusan keluarga” jawabku
“oh iya yumi maaf aku baru tahu dari falco katanya nenekmu meninggal?” potong fara “Aku turut berduka ya yumi maaf aku nggak bisa telfon kamu kemarin poselmu tidak aktif aku jadi bingung mau menghubungimu”
Memang ponselku semenjak aku bertengkar dengan falco sengaja aku non aktifkan
“oh iya aku lagi nggak mau diganggu” kataku
Tiba-tiba falco lewat di hadapanku sambil mengendong tasnya ia langsung membuang muka denganku
--
Aku pun sampai depan pintu kelas dan fara pun berpisah denganku ia langsung naik kekelasnya yang berada di lantai 2
Saat aku masuk kekelas semua orang yang berada di kelas nampak menatapku dengan tatapan tajam
Aku melihat paris duduk sendiri di mejanya sambil memengang ponselnya dia sangat asik dengan ponselnya sendiri hingga ia tak menyadari aku datang
“pagi paris” sapaku berusah nampak ramah seperti biasanya
“eh pagi yumi” kata paris
Aku pun menaruh tasku dan duduk di sampingnya
“ada tugas nggak kemarin?”  tanyaku
“aduh mi jangan ngomongin tugas sama aku deh aku nggak tau tanya aja sm falco” kata paris sambil asik memainkan ponselnya
“lah kok...”
“kan dia ketua kelas yumi pasti dia tahu lah apa saja tugas yang ada” jawab paris dingin tak bersahabat seperti biasanya
Astaga paris andai kamu tahu kejadiannya batinku
“oh baik lah”
--
Jam pertama berjalan sangat lambat buatku rasanya aku ingin cepat-cepat pulang kerumah aku sangat kesal dengan sikap falco hari ini kenapa ia semacam menjauh dariku?
Pikiranku semacam bercabang hari ini kenapa semua terasa aneh semuanya semenjak nenek pergi meninggalkan aku kenapa semua orang semacam menjauh dariku? Apa salahku? Falco paris semuanya sahabat-sahabatku kenapa mereka semacam menjauh dariku?
“ayumi!” seru bu melly
“ha? Saya? Ada apa bu?” tanyaku
“bisakah anda fokus? Kalo anda merasa tidak bisa fokus lebih baik anda keluar!” bentak bu melly
“maaf ibu saya minta maaf” aku berusah meminta maaf
“saya paling tidak suka saat jam saya ada yang tidak memperhatikan saya dan asik begong sendiri saya ini kalian anggap apa? Patung !” bentak bu melly
Aku hanya bisa merunduk ketakut semua orang menatapku tajam seperti seolah-olah aku adalah penjahat ulum. Aku rasanya makin ingin menangis
“saya minta maaf bu” kataku ketakutan “maaf saya ada sedikit pikiran”
“maaf bu boleh kah saya bicara” potong falco
“kamu mau bicara apa falco? Kamu mau membela dia? Dia sudah tidak sopan dengan saya” bentak bu melly
“ibu, nenek ayumi baru meninggal hari senin” kata falco “ibu bisa mengerti? Dia sedang berduka?”
Bu melly nampak terdiam mendengar perkataan falco
“kalau sendainya ibu tak bisa mengerti berati ibu adalah orang yang jahat karena ibu tak bisa memahami seseorang yang sedang sedih dan berduka” jawab falco
Lalu tiba-tiba bel perganti pelajaran berbunyi dan bu melly langsung keluar dari kelas semua murid di kelasku nampak senang karena bu melly sudah keluar
Aku pun langsung mendatangi tempat duduk falco
“falco” seruku
“apa?” jawabnya ketus
“kamu kenapa si? Kok kamu semacam marah sama aku” tanyaku
“siapa yang marah” jawab falco ketus
“tuh kan kamu marah sama aku” kataku “ kamu kenapa si?”
“aku nggak papa kamu kepo banget si sama aku!”
