Laman

Kamis, 27 Maret 2014

journey with love (bab 6)



Hari rabu pun datang kembali. Seperti biasanya tepat jam setengah enam pagi jam weker Yuna pun berdering dengan keras hingga membuat Yuna terkejut dan langsung terbangung
“Jam weker yang menyebalkan!.” dumal Yuna “aku ingin tidur lagi aku lelah semalaman aku belajar aaa”
Yuna pun bangkit dari tempat tidurnya lalu ia menarik kursi meja belajarnya dan mendudukinya. Lalu ia memandangi kalender yang berada di atas meja belajarnya.
Sekarang tanggal satu agustus ya? Ya ampun sudah bulan agustus aja. Berati sudah nyaris 6 bulan ayah dan ibu pergi meninggalkanku bukan? Tanggal lima belas aku harap aku tidak akan mengingat kejadian waktu itu lagi batin Yuna
“Yuna... Yuna.. ayo bangun.” seseorang mengetuk pintu kamarnya “kamu hari ini sekolah sayang jangan sampai kamu tidak sarapan lagi.”
“aku udah bangun kok.” teriak Yuna “sebentar lagi aku mandi.”
--
“kakak ayo bangun....” Selena mencubit hidung Revan
Revan pun terkejut dan ia pun membuka matanya
“Elen sakit tau.” gerutunya
“kakak nyebelin ayo bangun bangun kakak ayo bangun.” rajuk Selena
“iya iya aku bangun.” Revan pun mengendong adiknya “bocah menyebalkan sini kakak hukum kamu.”
“aaa ... aaa” teriak Selena
Revan pun mengendong adiknya dan memutar-mutarnya Selena nampak tertawa gembira dengan perlakuan kakaknya itu. Lalu Revan mengempaskan Selena di atas tempat tidurnya.
“udah ah kakak cape.” gerutu Revan
“kakak lagi...” pinta Selena “aku mau lagi.”
“nggak ah.” Revan menjulurkan lidahnya seperti anak beusia lima tahun “sana kamu berangkat sekolah dulu.”
“nggak mau.” jawabnya sambil cemberut.
“ayo sekolah.” perinta Revan.
“tapi yang nganter kakak ya?” tanya Selena
“Elen mau kakak yang anterin?”
Selena pun menangguk “iya.”
“biasa maunya sama kakek.” sindir Revan “jadi Elen kangen naik motor sama kakak ya?”
--
Yuna pun sudah bersiap-siap untuk berangkat kesekolah. Dengan menggunakan seragam kotak-kotak biru dengan rok putih selutut. Ia nampak bersemangat hari ini. Sebetulnya, ia hanya ingin melupakan sesuatu hal yang menyakitkan menurutunya hari ini ia terpaksa kesekolah hanya berdua dengan Vino. hari ini vico sedang sakit ia terus muntah-muntah sejak semalam
“Yuna berangkat dulu ya.” pamit Yuna kepada tante estter
“hati hati ya Yun.”
Yuna pun berjalan keluar rumah dan ia langsung masuk kedalam mobil sedan tua yang sedang terparkir di dalam garasi.
“tumben nggak lama.” sindir Vino yang sudah duduk di dalam mobil “biasanya aku harus nunggin kamu lama”
“iya biar kamu nggak ngomel-ngomel kaya inang-inang yang nangih hutang.” jawab Yuna dengan ketus
“teruslah seperti ini.” balas Vino acuh “jadi aku nggak lama-lama nungguin manusia lemot bin ribet kaya kamu.”
Yuna pun mengepalkan kedua tanganya
“oh aku lemot? Iya? Terus kamu apa? Sigap? Jangan harap kamu tanya tentang tugas kimia atau biologi denganku.”
“loh kok kamu gitu sih!” Vino nampak kesal “kenyataanya kamu emang lemot kan? Lalu kamu itu nyebelin kamu tau?  mirip kaya anak-anak. aku cape ngikutin kamu lebih tepatnya kelemotan kamu.”
“oh iya?” suara Yuna naik dua oktaf “yaudah nggak usah ngikutin aku. aku mau turun aku males kesekolah bareng kamu banyak komentar aja kaya facebook aku naik angkot aja dadah.”
Yuna pun mengambil tasnya lalu ia keluar dari mobil dengan membanting pintu mobil dengan sekuat tenaga.
“Yuna tunggu.” teriak Vino.
Yuna pun berlari keluar rumah sambil menahan kesal.
Aku cape kaya gini aku mau pulang seharusnya aku gak usah datang kesini kalau vino gak pernah bisa terima aku disini batin Yuna
