Laman

Sabtu, 15 Juni 2013

goodbye my love (cerpen)



               Angin berhebus meniup ranting-ranting pohon membuat daun-daun yang sudah layu dan menguningan jatuh berguguran seperti hujan. Suasana kompleks pemakaman ini sangat sunyi senyap hanya terdengar suara angin yang berhembus. Dari kejauhan seorang anak laki-laki berjalanan sambil membawa sebuah karangan bunga mawar putih yang masih segar dan wangi, anak itu pun mulai memasuki kompleks pemakaman
            Lalu ia mulai masuk makin dalam komples pemakaman ini. Langkah kakinya sangat berirama. Dan mata cokelatnya mulai mencari-cari sesuatu. Hingga ia menemukan sebuah pusran makam dan ia langsung berlutut menaruh karangan mawar putih yang ia bawa tadi
            “Yuna, aku datang” katanya lemah “Yuna, sayangku apa kabarmu? Aku sungguh menrindukan semenjak kamu pergi aku merasa ada sesuatu yang kurang di hidupku”
            Lalu anak laki-laki itu berdoa di pusaran makam itu sesaat “Yun, kamu tahu nggak sekarang tanggal berapa” ia terus mengusap-usap batu nisan “sekarang tanggal empat belas kamu ingat nggak tanggal ini? Empat belas juli satu tahun lalu”
            Lalu tiba-tiba dio memejamkan matanya
--
            “Mokonya aku nggak mau!” bentak dio kepada ibu dan ayahnya
            “Dio! Kamu harus terima semuanya!” suara ayah dio mengelegar didalam ruang tamu “kamu harus ikut pindah ke Bandung!”
            “Aku nggak mau!” dio membanting meja “Aku nggak suka tempat itu apa itu Bandung? Kota yang menyedihkan! Kota para lansia yang ingin menghabiskan sisi hidupnya Aku mencintai Jakarta”
            “Dio! Kamu  bukan anak kecil lagi” ibu Dio mencoba melerai pertengkaran yang terjadi antara anak dan suami “Kamu harus mengerti perkerjaan ayahmu nak!”
            “Ibu, aku benar-benar menolak kali ini maaf” suara Dio mulai melemah “aku benar-benar tidak  bisa meninggalkan Jakarta aku tak bisa meninggalkan teman-temanku!”
            “DIO KAMU BUKAN ANAK KECIL LAGI! BERAPA USIAMU? KAMU BUKAN ANAK LAKI-LAKI YANG BERUMUR TIGA TAHUN YANG MERENGEK-RENGEK MEMINTA MAINAN” emosi ayah Dio mulai tak terkontrol “DIO INGAT KAMU SUDAH NYARIS ENAM BELAS TAHUN! KAMU HARUS BELAJAR BERFIKIR DEWASA SEKARANG!”
            Dio pun bangkit dari sofa yang ia duduki “Iya ayah benar aku bukan anak laki-laki yang berusia tiga tahun yang selalu merengek setiap ayah melarang ibu membelikanku sebuah mainan tapi apa ayah tahu perasaanku?” ia berhenti sejenak “Nyaris seumur hidupku aku selalu berpindah-pindah sekolah berganti-ganti teman bahkan seumur hidupku aku tak pernah bisa mempunya teman dekat apalgi seorang sahabat! Apa ayah memikirkan itu?”
            Mendengar perkataan itu ayah dan ibu Dio diam membeku mereka hanya saling bertatap-tatap penuh kebingungan
            “Andai ayah dan ibu di posisiku apa yang kalian rasakan?” tanya Dio ketus
            Ibu Dio berusah mendekat kearah dio “Nak, ibu tahu berpindah-pindah sekolah dan rumah itu sulit tapi nak tugas ayahmu yang selalu tak menetap memaksakan ini kami lakukan kami tidak ingin seperti ini tapi keadaan yang membuat kami seperti ini”
            “memaksakan? Apa aku tak salah dengar? Ayah dan ibu egois! Apa kalian memikirkan perasaanku selama ini?” suara Dio naik dua oktaf “aku selama ini seperti boneka untuk kalian!”