“emang nggak boleh?” tanyaku ketus
“buat apa kamu kepo sama aku? Aku siapa kamu? Katanya kamu kuat nggak butuh dilindungi” sindir falco
Rasanya emosiku mulai berkobar
“kamu kan kuat kamu nggak butuh aku buat apa aku di butuhin? Buat apa aku melindungi kamu? Lebih baik aku melindungi fani bukan?” sindir falco lagi
Tanganku hanya bisa ku kepalkan sekuat tenaga rasanya buku-buku tanganku ingin remuk aku sangat kesal emosiku sangat tak tertahankan
“YAUDAH SANA KAMU SAMA FANI DON’T TALK WITH ME AGAIN DON’T SAY MAY NAME AGAIN I’M SORRY THIS OVER” bentaku dan membuat satu kelas menatapku tajam
“BAIK, ITU KAN YANG KAMU MAU AYUMI NAMIRA WATANABE?” jawab falco tak kala sengit “I CAN NEVER TALK WITH YOU!”
“hei kalian kenapa?” tanya alex
Aku hanya diam sambil mengigit bibirku tangan sambil terus mengepal
Lalu fani mary dan paris datang menghampiri kami berdua aku tak berani menatap wajah falco aku tahu pasti dia sangat marah dengan perkataanku tempo hari
“kalian apa-apa si!” teriak fani
“aku nggak papa” kata falco sambil bangkit dari tempat duduknya “eh udah mau bell istirahat ini ayo kita kekanti sayang”
Tangan falco berusah menarik tangan fani tapi fani semacam menolak
“bel? Masih 10 menit lagi” kata paris
“kalian kenapa si? Yumi masuk-masuk udah aneh” tanya mary
“nggak papa” kataku “aku nggak papa” air mataku terasa ingin kembali terjatuh dan aku ingin menangis lagi
“misi aku ketoilet sebentar” kataku sambil berlari keluar kelas
“ayumi ayumi tunggu” seru fani
--
Aku pun berlari kearah toilet sambil menahan air mataku rasanya belum cukup aku kehilang nenekku sekarang aku harus kehilangan sahabatku falco aku idiot kenapa aku bisa berkata seperti itu? Kenapa aku bodoh seharusnya aku tak mengatakan aku tak membutukan dia
Oh tuhan aku seperti orang idiot idiot dan sangat idiot
Aku berlari ketoilet sampai di toilet aku mengunci pintu toilet dan tangisanku pecah seketika tagisan ku pecah aku menangis meluapkan kesediahanku amarahku dan rasa kehilanganku ketika aku harus merasakan kehilang orang yang aku cintai
Kenapa harus aku yang menanggung semuanya? Aku lelah menangis lelah ingin sekali berhenti menangis walau sejenak
“yumi... yumi buka pintunya” suara seseorang sambil mengedor pintu toilet
Aku tak menyaut aku terus menangis
“AYUMI BUKA PINTUNYA!” teriak seseorang
Dan aku tetap tak menyahut aku menahan pintu keras-keras usahku gagal pintu toilet pun terdobrak oleh ka frans dan beberapa anak kelas 9
“ayumi kamu kenapa?” tanya fani sambil memeluku
Aku tak menjawab aku terus menangis
“ayumi kamu kenapa? Kenapa kamu mengurung dirimu di toilet?” tanya ka frans
“nggak papa” jawabku sambil terisak
“kamu kenapa tadi kok kamu bertengakar sama falco? Tumben banget” tanya fani
“nggak papa udah aku nggak papa” aku pergi meninggalkan mereka dan berlari ke arah kelas
“ayumi tunggu” teriak ka fans sambil berlari
Aku pun terus mempercepat langkahku
“ayumi stop”seru ka frans menarik tanganku
“apa lagi ka?”
