Laman

Kamis, 26 Desember 2013

journey with love (bab 3)



Tahun ajaran baru pun di mulai Yuna pun memulainya dengan sekolah baru. Ya dia pun terpakas satu sekolah dengan Vino sepupunya yang sangat menyebalka. Selama kurang setelah seminggu Yuna datang kerumah om mario sikap Vino nampak kurang bersahabat denganya.
Berbeda dengan kakaknya kak vero atau adik laki-lakinya vico mereka begitu senang karena kehadiran Yuna memberi warna untuk kehidupan mereka terutama ibu Vino yang sangat dekat dengan Yuna layaknya ibu kandung Yuna.
“Yuna ayo cepat.” teriak Vino dari luar
“ah tante aku pergi dulu.” pamit Yuna dengan tante estter lalu ia berlari kearah teras
“hati-hati Yuna.”  teriak tante estter
“selalu tante.”
Yuna pun berlari sambil menjinjing tas raselnya dengan menggunakan seragam putih abu-abu Yuna pun nampak bersemangat dengan sekolah barunya.
“maaf lama.” Yuna berusah meminta maaf dengan Vino
“Yuna kebiasaan kamu.” gertu Vino “lemot”
“maaf.”
“yaudah cepetan aku udah telat tahu!.” Vino membuka pintu mobil sedan tuanya lalu masuk kedalam mobil
“i..i..ya.”
Vino pun membuka sedikit kaca mobilnya “yaudah ayo lah Yun kamu mau terlambat?.”
“iya tunggu dong vin.” lalu Yuna masuk kedalam mobil.
--
“kakek ayo cepat.” bujuk Selena
Revan pun dengan sigap mengambil sebuah motor vespa tua nampak usang yang berada di teras rumahnya Selena sudah berdiri di depan rumah dengan menggunakan seragam putih merah sambil membawa tas ranselnya yang berwarna merah muda.
“ayo naik.” perintah Revan
“lah kok bukan kakek yang nganter aku?.” Selena nampak bingung
Kakek pun keluar dari dalam rumah
“neng geulis aki teh mau aki anterin kesekolah?.”tanya kakek
“kakek jangan sebut kakek itu aki atuh.”jawab Revan “kakek aja ya.”
“aish si akang teh.”[1] dumal kakek “kakek geus biasa nyebutnya teh aki.”[2]
“aish kakek teh kumaha atuh Revan henteu geus biasa ngadenge na.”[3]
“baik atuh aki henteu nyebut aki teh aki lagi nyak.”[4].“nah ini teh si neng geulis nyak kakek hayang ka sakolah jeung kakek nyak?.”[5]
“hmmm... iyaa... Elen mau kakek yang nganter Elen kesekolah baru Elen.” jawab Selena sambil menunjukan gigi kelincinya
“kenapa nggak sama aku?.” tanya Revan sedikit kesal
“sama kak Revan Elen udah sering.” jawab Selena
Selana pun langsung berlari kearah kakeknya
“Elen mau diantar sama kakek aja.” Selena menjulurkan lidahnya “nggak mau sama kakak kakak nyebelin huuu.”
“ya ya terserah kamu Elen.” jawab Revan nampak pasrah “awas kamu minta boneka sama aku.”
--
Mobil yang di kendarain Vino menembus dingin udara pagi di lembang. Yuna pun hanya memperhatikan lulus kearah luar jendela. Mukin ini awal yang aneh dimana dia harus terbiasa berangka sekolah dengan kedua sepupunya.
“kak Yuna!.” seru vico dari belakang
“apa?.” jawab Yuna acuh
“kakak satu sekolah sama kak Vino kan? Cie satu sekolah.” ledeknya
Iya. aku satu sekolah dengan laki-laki menyebalkan ini selama satu tahun oke ini akan menjadi neraka aaaa kenapa aku harus satu sekolah dengan Vino om mario kenapa harus aku batin Yuna
“he-eh iya kenapa?.” tanya Yuna sambil cengengesan
“ah nggak apa-apa kok.”
--
Revan pun masuk kembali kedalam rumah setelah Selena pergi kesekolah dengan kakeknya. Revan  pun merebahkan dirinya sejenak di sofa tua yang berada di ruang tamu.
Apa kabar mama dan papa? Aku merindukan mereka harusnya hari ini hari pertama aku kuliah tapi sekarang aku jauh dari mereka. batin Revan
Ia terus menatap kearah langit-lagit. Tatapanya kosong mata hitamnya nampak memunjukan rasa kebingungan
“Revan.” seru nenek tiba-tiba
“apa nek?.”
“asih akang teh ayo atuh berangakat ke kampus jangan males atuh si akang.” teriak nenek dari dapur
“kampus?.”