            Sebuah tamparan mendarat di pipi kanan Dio, lalu Dio meringis kesakitan
            “jaga omonganmu Dio!” maki ayah
            “Haha bahkan ayahku sendiri berani menamparku” Dio tertawa getir “Ternyata apa yang aku katakan benar ayah dan ibu hanya menjadikan aku boneka! Boneka pajangan yang bisa di pamerkan kepada semua orang!”
            “DIO HENTIKAN!” tangan ayah mulai mengambil ancang-acang untuk menampar Dio kembali
            “Ayah udah yah sudah” ibu berusah menahan ayah “Jaga emosimu”
            “Kalian tak pernah memikirkan perasaan saya!” dio beteriak
            Lalu dio berlari kedalam kamarnya
--
            Hari kepindahan Dio pun tiba, setelah semua barang-barang dimasukan kedalam mobil dan ingin berangkat dio pun hanya bisa pasrah atas kemauan ayahnya. Ayah dio adalah seorang tentara yang bertugas berpindah-pindah dan sejak kecil dio pun selalu berpindah-pindah sekolah karena hal ini
            Waktu tempuh Jakarta ke Bandung memakan waktu sekitar 3 jam perjalan berhubung saat inin sedang dalam masa libur sekolah kota bandung pun sedang ramai di kunjungi oleh wistawan lokal sehinggah jarak tempu 3 jam pun bertambah menjadi 5 jam
            Mobil sedan tua yang di kemudikan ayah Dio pun berjalan menujuh ke daerah lembang Bandung. Selama perjalan dio yang duduk di sofa belakang hanya diam mentapat kearah luar jendela dengan tatapan kosong.
            Sambil mendengarkan lagu yang ia pasang di ipodnya ia terus menatap ke arah luar jendela. Barisan pohon yang menjulang tinggi tak mampu membuatnya merasa senang seperti mana biasanya setiap ia mengunjungi bandung dulu
            “Dio” seru ibu
            “Apa?” ia melepas earphonenya
“Masih penting manggil aku?” jawabnya ketus
            “Dio!” bentak ayah
            “Apa lagi?” emosi dio mulai tak tertahankan “Apa perlu aku buka pintu mobil ini saat ayah melaju cepat!”
            “Sudah hentikan” suara ibu mulai parau “Ayah Dio tolong lah bersikap tenang! Ibu lelah melihat kalian seperti ini!”
            Lalu dio mengambil ipodnya dan memasang  earphonenya kembali dan menambah suara volume lagu yang ia putar
            Mobil sedan tua ayah dio pun berhenti tepat disebuah rumah tua yang napak tak terurus. Cat hitam yang melapisi pintu pagarnya sudah mulai terkelupas dan beranda rumah nampak sedikit kotor karena banyak dedauna kering yang berguguran memenuhi beranda ini
            Para petugas jasa pindahan sudah mulai memasukan barang-barang kedalam rumah tua itu. lalu ayah dan ibu turun dari mobil dan masuk kedalam rumah dio pun menolak saat ibunya mememperintahkanya masuk bersama mereka dan lebih memilih tinggal di mobil sendirian
--
            Hari ini tepat tanggal empat belas juli hari ini adalah hari sehari sebelum ulang tahun Dio dan Dio merasa hari ulang tahunya sangat membosankan setiap tahun sumur hidupnya ia selalu melewati hari ulang tahunnya dengan moment yang tak menenakan
            Jam diding di ruang tamu menujukan pukul sembilan pagi. Sambil membawa jaket baseball berwarna birunya Dio keluar dari kamarnya. Di ruang tamu ia bertemu dengan ibunya yang sedang duduk bersama ayahnya
            “Apa aku boleh pinjam mobilmu?” tanya dio acuh
            Ayah yang sedang membaca koran pun sontak terkejut
            “Kamu mau kemana dio?” tanya ayah
            “Hanya ingin berkeliling sejenak!” bentak dio “Ayah tak usah khawatir aku tak kan membawa lari sedang tuamu itu”
            Lalu Dio langsung mengambil kunci mobil yang tergeletak di meja ruang tamu dan pergi keluar rumah tanpa berkata sepatah kata pun
--
            Mobil sedan yang di kemudikan dio melaju kencang di jalan raya. Dio mengemudikan mobilnya tanpa tujuan kemana pun di dalam pikirannya iya hanya ingin menenangkan dirinya tapi dimana tempat yang bisa membuatnya tenang. Tiba tiba ia membelokan mobil yang ia kemudikan ke dalam sebuah tempat paguyuban tertulis jelas di plang pintu ‘saung angklung mang udjo’.