“ayumi kamu kenapa?” tanya ka frans “kamu ada masalah? Aku sejak hari senin tak pernah melihatmu disekolah? Coba kamu cerita sama aku”
Aku menggeleng “aku nggak papa kok ka”
Ka frans spontan memeluk di depan umum rasanya aku sangat malu
“apa si ka peluk-peluk” aku berusah melepaskan pelukanya
“aku nggak akan lepasin kamu!” kata ka frans
“KAKAK APA-APA SI!” bentaku “kalo ada liat gimana? Kalo pacar kakak liat gimana jangan kaya gini please!”
“apa salah aku peluk kamu sebagai teman? Aku cuman mau membantu kamu aku cuman ingin melindungimu!”
“tapi ka nggak kaya gini caranya” kataku
Ka frans pun langsung melepaskan pelukanya
“ya aku salah” katanya
“kakak.....”
“ayumi, kamu ada waktu nanti pulang sekolah?” tanya ka frans
Aku mengangguk “aku nggak ada sibuk apa-apa kenapa ka?”
“nanti kita pergi ya ke tempat makan favorite aku oke” kata ka frans
“houtoni?”
“udah ya aku mau masuk anggap yang tadi itu nggak ada” ka frans pergi meninggakanku
--
Jam bel pulang pun berbunyi tanda pelajar bahasa indonesia bu aliee pun berakhir paris dan aku buru-buru membereskan buku kami dan memasukannya kedalam tas
“ayumi” seru paris
“iya?”
“tadi kamu kenapa si? Aneh banget” tanyanya spontan
“aku aneh gimana si ris semua orang dari tadi bilang aku aneh” dumalku
“emang kamu aneh yumi this not like you yumi” kata paris “what happend with you darl? Can you tell me?’
Aku menggeleng “aku nggak papa ris sumpah i’m fine healty and normal person”
Paris mendesah “ah yumi, aku baru sekali liat kamu bisa bertengkar sama falco”
Paris stop bicara tetang falco aku muak rasanya aku ingin meremukan wajahnya saat ini aku benci dia! Batinku
“ah kita nggak papa” jawabku bohong
“yakin? Aku baru lihat kamu bisa buat falco semarah itu dan kamu... kamu juga kenapa tadi lari begitu aja” paris mengendus curiga denganku
“ish nggak papa” kataku “udah ya aku mau pulang aku mau pergi ada janji”
Aku pun mengambil tas raselku dan buru-buru keluar dari kelas aku tak mau fani mary alex atau isabell mendongku dengan pertanyaan ‘ada apa aku dengan falco?’ ‘kenapa kamu tadi kabur tiba-tiba?’ ‘kenapa kamu menangis dan mengurung diri di toilet’ andai kalian tahun masalah yang ada di hadapanku saat ini sangat banyak
Dari semenjak kepergian nenek hidupku terasa hampa kosong dan tak bersemangat bahkan semangat hidupku seperti berakhir aku benar-benar tak ingin hidup lagi aku benar-benar rasanya menyusul nenek di surga tapi aku teringat janjiku dengannya aku harus bisa menari lagi sedangkan buatku dunia menari adalah hal paling gila dan idiot aku benar-benar membencinya
--
Ketika aku sampai di depan gerbang sekolah aku melihat ka frans berdiri di samaping pintu gerbang sambil mengendong tas ranselnya dan ia sibuk memainkan ponselnya rasanya aku ingin kabur di hadapanya supai aku tak bisa pergi denganya
“yumi!” serunya
“he-eh kakak” jawabku cengegesan “mm... belum pulang ka?”
“ih aku nungguin kamu juga “ ia mengacak-acak rambutku “bocah kok lama si? Dari mana?”
