Laman

Senin, 08 Juli 2013

gadis membawa bunga (cerpen)



Awan pun mulai mendung sambil mengayuh sepedanya kinan tetap bersemangat  untuk mengantarkan karangan bunga-bunga yang segar ini. Jalan kota bandung cukup ramai tapi kinan dengan sepeda tuanya tetap besemangat melaju di jalan raya
            Ketika kinan sampai di sebuah persimpangan jalan yang sepi, tiba-tiba titik-titik hujan pun turun ke tanah
            “yah hujan” gerutu kinan “kenapa harus hujan”
            Dengan sigap kinan mencari sebuah tempat untuk berteduh dan sebuah halte yang cukup sepi menjadi tempat pilihanya.Kinan pun memilih berteduh di halte itu baju yang ia gunakan  nampak sudah basah kuyup. Karang bunga yang ia bawa nampak sudah basah.
            “kamu basah kuyup gitu” kata seseorang saat kinan sedang berteduh
            “eh iya ni aku basah kuyup” jawab kinan
            Lalu seorang laki-laki bertubuh tinggi berkulit putih berumur sekitar 20 tahun mendekat ke arah kinan yang sedang basah kuyup “makanya lain kali kamu pakai jaket” lalu laki-laki itu memakaikan jaket ketubuh kinan “biar kamu nggak kedingina ya nanti kamu sakit lagi”
            Spontan wajah putih pucat kinan kini nampak merah padam “aaaaa ma..ma..makasih ya” jawab kinan terbata-bata
            “sama-sama nona pengatar bunga” ia tersenyum, senyumanya membuat kinan tak bisa berkata-kata
            Lalu sejenak suasana nampak sunyi. Didalam halte ini hanya ada kiana dan laki-laki yang memakaikan jaket untuknya
            “aduh hujannya lama sekali” gerutu kinan “padahal bunga ini harus aku kirim segera”
            “iya ya hujannya nampak tak mau pergi dengan cepat” sahut anak laki-laki itu
            “benar. Aku benci hujan” jawab kinan
            “sungguh?” tanya anak laki-laki itu “justru aku sangat menyukai hujan”
            “menyukai hujan?” alis kinan terangkat “kamu aneh ya masa kamu suka sama hujan hujan itu menyebalkan dia menghambat segala aktivitas”
            Anak laki-laki itu tertawa “aduh kamu lucu ya hujan itu anugerah tuhan tanpa hujan mukin air di bumi ini akan habis bersyukur lah dengan tuhan karena berkat hujan ciptaanya kita tak pernah kekeringan”
            Hujan pun berhenti tiba-tiba lalu anak laki-laki itu langsung pergi berjalan meninggalkan halte tanpa mengucapkan sepatah katapun
--
            Lalu kinan pun kembali menganyun sepedanya lagi sambil membawa karangan bunga-bunga yang cantik ia pun melaju melaju membelah jalan raya. Bahkan jaket yang di berikan kepada anak laki-laki tadi masih ia kenakan Susah payah ia mencari semua alamat yang memesan bunga-bunga yang ia bawa.
            Namun karangan bunga mawar putih yang terakhir ini kinan sulit menemukan alamat pemesannya. Kinan cukup putus asa hingga ia berhenti disebuah rumah besar nan mengah
            “permisih pak ini benar rumah tuan mario?” tanya kinan pada seorang satpam di depan rumah
            “iya neng” jawab satpam itu “neng teh ada perlu apa atuh sama aden mario?”
            “saya hanya ingin menghantarkan ini” kinan pun menyodorkan karang bunga mawar putih yang masih segar
            “den mario memesan bunga mawar? Buat apa?”tanya satpam itu nampak bingung
            Kinan mengakan bahunya “saya tidak tahu pak”
            “anehnya den mario hari ini” satpam itu mengaruk-garuk kepalanya
            “pak, bisakah anda menandatangin ini” kinan menyodorkan kertas tanda bukit kepada satpam itu lalu satpam menandatangani kertas itu
            “makasih pak” lalu kinan pergi dan mengayuh sepedanya lagi
--
            “bunga dari siapa ini pak?” tanya mario
            “lah aden yang pesan kan?” tanya pak satpam
            Mario terdiam, ia pun teringat sesuatu
            “oh iya saya yang pesan tadi” jawabnya sambil cengengesan
            “aden teh angin apa pesan bunga mawar putih” tanya pak satpam denga logan sundanya yang kental
            “aneh ya pak?” tanya mario “saya hari ini mau pergi ke makan pak”
            “makan? Makamnya non andine?” tanya pak satpam ragu-ragu
            Mario pun hanya tersenyum getir
            “iya pak buat andine hari ini peringatanan dua tahun perginya andine”
--
            Kinan pun sampai di toko bunga kembali. Lalu ia memarkir sepedanya di depan toko bunga milik ibunya ini lalu ia masuk kedalam toko itu terlihat wanita setengah baya sedang duduk diatas kursi sambil merangai bunga-bunga yang segar kedalam subuah pot bunga.