            Ini tempat apa? Batin dio
            Tanpa pikir panjang dio pun tetap melanjutkan untuk masuk kedalam tempat itu dan ia langsung memakirkan mobilnya di tempat parkir. Tempat ini sangat sejuk dan asri, banyak pohon-pohon dengan daun yang hijau nan asri menjulang tinggi. Tempat ini cukup banyak mobil-mobil dan bus-bus yang terparkir lalu dio turun dari mobilnya dan menguncinya. Ia terdiam sejenak. Mata kecokelatanya menatap apa yang ada di sekelilinya
            Aku tak pernah mendapatkan suasana kedamaian seperti ini bantinya
            Lalu ia berjalan memasuki sebuah bangunan semi permarnen dan bangunan itu adalah sebuah toko penjualan sovenir. Di dalam toko ini banyak barang-barang yang berbahan dari bambu. Mulai dari dompet hingga ada alat musik angklung di tempat ini dijual
            Dio mengeliling tempat ini dengan saksama. Ia hanya bisa berdecak kagum dengan tempat ini. Seumur hidupnya ia belum pernah mengujungi tempat seperti ini mukin ini bayaran ketika ia terpakasa harus meninggalkan Jakarta
            “BRUKK.....” Tiba-tiba ia menabrak sesuatu
            “Aduh aduh sakit” ringis seseorang
            “Eh? Aduh maaf aku nggak lihat maaf ya maaf” lalu Dio membantu seorang gadis yang terjatuh di lantai
            “Kamu punya mata nggak si? Emang kamu nggak punya mata? Jalan seradak-sruduk aja dasar!” maki gadis yang ia tabraknya
            “Kan tadi aku udah bilang aku nggak liat!” gerutu Dio “Kamu jangan marah-marah sama aku dong emang aku mau nabrak kamu apa ish”
            “Dasar menyebalkan” gerutu gadis itu “Kamu sama perempuan nggak ada manisnya ya bilang ke maaf ya sambil senyum ini malah nggak”
            Tiba-tiba ponsel dio berbunyi lagu favorite dio pun terdengar
A flower in the spring, fallen leave in the fall.That is the paradise.A teardrop in my face, beads of sweat in my face.That is the paradise.I am confused. I’m at a nonplus.I am in tears. And tear me down.I am confused. That continues. But I will enjoy those everyday.
It’s just a feeling. It’s just a feeling.That is just a faint feeling.It’s just a feeling. It’s just a feeling.Just the feeling changes of mind.I miss every every everything,and anything anything beside my mind.The sun I see only sits in dark space lighting up my world.
            “Siapa lagi si menganggu aja” dumal Dio sambil menreject ponselnya
            “Eh eh itu lagu siapa?” tanya gadis itu tiba-tiba “Kayanya aku kenal”
            “Ini? Oh ini feelingnya cn blue” jawab dio acuh “Kenapa?”
            “Wahhh cn blue dugaanku betul yeah” wajah gadis itu langsung berseri-seri “Kamu tahu band itu?”
            “Tahu CN BLUE itu band korea bukan boyband yang doyan menari aku tak menyukai itu. Mereka debut di jepang kan? Dan karya sangat mendunia orang-orang sering menyebutnya the next the beatels from asia” jawab dio “tapi aku bukan seorang k-popres”
            “Wah hebat.”gadis itu nampak kagum “kamu banyak tahu tentang band itu ya? Aku ingin sekali punya teman yang tahu tentang band itu”
“Ha? Kamu suku band itu?” alis dio terangkat “Itu kan band rock masa seorang gadis kaya kamu bisa suka band rock kaya gitu? aduh dunia ini aneh sekali ya”
            “Eh emang salah” gadis itu mulai kesal “Lagian CN BLUE punya karya-karya yang bagus aku suka lagu mereka lagu mereka memilik makna tersendiri dan yang pentin personilnya tampan hehehe”
            Seketika suasana hening. Dio hanya mentatap wajah gadis itu wajahnya sangat manis kulit putihnya menyerbutkan rona merah muda yang nampak manis. Rambut cokelatnya tergerai rapi dengan pita biru mudanya menghiasi rambutnya. Matanya yang hitam legam mengedip dengan manis seperti bocah lima tahun. Seketika detak jatung dio tak beraturan makin lama makin cepat.