Aku mengigit bibirku “ mm.... mm... oh iya tadi aku harus ngumpulin tugas mr jason biasa ka aduh banyak banget”
“oh kirain kemana”
“he-eh”
Ka frans menarik tanganku “ayo kita pergi sekarang”
“eh? Sekarang ka?” tanyaku bingung
“iya sekarang masa besok si” gerut ka frans
“mm.... kenapa harus sekarang si ka? Aku belum izin sama ayahku” kataku
“emang kenapa?” tanya ka frans
“ya masa aku harus bohong sama ayahku si? Nggak enak ka apalagi aku jarang ketemu sama ayahku” jawabku
“lah? Emang kamu tinggal sama siapa? Bukan tinggal sama orang tua kamu?” tanya ka frans bingung
“ayah ibuku tinggal di jepang ka” aku menghela nafas “kemukinan mereka pulang dalam satu bulan itu tipis”
“terus kamu di jakarta sama siapa?”
“tanteku... aku tinggal sama keluarga tanteku” jawabku
“oh astaga yumi aku nggak tau sorry” ka frans meminta maaf denganku
“iya nggak papa”
Lalu kami sama-sama terdiam
“yaudah deh aku antara kamu pulang aja ya” kata ka frans tiba-tiba
Aku nyaris tersedak apa? Ka frans mau mengantar aku pulang?
“aduh nggak usah ka ngerepotin ah” aku berusah menolak
“kalo kamu nggak mau aku ngambek ni” ancam ka frans
“mm....” aku menggigit bibirku “gimana ya ka”
“ayolah mi, just first time now boleh ya yumi please” bujuk ka frans sambil tersenyum
Seketika jantungku terasa berdetak lebih kencang lutut terasa lunglai seketika
“yumi” seru ka frans membuarkan lamunaku
“ha? Yaudah boleh boleh kok boleh” jawabku
“aaa ayumi sip sip ayo kita pulang naik apa ni? Taksi? Apa bajaj? Atau bis?” tanya ka frans
“apa aja deh”
“sip kita naik taksi ya hahaha” ka frans pun menarik tanganku
--
Kami berdua pun pulang dengan menggunakana taksi aku lebih memilih duduk didepan dengan supir ketimbang aku harus duduk bersama ka frans
Sebetulnya aku tak ingin berhubungan dengan kakak-kakak seniorku mengingat kejadian waktu itu semacam ada rasa trauma didiriku apalagi aku sangat takut berurusan dengan ka lala dan teman-temannya oh tuhan jagan tambah masalah hidupku lagi aku cukup merasa menderita semenjak kehilang nenek
Selama perjalan pulang menujuh ke rumah aku lebih banyak berdiam diri tak mau berbicara dengan ka frans karena aku takut membuat masalah lagi
Ketika aku sampai di depan pintu kpamanples rumah aku pun memaksa untuk turun tapi aku selalu di tahan oleh ka frans
“aku sampai sini aja” kataku ketika taksi berada di dekat taman dekat rumah
Supir taksi pun langsung menghentikan mobilnya akunpun langsung membuka pintu dan lari seketika dari hadapan ka frans
“ayumi tunggu” seru ka frans
Aku tak menghiraukan ka frans aku langsung masuk ke dalam rumah
“ayumi” kaki ka frans menahan pintu gerbang rumah
“apa lagi si ka? Katanya cuman mau nganterin? Ini udah sampai rumah” kataku ketus
“ayumi kamu kok gitu si sama aku? Masa aku nggak di tawain masuk atau apa gitu”
“lah? Emang bener kan” kataku
“ayumi itu kamu sayang?” tanya seseorang dari dalam rumah
“iya ini aku yah” jawabku “aduh ka tuh kan ayahku manggil aku udah ya ka dadah”
“ayumi”
“iya?” jawabku
“besok... besok kamu ada waktu nggak?” tanya ka frans
“ha? Mm.. i don’t know” aku mengakat bahuku “aku bingung besok gimana ada acara apa nggak emang kenapa?”