“si Revan kumah atuh kamu nggak kuliah?.” tanya nenek
Astaga aku lupa hari ini hari pertama aku kuliah aduh ospek menanti aaa shit kenapa aku bisa lupa batin Revan
“iya aku kuliah kok nek.” sahut Revan
“ini teh udah jam sabaraha atuh.” teriak nenek “cepat kamu teh mandi siap-siap hari ini kamu ospek kan.”
“i..i..ya nek.”
--
Setelah mengantarkan vico kesekolahnya Yuna dan Vino pun kembali berdua di dalam mobilnya mereka tidak berbicara sedikit pun. Yuna terus memandang kearah jendela dan Vino fokus mengemudikan mobilnya
Dan mobil yang mereka tumpangi sampai disebuah gedung yang cukup besar. Mukin gedung ini jauh sederhana untuk dikatakan sebagai sekolah.
Vino pun menarkir mobilnya di bawah pohon beringin besar yang terletak di depan gedung tersebut. Setelah ia mengatur jarak parkirnya ia pun mematikan mesin mobilnya.
“udah sampe.” kata Vino acuh
“oh iya?.” jawab Yuna “cepet banget ya?.”
Vino mendesah frustasi
“kamu mau lama-lama di perjalan Yun? ini juga udah lumayan lama kali.”
Yuna mengangguk
“tidak tidak aku hanya membandingkan. dulu biasanya setiap aku berangkat sama ayah, aku butuh waktu yang cukup lama untuk sampai ke sekolah.”
“oh iya?.” jawab Vino acuh “jakarta sama bandung jangan di samain lah Yun jakarta kota besar ini bandung. Lembang bandung.”
“aish maaf.” jawab Yuna
--
Revan pun berangkat dengan masih menggunakan seragam putih abu-abunya. Hari ini hari pertama masuk kuliah. Sebagai orang baru di kota yang cukup asing ini. Bahkan untuk menujuh kampusnya pun Revan harus berkali-kali naik turun angkot karena ia salah rute.
Seharusnya tadi aku membawa motor kakek ya aduh bodoh sekali aku ini batin Revan
“ah ini dia.”
Ia pun turun dari angkot di depan sebuah gedung. Gedung ini cukup ramai banyak orang-orang yang menggunakan seragam putih abu-abu seperti layaknya dia.
Revan pun memberanikan diri untuk masuk kedalam gedung itu.
Semoga aku tak salah  batinya
--
Vino pun turun dari mobilnya. Saat ini hanya tinggal Yuna di dalam mobil. Yuna hanya bisa terdiam terpaku sambil memandangi layar ponselnya. Telihat foto sepasang suami istri yang sedang tersenyum didepan kamera si istri mengedong seorang bayi perempuan yang berkulit putih seperti susu.
Ayah, ibu aku merindukan kalian. Aku ingin merasakan lagi peluk hangat kalian tapi kenapa kalian harus pergi? Kenapa kailan meninggalkan aku? Seharusnya hari ini hari pertamaku masuk sekolah. sekarang aku sudah di kelas 12 tinggal selangkah lagi bukan? ayah seharusnya hari ini ayah mengantarku masuk sekolah bukan? Ayah mana janjimu? Kenapa ayah menginggalkanku. Oh ayah aku benar-benar merindukanmu batin Yuna
“Yuna!.” seru Vino sambil mengetuk pintu jendal mobilnya
“iya iya.” lalu Yuna turun dan menutup pintu mobilnya
“kamu lama banget si Yun jadi orang lemot banget.” maki Vino kesal
“maaf.”
“yaudah ayolah cepetan nanti kamu jangan berjalan di samping aku oke? Nanti aku kena gosip lagi.” perintah Vino
“siapa yang  mau berjalan disampingmu? Ge-er.” gerutu Yuna
--
Aduh ini kenapa banyak sekali orang aku bingung aku bingung dimana letak falkutas digsain interior? Aku bingung belum lagi lautan manusia ini membuat aku sangat mual dan pusing ya tuhan seharunya aku berangkat lebih awal. batin Revan
Mata hitam Revan terus berputar melirik kesegala arah dimana kerumuman manusia tumpah ruah disini
“hei kau nampak bingung?.” tanya seseorang
“oh hai.” Revan berusah tersenyum ramah
Seorang gadis berambut pendek berkacamata ia masih menggunakan seragam sma sama sepertinya.
Rambutnya di ikat dengan pita warna-warni nampak aneh. Tingginya sekitar sepundak Revan dan nampak Revan seperti raksasa besar.
“saya bingung dimana letak gedung falkutas desain interior.” jawab Revan
“desain interior? Wah kita sama jurusan dong?.” gadis itu nampak sumringah.