            “Hey kamu kenapa bengong” seru gadis itu membuyarkan lamunannya
            “Aduh maaf maaf” ujar dio spontan
            “Eh, Yuna kamu aku cariin juga gimana si aduh buat aku panik aja” seorang gadis tubuh tinggi datang menghampiri mereka berdua
            “Marry maaf ya” ia meminta maaf. lalu pergi meninggalkan dio bersama gadis tinggi itu
--
            Hari masuk sekolah dio pun masuk ke sekolah barunya dengan rasa terpaksa dan menyiksa apalagi sekolah barunya jauh dari harapanya. Dio terpakas sekolah di sebuah SMA negri di daerah lembang. Sekolah ini cukup bagus namun, menurut dio sekolahnya yang terdahulu 2 kali lebih bagus dari sekolah ini
            Dio cukup kebingungan mencari kelas 11-ipa-1 kelasnya yang di pojokan dan ketika ia memasuki ruang kelasnya ia nampak terkejut karena ruang kelasnya sudah ramai. Lalu pak Eri guru wali kelasnya mengantar  kedalam ruang kelas
            “Anak-anak, hari ini kita kedatangan murid baru. Murid pindahan dari jakarta” kata pak Eri
            Dio hanya tersenyum getir mendengar penjelasan dari pak Eri
            “nah, Dio, kamu sialakan duduk di sebelah yuna ya” perintah pak Eri
            Yuna? Namanya sepertinya aku kenal batin dio
            “Ha? Di samping saya pak?” ujar gadis berrambut cokelat yang duduk di pojok depan kelas
            “Iya Yuna, kamu duduk sendiri bukan?” tanya pak Eri
            “Hhmmm iya si pak” lalu gadis itu terdiam “tapi kenapa harus duduk dengan laki-laki”
            “Karena hanya kursi di sebelahmu yang kosong Yuna” kata pak eri “sudahlah Dio kamu duduk disana”
            Lalu dengan cangung dio berjalan ke arah tempat duduk gadis yang bernama yuna itu
            “Eh tunggu” perintah gadis itu “kamu itu orang yang tempo hari bukan?”
            Dio yang baru duduk sambil menaru tasnya pun kaget
            “Kamu berbicara denganku?” tanya Dio bingung
            “emang ada orang yang duduk disampingku selain kamu? Di samping kananku tembok” dumal yuna kesal
            “Oh maaf maaf” dio berusah meminta maaf dengan gadis itu
            “Menyebalkan” gerutu gadis itu“kenapa aku harus duduk sebangku dengan orang ini”
            “Sorry ya”dio berusah meninta maaf
            “oke” jawabnya singkat
            “Boleh tahu siapa namamu?” tanya Dio dengan suara lembut
            “namaku? Namaku yuna” jawab gadis itu “kenapa? Aku tanya kamu orang yang waktu itu kamu nggak jawab”
            Alis  dio pun terangkat “ha? Emang kita pernah ketemu?”
            “kamu kan yang menabraku” gerutu yuna “yang ringtone ponselnya lagu feeling-nya cn blue kan?”
            “ah iya aku ingat” teriak dio “aduh kita satu sekolah tenyata ya hai aku dio senang bertemu dengamu yuna”
--
            Semakin lama Dio dan Yuna semakin akrab. Dio sering menghabiskan waktu bersama Yuna. Dia mengenal Yuna sebagai gadis yang baik. Bahkan orang tua Dio begitu menyukai Yuna yang manis dan lugu. Yuna sering berkunjung kerumah Dio begitu pun sebaliknya setiap akhir pekan terkadang mereka sering mengerjakan tugas bersama atau pergi ke toko buku. Terkadang yuna dan dio sering mengobrol saat jam istirahat karena merekan berdua sama-sama menyukai satu band bahkan mereka sering di gosipkan berpacaran dikelasnya tapi yuna nampak acuh.