“mm... besok kamu mau nggak temenin aku? Ada launcing produk baru gitu aku di undang aku males pergi sendirian”
“ha? Terus?” aku berusah tetap terlihat tenang
“aku mau kamu temenin aku mi he-eh” jawab ka frans
Astaga kenapa harus aku? Aku tak mau berurusan dengan anak-anak kelas 9 lagi batinku
“mm... mmm... gimana ya ka” aku menimang-nimang “kalo aku ajak adikku atau kakakku boleh nggak?”
Ka frans menelan ludah “kakak sama adikmu? Emang kamu punya kakak sama adik?”
Aku mengangguk “punya kok... tapi...”
“apa?”
“mereka cuman sepupu si he-eh” kataku
“oh yaudah terserah kamu si mi” jawab ka frans
“ah setuju ya ka” aku menyodorkan tanganku “deal
“deal ya mi” jawab ka frans sambil berjabat tangan denganku
“oke sip aku masuk ya ka sampai besok kalo ada apa-apa sms aku aja ya yaya” kataku sambil berlari masuk ke rumah
--
Malam hari seperti biasa saat paman joe dan tante vic pulang kami semua makan malam bersama. Suasana makan malam tak pernah berubah sekali pun saat ayah sedang berada disini bersamaku saat ini kami semua tetap berdiam diri tak pernah menyapa atau sekedar mengobrol ini lah kebiasaa buruk keluarga ini
Setelah makan malam aku masuk kedalam kamar bersama narisa
Aku langsung naik ketempat tidurku rasanya aku ingin langsung tidur tapi sekarang masih jam 7 malam masih terlalu sore bukan untuk berangkat tidur?
“onee-chan” seru narisa
“apa sayanag”
“tadi onee-chan gimana disekolah?” tanya narisa “menyenakan?”
Aku pun turun dari tempat tidurku “sangat aneh dan random”
Narisa mengangguk “oh... kita sama ya onee-chan”
Aku mengerutkan kening “kamu juga? Kenapa? Kamu ada masalah dengan temanmu? Gurumu atau apa sayang?”
“entahlah sekolah terasa asing” jawab narisa “semenjak kepergian nenek hidupku terasa ada yang kurang dihidupku”
Ternyata bukan hanya aku yang merasakan semacam ada yang hilang sejak kepergian nenek tapi narisa mukin semua keluargaku mukin juga merasakan seperti itu
“sudah lah narisa jangan terus menyesali kepergian nenek” aku memeluk narisa “nenek sudah tenang disurga”
“iya onee-chan aku tahu”
“narisa” seruku
“apa ka?”
“mmm.....” aku melepaskan pelukanku “besok kamu mau ikut pergi sama aku nggak?”
“ha? Kemana?” tanya narisa kaget
“jalan-jalan lah mau nggak? Temenku ngajakin jalan ni kamu mau ikut nggak? Katanya dia si aku boleh ngajak temen aku maunya ngajak kamu sm ka raina tapi Aku belum bilang si sama ka raina mm..”
“ya bilang lah onee-chan duh” gerutu narisa
“aku sms aja deh”
--
To: raina onee-chan (08xxxxxxxx)
Onee-chan~ kekamar ya yumi mau ngomong sesuatu sm onee-chan
5 menit kemudian raina membalas smsku
From: raina 0nee-chan (08xxxxxxxx)
Oke sip yumi
 kamu belum tidur mi? Narisa udah tidur ya?
Mau ngomong apa si? Penting ya?
aku langsung membalas
to: raina onee-chan (08xxxxxxxxx)
belum kok onee-chan~ aku sama narisa belum tidur kok
gimana ya mm... penting nggak ya lumanyan si
yaudah cepetan onee-chan kesini :3
--
Raina pun mengetuk pintu kamarku
“yumi?” serunya
“masuk onee-chan” teriakku
Raina pun langsung masuk ke kamarku dan langsung duduk didekatku dan narisa
“ada apa si?” tanya raina
“kakak mm...” narisa mengigit bibir
“ish kalian berdua kenapa si? Tadi yumi sms aku sekarang kamu lagi bocah aduh kalian bocah aneh” gerutu raina
“besok mau jalan nggak?” tanyaku spontan
Alis raina terangakat “jalan? Jalan kemana? Yumi kenapa mendadak si”
Aku meruduk “gomen ne aku juga nggak mau si dadakan kaya gini tapi temenku aja baru ngasih tahu tadi siang”
“ha? Temen onne-chan? Siapa? Ka falcao” narisa nampak shock
Aku menggeleng “bukan bukan falco ada seniorku ngajakin semacam ada launcing produk gitu nah ada hiburan gitu si ka hmm...”