“wah baru juga berberapa menit saya disini saya sudah punya teman.” jawab Revan
Gadis itu tersenyum
“ah iya. Tadinya aku khawatir nggak dapet temen.”
“oh iya?.” tanya Revan nampak penasaran “kenapa?.”
“habis anak interior itu jarang banget.”
“serius?.” Revan nampak tidak percaya “sepertinya bakal jadi anak limited ya.”
--
Vino pun berjalan menjauhi Yuna yang tertinggal dibelakangnya. Yuna hanya berjalan meruduk ketakutan banyak mata yang menatapnya dengan tatapan kurang bersahabat.
Ada apa orang-orang ini? Apa ada yang salah denganku? Apa rambut cokelatku terasa aneh untuk mereka? Apa tubuh pendeku nampak aneh? Batin Yuna
“hey vin cewek mana lagi yang kamu gaet hari ini? Dari mana dia? Kamu hebat ya baru juga beberapa bulan ya.” sindir seorang perempuan betubuh ramping menghandang di depan Vino
“misi!” suara Vino nampak naik 2 oktaf
“jawab dulu.” kata gadis itu
“jawab apa lagi? Merry.” Vino menatap sinis gadis itu
“dia siapa? Pacar barumu? Kamu pelet apa lagi gadis itu?.” gadis itu menatap Yuna dengan tatapan tajam seperti elang “setelah ini gadis ini mau kamu apa kan? Buang ke tong sampah?.”
“kenapa anda masih terus ikut campur urusan saya?.”tanya Vino ketus
“karena hubungan kita belum berakhir kamu masih menjadi kekasih saya bukan?.” jawab gadis itu sambil terus menatap Yuna seperti elang sedang ingin menerkam mangsanya
Ya tuhan kenapa gadis ini memandangku seperti sedang ingin menyantapku? Batin Yuna
“oh iya? Bukan kah berualang kali saya katakan ini sudah berakhir? Please don’t discurub me.” lalu Vino menarik lengan Yuna
“Vino... Vino tunggu.” teriak gadis itu “masalah kita belum selesai.”
Namun Vino tidak menghiraukan seruan gadis itu ia terus berjalan sambil menyeret Yuna dibelakangnya
--
Revan pun berjalan mengelingi sekitar kampusnya mencari gedung falkutas  yang ia cari.
“eh btw aku belum tahu namamu?.” tanya gadis yang berjalan bersama Revan dari tadi.
“ah iya. Revan.” Revan memperkenalkan dirinya.
“Revan hmm..” gadis itu memang-nimang “namanya bagus ya. Oh iya aku  katherine.”
Mereka pun berjabat tangan. Gadis itu tersu tersenyum dengan Revan
“katherine ya ya.” Revan mengangguk
“oh iya kamu bukan orang bandung ya?.” tanya katherine tiba-tiba
“loh? Kok kamu tau.” Revan nampak bingung “saya dari jakarta katherine.”
Katherine tersenyum tipis
“habis kamu nampak kebingungan sejak kita pertama ketemu tadi. aish jangan terlalu formal lah sama aku nggak perul manggil namaku lengkap-lengkap .” Katanya “oke? ah jangan panggil aku katherine cukup kathie aja.”
Revan mengangguk hidmat
“iya kathie.” Revan tersenyum sambil memamerkan deretan giginya “semoga kita berteman baik.”
“aku juga berharap seperti itu.” gadis itu mengangguk
--
“Vino apa-apa si lepasin aku.” ronta Yuna
Vino tidak menghiraukan kiciauan Yuna ia terus menarik Yuna dengan kasar dia mencengkram tangan Yuna hingga seperti ingin diremukan
“Vino... sakit please sakit kamu mau apain aku?.” suara Yuna mulai parau.
Lalu mereka berhenti di depan ruang guru.
“kamu masuk sana. Tanya dimana kelasmu jangan sampai kamu nggak tau dimana kelasmu.” Vino nampak acuh.
“emang kenapa?.” tanya Yuna
“kamu mau di permalukan? aku sih berharap kita nggak satu kelas.” lalu Vino berbalik arah dan pergi meninggalkan Yuna sendirian di depan ruang guru
“Vino tunggu.” teriak Yuna
“udah masuklah sana! temui bu Melly.” lalu Vino menghilang di balik belokan ujung lorong sekolah.
Yuna pun mendesah dengan keras. Lalu ia memutuskan mulai masuk kedalam ruang guru. Pagi ini guru nampak sepi. Hanya ada beberapa guru yang ada di mejanya.
“pagi bu.” sapa Yuna
“pagi.” sapa seorang wanita bertubuh tinggi sambil terus menatap layar laptopnya
Yuna pun menghampiri wanita itu
“pagi. Bu, bolehkah saya bertanya? Apa ibu Melly guru biologi sudah datang pagi ini? Saya ingin menemuinya.” tanya Yuna nampak ragu
“saya sendiri.” jawab wanita itu “ada apa ya?.”