            “kinan sudah kamu antarkan semua bunga-bunganya?” tanya ibu
            Ia menangguk “sudah kok bu, tapi maaf aku pulang terlambat karena tadi hujan aku berteduh dulu sampai hujan redah”
            Ibu menghelah nafas “syukurlah maaf ya seharusnya liburan sekolah ini kamu bersenang-senang tapi kamu malah membantu ibu mengantarkan bunga”
            “ah ibu” kinan tersenyum “aku senang kok mengisi liburan sekolahku dengan membantu ibu he-eh lagian aku kan bisa dapat uang jajan”
            Ibu mengacak-acak rambut kinan “kau ini selalu saja seperti itu kinan”
--
            Mario pun mengeluarkan mobil jeepnya dari garasi rumahnya. Ia pergi sendirian .Lalu ia melaju ke arah lembang bandung. Hari ini tepat peringatan 2 tahun kepergian andine tiba-tiba mario teringat kejadian kecelakan yang ia alami dengan andine.
            “sial kenapa semuanya kembali teringat lagi” maki mario kesal
            Lalu ia berhenti disebuah komplek pemakanman lalu ia turun dari mobilnya menerusui kompleks pemakam yang nampak sepi ini. Matanya berusaha mencari sesuatu lalu ia menghampiri sebuah makam yang nampak masih baru dikunjungi. Makam itu masih terdapat bunga-bunga yang segar.
            “aku datang” seru mario lemah
            Lalu mario meletakan rangkaian bunga mawar yang ia bawa tadi sambil berdoa sejenak diatas pusaran makam andine.
            “hari ini tepat dua tahun kamu pergi ndie” mario mengelus nisan makam itu “aku benar-benar makin merasa seperti orang bodoh. Andai waktu itu kamu tidak pergi bersamaku untuk membeli bunga mawar putih mukin kau masih tetap hidup saat ini.”
--
Kinan pun duduk menghadap kearah ibunya yang sedang asik merangkai bunga-bunga mata hitamnya tak mengedip sama sekali hanya memperhatikan ibunya yang sedang asik dengan perkerjaannya
“kinan kamu kenapa si?” tanya ibu sedikit bingung dengan sikap kinan
Kinan mengeleng “he? Nggak apa-apa kok bu emang aku nggak boleh liatin ibu lagi merangkai bunga? Ah yasudah”
“bukan begitu” elak ibu “kau sejak pulang mengantarkan bungu tadi aku melihat kau sedikit aneh kinan”
Kinan tersenyum “itu perasaan ibu saja kali”
“mungkin” lalu ibu mengambil setangkai bunga mawar merah dan menaruhnya di pot rangkaianya
“ibu aku mau tanya boleh nggak?” kata kinan ragu
“apa?”
“aneh tidak menurut ibu jika seseorang menyukai hujan?” kinan mengigit bibirnya
“menyukai hujan? Aku rasa tidak semua orang itu punya keunikan masing-masing”
--
            Seminggu berlalu setelah kejadian itu kinan masih tak bisa memenukan alamat si pemilik jaket ini. Jangankan tahu alamatnya nama laki-laki itu saja kinan tak mengetahuinya aku nampak seperti orang bodoh masa sampai tak menanyakan nama orang itu batin kinan
            Hari ini pun kinan mengatar karangan bunga mawar putih lagi ke tempat alamat tempo hari entah kenapa hari ini kinan ingin bertemu sekali lagi dengan pemilik jaket yang ia kenakan saat ini. Sambil mengayuh sepedanya ia berharap bisa bertemu dengan orang itu dan ia ingin mengucapkan terima kasih karena mau memenjamkan jaketnya tempo hari.
            “pagi pak satpam” sapa kinan saat berada di depan pintu gerbang rumah itu “ini karangan bunga pesanannya”
            Satpam itu nampak sedikit bingung “ini teh pesanan den mario lagi neng?”
            Lalu kinan meliat tanda bukti pesanan bunganya “iya pak ini atas nama mario lagi”
            Dan tiba-tiba seorang laki-laki berumur sekitar 20 tahun-an keluar dan menghampiri mereka berdua
            “pak ada karangan bunga lagi nggak?” tanya mario
            “eh? Tunggu deh” kinan seperti teringat sesuatu “kamu yang waktu itu kan?”
            “andine” ujarnya spontan
            “ha?” kinan nampak kaget
            Bodoh kenapa aku berkata seperti itu dia bukan andine-mu mario andine sudah mati karena ulah bodohmu batin mario
            “maaf maaf” mario pun meminta maaf “mana tanda terimanya?”
            Kinan menaikan alisnya “hey anda yang tempo hari kan?”