“aih dimana? Aku boleh ikut kah?”
“aduh! Onee-chan kalo nggak boleh kenapa aku ngomong sama kamu astaga” gerutuku
“he-eh”
“eh tapi kita belum ngomong sama ibu ka?” tanya narisa
“aih masalah izin si gampang lah itu” jawab raina “yumi acaranya dimana? Jam berapa?
“di daerah thamrin ka pagi si jam-jam 11”
--
Setelah kami bertiga berbicara tentang ‘rencana esok hari’ aku pun kembali naik tempat tidurku dan mencoba tidur tetapi mataku sangat sulit ku pejamkan
Pikiranku saat ini semacam kacau aku bingung sangat bingung dengan apa yang terjadi hari ini kenapa... kenapa semua terasa aneh
Ada apa dengan sikap falco? Aku makin tambah bingung kenapa ia semacam menjaga jarak denganku? Apa.... apa.... karena perkataanku tempo hari? Oh tuhan kenapa aku jahat sekali kenapa aku bisa berbicara seperti itu? Falco kan baik denganku lagi pula dia juga sopan dengan ayah
Tapi kenapa aku bisa berbicara seperti itu? Aku seperti orang yang tak mempunyai hati bukan?
Tapi aku lebih jahat lagi dengan eriko. Eriko sangat ingin bersamaku dia telah berusah mengungkapan semuanya tapi aku... aku malah mengabaikan dia bersikap dingin dan kaku tak bisa membalas semuanya cintanya padahal dulu aku pernah bersumpah aku sangat ingin bersamaanya dan aku menghalalkan segala cara tapi kenapa sekarang aku berbalik arah?
Dan sekarang.... seorang ka frans dengan senyumannya yang bisa membuatku lunglai tak berdaya datang dengan sejuta kasih sayang dan perhatian kepadaku dia selalu melindungiku di selalu menjadi pahlawanku disaat aku membutuhkan pertolongan
Oh tuhan... kenapa semuanya terasa makin berat kenapa harus ada 3 orang laki-laki dihadapanku? Kenapa semuanya harus terjadi? Usiaku masih muda aku masih tigabelas tahun tapi kenapa aku harus merasakan berjuta masalah? Aku harus kehilang nenekku orang yang paling ku cintai, aku harus berusah hidup mandiri tampa ayah dan ibuku, aku harus masuk sekolah yang tidak ku harapkan?
Kenapa semuanya harus aku rasakan saat ini? Apa salahku? Apa dosaku? Aku ingin hidup seperti remaja pada umunya bukan seperti ini aku lelah lelah merasakan kehilang bertubi-tubi
--
Ringtone ponselku membangukan ku dari tidur oh ini menyebalan bisakah aku berisitirahat sejenak?
Ketika aku melihat ponselku jam ponselku menunjukan waktu jam setengah 10 dan ka frans pun menelfonku
“halo?” sapaku
“yumi jadi nggak?” tanya ka frans
“kemana?”