“ah ibu ya.” Yuna nampak malu-malu “hm... hmm...”
“kamu murid baru kan?.” tanya wanita itu
“iya bu.”
“oh yang pindahan dari jakarta kan? Kamu sepupunya Vino kan?.” tanya bu Melly
“eh.. i..i..iya bu saya Kamila Yunastria.” Yuna memperkenalkan dirinya
“ah jadi kamu benar sepupunya Vino?.” tanya bu Melly nampak tak percaya
“he-eh iya bu iya saya sepupunya Vino memang ada apa?.”
“ah nggak apa-apa.” bu Melly hanya tersenyum “kenapa kamu mau menemui saya?.”
“oh itu... itu.. hm...” Yuna mengigit bibirnya “kata Vino ibu wali kelasnya jadi kalau ada apa-apa ya saya disuru tanya sama ibu tentang wali kelas kelas 12-ipa-3 saya sebetulnya tidak tahu dimana kelas saya.”
Bu Melly nampak terkekeh
“lah? Kamu juga anak saya Kamila.” jawab Melly
“ha? Saya..?” Yuna nampak tidak percaya dengan apa yang ia dengar.
“lah, Vino nggak cerita sama kamu?.” bu Melly nampak bingung dengan sikap Yuna “kamu itu murid saya kelas kamu itu 12-ipa-3 Kamila.”
“jangan panggil nama lengakap saya bu.” elak Yuna “cukup panggil Yuna saja.”
“baik lah Yuna iya saya ini wali kelasmu kenapa? Apa Vino nggak cerita sama kamu?.” tanya bu Melly
“nggak bu serius deh emang kenapa?.” tanya Yuna nampak bingung “saya murid ibu? 12-ipa 3?.”
“kamu kan anak ibu. Ibu wali kelasmu ibu wali kelas 12 ipa-3.” kata bu Melly
Astaga tuhan mimpi apa aku semalam? satu kelas dengan orang yang sangan menyebalkan seperti Vino? Oh tuhan belum cukup aku harus tinggal satu rumah dengan orang itu lalu aku satu sekolah dengan orang itu dan sekarang aku harus satu kelas denganya ini akan menjadi satu tahun yang panjang. batin Yuna
“hmm...” bu Melly menimang-nimang.“baik lah Yuna. Memang Vino nggak ngomong dimana kelas kamu siapa wali kelasmu atau bagaimana? Ini wali kelasnya juga loh kok dia gitu si?.”
“astaga maaf ibu maaf.” Yuna berusaha meminta maaf “tidak tidak sama sekali, saya pikir ibu bukan wali kelas saya.”
Bu Melly pun menutup laptopnya.
“nggak apa-apa kok.” ia tersenyum
“tapi.. tapi Vino nggak cerita tentang ibu.” Yuna merunduk “tadi dia bilang cuman cari bu Melly saja. Saya aja nggak tau ibu sebelumnya maafkan saya bu.”
“Vino aneh. Tapi entah lah semua gadis di sini begitu menggilainya.”
Apa? Dia pria idola disekolah ini? Please ini nggak mukin pria menyebalkan dan bawel seperti dia idola? Oh god aku rasa mereka salah memilih orang orang seperti Vino itu tidak pantas menjadi idola. Batin Yuna
“menggilainya?.” Yuna nampak tidak percaya dengan perkata bu Melly tadi
--
Dan Revan pun sampain di gedung falkutas desgain interior. Dan memang falkulatas ini tidak seramai gedung falkultas lain. Cukup padat namun tidak ramai
“hari ini ospek ya.” kata Revan tiba-tiba
“ya seperti itu lah.” jawab kathie “aku benci saat seperti ini.”
“oh iya?.” Revan tampak bingung “kenapa? Karena sangat lelah?.”
“kamu nggak lihat.” kathie menujuk kearah rambutnya yang di ikat banyak dan napak sangat aneh
Revan tersenyum menahan tawa “perempuan ribet ya kalau di ospek.”
Kathie mengangguk “iya ribet banget. Aku naMpak aneh seperti orang gila aku ini.”
“sabar ya kathie.” Revan menepuk pundak kathie
“ah iya Revan selalu kok.”
--


[1] asih si kakak ini (akang dalam bahasa sunda berati kakak laki-laki)
[2] kakek terbiasa menyebut aki (aki dalam bahasa sunda= kakek namun sebutan aki terdengar kurang halus)
[3] aish si kakek bagaimana Revan tidak terbiasa mendengarnya)
[4] baik lah kakek tidak menyebut kakek sebagai aki lagi
[5] ini si gadis cantiknya kakek mau ke sekolah sama kakeknya