            “Yuna” seru Dio saat jam pelajaran kimia sedikit lagi berakhir
            “Apa Di? Man ngomong apa? Nggak enak di liatin sama bu Sofi” elak Yuna
            Dio pun merobek kertas file campusnya dengan cekatan ia menuliskan sesuatu
            ‘Yun, nanti pulang sekolah kamu sibuk nggak? Kita jalan yuk oke gimana?’
          Yuna pun langsung membalas surat dari Dio
            Nggak juga kenapa? Kamu mau aku main kerumahmu? Apa itu nggak merepotkan ibumu?’
         “Oke nanti kita pergi ya tapi bukan kerumahku kita ke toko buku ya” bisik Dio di telinga Yuna dan yuna hanya mengangguk tanda setujuh
--
            Bel jam tanda pulang pun berbunyi anak-anak di kelas dio pun sangat senang karena jam pelajaran kimia sudah berakhir. Dio pun langsung membereskan semua buku-bukunya dan yuna masih asik memandangi ponselnya sambil tersenyum melihat sesuatu
            “yuna” seru dio “ayo lah kamu cepet beresin mejamu”
            “ah dio sebetar aku lagi melihat foto terbaru yonghwa ni” elak yuna “ah yongie oppa so cute aaaa kill me rawr~”
            Dio pun langsung mengambil ponsel yuna dari tanganya “yuna please pentingan yonghwa apa aku?”
            “dio!” teriak yuna “kembalikan ku mohon aku ingin melihat yong sebentar aku mau lihat gaya rambut yonghwa yang baru”
            “beresin dulu bukumu” perintah dio “nanti aku hapus ni foto yonghwanya”
            Lalu yuna bangkit dari tempat duduknya dan mendekat kearah dio. Dio yang ketakutan langsung berjalan mudur kebelakang karena suasana kelas mulai sepi dio sedikit merasa cangung berdua dengan yuna. Hingga tubuh dio pun menyentuh tembok kelas
            “dio balikin dulu ponselku” pinta yuna “please”
            Lalu wajah yuna dan dio sangat dekat hanya kurang dari sejengkat
            “kembalikan ponselku sekarang” desah nafas yuna sangat terasa di wajah dio “atau aku teriak supaya penjaga sekolah membuatmu di bawa keruang bk karena tuduan mencuri ponsel orang lain”
            Tiba-tiba dengan reflesk dio merenguh wajah yuna dengan kedua tanganya. Ia menatap wajah yuna sangat dalam dan penuh makna. Dan dio menempelkan bibirnya tepat di bibir tipis yuna
            “dio” ujar yuna sedikit gemetar “apa yang kita perbuat dio”
            “maaf yuna maafkan aku” dio meminta maaf dengan yuna “aku nggak maksud yun sumpah maaf aku aku...”
            “tapi itu udah terjadi” yuna sedikit histeris “dio,kita sudah melakukannya!”
            “Kamila Yunastria, aku.... aku... aku... mencintaimu” ujar dio gagap “sejak pertama kita bertemu aku sungguh tak bisa berhenti memikirkanmu mata hitammu benar-benar tak pernah bisa aku lupakan”
            Wajah yuna nampak membeku mata hitamnya kosong.Bibir tipisnya kini terlihat pucat
            “yuna?” seru dio was-was “yuna yuna kamu nggak apa-apa?”
            “kepalaku pusing” ujar yuna “dio.... tolong aku di aku.... aku....”
            Dari hidung yuna tiba-tiba mengeluarkan banyak darah. dio pun mulai panik melihat keadaan yuna dan tiba-tiba yuna jatuh pingsan di dalam pelukannya
--
            Dio pun membawa yuna kerumah sakit selama perjalanan dio tak beranjak dari sisi yuna sekalipun ia terus mengenggam tangan yuna. Baju sekolah yang dio kenakan itu terkena darah dari hidung yuna.