“ish dasar bocah katanya kamu mau nemenin aku pergi ajak kakak sama adik kamu sana cepetan” gerutu ka frans
Astaga aku lupa hari ini aku ada janji dengan ka frans aduh aduh batinku
“oh iya? Oh aku lupa masa ka he-eh”
“astaga ayumi dasar anak sd” gerutu ka frans  “cepetan ya jam setengah sebelas aku kerumah kamu oke mandi sana”
“iya iya maaf ka maaf” aku berusah meminta maaf dengan ka frans
“yaudah sana bocah SD yang nyasar mandi papay” ka frans langsung memantika telfonnya
--
Aku mandi dengan terburu-buru narisa sudah bangun lebih awal dariku bahkan mukin aku adaah orang yang paling terlambat bangun di rumah ini
“onee-chan!” seru narisa dari luar kamar
“ne?”
Narisa pun masuk kedalam kamarku sambil membawa segelas susu aku yakin itu untukku tapi...
“onee-chan ?! kenapa baru bangun? Katanya mau pergi aduh gimana si” gerutu narisa
“gpamanen ne aku semalam nggak bisa tidur narisa sumpah deh aku tadi baru tidur jam 4 pagi” aku berusaha membela diri
“houtoni?” narisa tampak kaget “Onee-chan kenapa tidur sepagi itu?”
“gomen, gomenasai aku beneran nggak tahu kenapa aku seperti itu aku bingungu” jawabku
Narisa menengakak susu yang ada di tangannya
“onee-chan jangan seperti ini dong masa tidur pagi kaya gitu”
Aku mengangguk lemah “ne, aku juga nggak mau jam tidurku berantakan seperti ini”
Sejenak kami terdiam satu sama lain
“onee-chan” seru narisa
“iya?”
“aku udah dapet izin dong dari ibu kata ibu aku boleh pergi tapi....”
“tapi apa?” potongku
“tapi yumi onee-chan sama rania onee-chan jagain aku bener-bener nggak boleh ninggalin narisa sendirian”
Oh hanya itu kah? Serius adh tante vic sungguh deh tanpa harus berbicara seperti itu juga aku akan menjaga narisa batinku
“ah!, oke aku janji kok bakalan jagain narisa terus” aku tersenyum “narisa kan adikku”
Narisa spontan memelukku
“arigatou onee-chan” katanya “mumumu... onee-chan memang kakakku yang paling baik”
“aduh kamu bisa aja” aku mencubit pipi narisa “udah sana kamu mandi nanti kita pergi ya oke gimana?”
“aku? Aku udah mandi tau” gerutu narisa
“ah masa si? Belum aja bilang udah” ledeku
“onee-chan! Jangan meledeku please” narisa mulai marah
“aku bercanda kok” aku berusah membela diri “yaudah ya aku mau mandi dulu”
--
Jam diding di kamarku menujukan pukul sebelas kurang 20 menit astaga aku rasa aku akan terlambat
Aku buru-buru merapikan diriku aku mengenakan pakaian seadanya yang aku temukan kaus oblong biru dan celana jeans panjang menjadi pilihanku aku yakin kalau seandainya ada ibu disini aku habis di marahi karena aku tidak menggunakan baju lakyaknya anak perempuan
Aku pun terburu-buru keluar dari kamar pergi mencari taksi sebetulnya ayah ingin mengantarku narisa dan raina tapi aku tidak ingin menyusahkan ayah lebih baik aku pergi sendiri apa lagi ayah tidak mengenal ka frans aku harap ayah tak tahu
Aku terpaksa berbohong dengan ayah aku mengatakan aku pergi bersa falco dan fani karena dua orang itu ayah kenal sebagai sahabatku syukurlah aku berhasil membohongi ayah
Ah aku jahat sekalih dengan orang tuaku bukan? Oh tuhan ampunin hambamu ini ku harap aku tak akan melakukan ini lagi
Setelah sekian lama kami bertiga berkeliling kpamanpleks rumah untuk mencari taksi akhirnya kami dapat menemukan taksi
Selama perjalan menuju tempat yang aku janjikan dengan ka frans ponselku tak berhenti berdering ka frans selalu menelfonku oh tuhan ini gila aku lelah rasanya inginku banting ponselku sekarang juga
--