            Mario tak menjawab ia hanya mengigit bibir bawahnya
            Kinan pun melepaskan jaket yang ia kenakan “maaf ya sudah merepotkan mu ini punnyamu terima kasih ya”
            Mario langsung menarik tangan kinan sambil tangan kanannya mengegam karangan bunga mawar putih yang kinan antarkan tadi
            “cepat kamu masuk mobilku” perintah mario sambil membuka pintu mobil jeepnya
            “eh kamu mau bawa aku kemana” kinan nampak ketakutan
            “tenang aku tak kan menyakitmu” mario tersenyum “aku hanya ingin kamu menemani aku ke suatu tempat saja”
--
            Mario pun melajukan mobil jeepnya kearah tempat pemakam andine. Selama perjalan kinan dan mario hanya terdiam. Kinan sedikit ketakutan ia hanya diam duduk disamping mario. Mario melajukan mobilnya seperti orang kesetanan
            “bisakah anda pelan sedikit tuan” kata kinan ragu
            “maaf kan aku” ujar mario “aku membuatmu takut ya? Baiklah aku akan pelankan kecepatan mobilku”
            Lalu mario menurunkan kecepatan mobilnya ke arah 40km/jam
            “kita mau kemana si tuan?” tanya kinan
            “jangan panggil aku tuan” elak mario “aku masih dua puluh tahun”
            “dua puluh tahun?” tanya kinan tak percaya “tiga tahun di atasku? Oh ya tuhan”
            “memang ada yang salah?” jawab mario ketus “aku nampak tua untukmu?”
            Kinan mengeleng cepat “bukan bukan gitu ka aku nggak enak aja gitu jalan sama laki-laki yang usianya lebih tua dariku”
            “siapa nama mu?”tanya mario acuh “sejak pertama kita bertemu aku tak pernah tahu namamu”
            “kinan”
            Mario menahan tawa “kinan? Seperti nama laki-laki”
            “aku ini perempuan” gerutu kinan
            “aku bercanda kok kinan” mario tersenyum “aku mario”
--
            Mereka pun sampai di kompelek pemakamam. Mario pun memarkir mobilnya tepat di depan kompleks pemakaman. Lalu ia dan kinan pun turun dari mobil sambil membawa karangan bunga madan berjalan menerusuri kompleks pemakaman ini
            “ini kan tempat pemakanam” gerutu kinan
            “maaf ya aku mengajakmu kesini” mario meminta maaf dengan kinan
            Lalu mereka berdua sampai di tempat pusaran makam andine. Mario pun langsung meletakan karangan mawar putih kesukaan andine di atas pusaran makamdan berdoa sejenak. Kinan hanya bisa memperhatikan sikap aneh mario.
            “ini... ini makam siapa?” tanya kinan ragu
            “ini makam kekasihku” ujar mario dengan suara parau “yang ku bunuh dengan kebodohanku”
            “maksudnya?” kinan nampak bingung
            “dua tahun lalu” mario mengelah nafas “aku bodoh kinan aku membunuhnya. Andai waktu itu andine tidak pergi bersamaku dengan motor mukin saat ini dia masih hidup saat ini. Aku bodoh aku bodoh. Mukin kecelakaan itu tak kan terjadi.”
            Kinan pun menepuk pundak mario “itu bukan salahmu kak itu takdir”
            “aku bodoh” maki mario “andai andine tak pergi denganku pasti ini tak kan terjadi aku bodoh kinan aku membunuh perempuan yang aku cintai sendiri”
            “kakak, itu takdir jangan menyalahkan diri sendiri” ujar kinan “aku yakin ka andine sekarang udah tenang di sisi tuhan”
            “kamu tahu nggak kinan” mario mengelah nafas “kamu itu mirip andine sekilas, maaf ya tadi aku spontan memanggilmu andine karena rona merah muda di pipimu benar-benar mirip dengan andine.
“sejak  pertama kali aku melihat mu di halte tempo hari, aku benar-benar tidak bisa melepaskan pikiranku bawah kamu itu andine. Aku makin terlihat idiot kan? Jelas-jelas andine sudah meninggal di tanganku sendiri aku bodoh”
            Lalu mario dengan spontan memeluk kinan
            “aku bodoh sudah membunuh orang yang aku cintai tapi kinan aku sadar kamu bukan andine kamu ya kamu andine ya andine” desah nafas mario terasa di rambut kinan
            “kak mario aduh” ronta kinan
             “kinan maaf maaf aku nggak bisa nahan semuanya” Lalu mario melepaskan pelukanya “aku sayang kamu”
            “he? maksud kakak?” tanya kinan bingung “kakak lagi bercanda kan? Halo ka kita baru ketemu satu kali”
            “aku tak perduli” jawab mario acuh “kinan maaf ya aku membuatmu kaget”
            Kinan hanya terdiam
            “ayo kita pulang” mario mengandeng tangan kinan “lupa kan hal yang tadi kinan masih banyak waktu yang penting aku saat ini memilikimu” 
            Lalu mereka berdua pulang dan meninggalkan kompleks pemakam ini sambil bergadengan tangan dengan erat

*nb: jangan pernah kopas/ plagiatin karya orang laindan mengakui jadi milik kalian. inget mereka itu susah  panyah jadi penulis tolong hargai karyanya thnx