            Saat dirumah sakit dio pun langusng bertemu dengan ibu yuna. Dan ibu yuna pun menceritakan sesuatu hal yang membuat Dio sungguh kaget dan sekaligus sedih
            “leukimia?” tanya dio tak percaya
            Ibu yuna pun mengangguk “sejak yuna smp sudah menderita leukimia dan penyakitnya makin hari makin parah. maaf selama ini tante nggak pernah kasih tahu kamu dio maaf yuna yang melarang tante”
            “yuna” ujar dio lemah “yuna ya tuhan kenapa kamu seperti ini yuna”
            Tiba-tiba dokter keluar dari ruangan yuna
            “maaf keluarga kamila yunastria?” seru dokter
            “iya ada apa” tanya ibu yuna
            “kamila menunggu kalian didalam”
--
            Tubuh yuna terbujur lemah dio hanya bisa terdiam dan membeku melihat keadaan yuna. Gadis yang terbujur lemah dengan selang oksingen di hadapaanya adalh yuna. Ada perasaan sedih dah kesal sekaligus dalam dirinya sedih karena gadis yang ia cintai menyembunyikan semuanya darinya
            “dio” ujarnya lemah
            Lalu dio mendekat kearah yuna “apa sayang”
            Yuna pun tersenyum “makasihnya kamu udah mau bawa aku kesini”yuna diam sesaat”ibu, bisakah ibu meninggalkan aku dan dio sebentar? Aku ingin bicara”
            Lalu ibu yuna pun keluar dari ruangan
            “dio” ujar yuna lemah
            “iya?” dio mengelus rambut cokelat yuna “kenapa yuna”
            “maafin aku” ia tersenyum lemah “sekuat tenaga aku menyembunyikan penyakitku akhirnya kamu mengetahuinya juga”
            “bodoh” maki dio “yuna kamu kamu kenapa...”
            “ssst” jari telunjuk yuna menepel di bibir dio “dio maafin aku aku terpaksa seperti ini”
            “yuna! Kamu ya aaaa yuna penyakitmu tak enteng” erang dio “leukimia itu penyakit yang mematikan! Kamu ya nggak sayang sama diri kamu? Kamu nggak sayang sama ibu kamu?”
            Yuna tersenyum getir “aku ingin kuat demi ibuku dan demi... demi kamu karena kamu adalah laki-laki yang aku cintai”
            Dio hanya tercengang mendengar ucapan yuna
            “yuna...” ujarnya lagi
            “dio...” katanya lemah “give me one kiss again i love you i crazy cause you dio”
            Tanpa pikir panjang dio pun langsung merenguh wajah yuna, selang oksingen yang ada di hidung yuna buka lah penghalang dio pun mencium lembut bibir yuna
            “yuna” lalu ia menjauhkan wajah yuna “yuna kamu nggak apa-apa?”
            “dio, aku mencintaimu” ujar yuna dengan nafas tersengal-sengal “terima kasih kamu memberikan arti hidup untuku maafkan aku aku tak bisa bersamamu”
            Detak jantung yuna mulai melemah dio pun histeris memanggil dokter dan suster. Ibu yuna pun tak tahan menahan air mata dan hanya bisa pasrah dio pun hanya bisa diam membeku melihat gadis yang ia cintai berujuang melawan maut
            Lalu suara detak jantung yuna pun berhenti. Tangisan ibu yuna pun pecah seketika dio hanya bisa terdiam sambil menahan menangis melihat gadis yang ia cintai sudah terbujur kaku tak bernyawa di hadapannya saat ini.
--
            Mata cokelat dio pun terbuka. Air matanya pun tanpa sadar mengalir dipipinya. Ingatannya tentang yuna tak bisa ia hapus sedikitpun karena, gadis yang pertama kali ia cintai dengan tulus adalah yuna
            Dio pun bangkit dari pusaran makam yuna
            “yuna sayang, aku pulang dulu ya kapan-kapan aku akan kesini lagi menemuimu sambil membawa bunga mawar putih. Kenapa aku memilih mawar putih karena mawar putih itu cantik cantik sepertimu
            Lalu dio pun berjalan meninggaklan tempat memakaman ini.
*nb: jgn kopas karya org dan mengakui ini milik kalian ya karena itu sama aja ky mencuri