--
Vino pun keluar dari mobilnya dan berlari mengejar Yuna keluar rumah. Ia tidak bisa mengimbangi kecepatan Yuna berlari. Yuna berlari dengan cepat.
Aku bodoh kenapa aku bicara seperti itu batin Vino
“Yuna tunggu Yun aku nggak maksud kaya gitu.” teriak Vino dengan nafas tersengal-sengal namun Yuna tidak menghiarukan Vino ia terus berlari.
“Yuna! Tunggu.” teriaknya sekali lagi
Yuna pun berhenti berlari.
Vino pun berlari mendekati Yuna.
“Yuna maafin aku.” ia memeluk Yuna dari belakang “Yuna ayo lah Yun!”
“apa-apaan si.” gerutu Yuna “lepasin.”
Aku benar-benar tidak bisa menahanya lagi apa yang harus ku katakan? Aku merasa bodoh saat ini batin Vino
“Yun, maafin aku aku nggak maksud kaya gitu.” Vino berusah meminta maaf
Yuna pun terus merontah
“Vino apa-apaan si.”
“aku akan lepasin kamu kalo kamu maafin aku.” jawab Vino
“iya aku maafin.” Yuna nampak setengah hati “lepasin cepet! untung kompleks rumah sedang sepi apa nanti kata orang.”
Vino pun melepaskan pelukanya itu ia hanya menunduk tidak berani menatap kedua mata Yuna
“ayo cepetan!” teriak Yuna “tadinya aku mau naik angkot tau ini udah kesiangan jam pertama itu fisika pelajar guru klier sepanjang masa itu.”
“siapa? Pak Bagas?” tanya Vino
“iya lah.” Yuna menarik tangan Vino “kamu bisa ngebut nggak? Jangan sampe kita telat.”
“ah dia doang ribet banget.” gerutu Vino “iya nona bawel.”
“apa katamu aku bawel? awas kau. Aku males ah berangakat sama kamu lagi.”
“ah Yuna kamu gitu si ah. Nanti aku kena omelan ibuku lagi.”
--
Jam makan siang pun tiba. Revan pun memarkir vespa tuanya tepat di depan kafe tempat ia berkerja.  Di depan pintu kafe sudah berdiri katie yang sedang bertugas untuk menyambut tamu.
“siang kakak.” sapa kathie
“loh kok kakak si?” gerutu Revan “kita kan seumuran.”
“maunya kakak.” lalu kathie memeluk Revan dari belakang “boleh ya please.”
“eh apa-apaan lepas kat lepas.” Revan memberontak
“maaf maaf.” kathie pun melepaskan pelukanya
--
Hari ini pun Yuna memetuskan untuk pulang sendiri tidak bersama Vino tapi bersama salah satu temannya dan hari ini pun Yuna memutuskan untuk pergi ke kafe yang belum lama ini ia datangi dengan kak vero.
“Yun, kenapa kamu mau ke kafe bunga banget?” tanya Mila.
“ish kamu harus tau Mil, pancake di sana enak banget.” jawab Yuna antusis
Lalu mereka berdua turun dari angkot di depan sebuah bangunan tua dengan beberapa motor yang terparkir di depannya.
“oke kita sampai.” teriak Yuna seperti anak kecil.
“kamu ini Yun Yun.” gerutu Mila
“kenapa si Mil.” gerutu Yuna
Mila mencubit pinggang Yuna “Diamlah lemot.”
“Mila jangan seperti Vino.” gerutu Yuna
Lalu kedua gadis itu memasuki kafe tersebut namun, Yuna merasa melihat sesuatu pemandangan yang kurang menyenangkan. Mukin terlalu membuatnya teringat sesuatu.
“aish, maaf maaf.” kata seorang gadis bertubuh pendek yang berada di depan pintu masuk kafe itu
“ah nggak apa-apa.” Yuna tersenyum
Lalu wajah pria yang sedang berdiri di hadapan Yuna pun sedikit memerah.
“untuk berapa orang?” tanya gadis itu
“dua.” jawab Yuna datar
“mari nona saya antara.” tawar pria bertubuh tinggi itu
Yuna mengangguk. Dan Mila hanya bisa tercengang melihat pria yang sedang berada dengan meraka saat ini.
--
Kathie astaga apa yang kamu lakukan mau di taruh dimana mukaku ini batin Revan
Sambil mengantar kedua gadis itu duduk di mejanya pikiran Revan pun tidak menentu. Saat ini ia sedang berperang dengan hatinya. Tujuan dia kembali ke kota ini demi Yura bukan? Tapi saat ini pesona kathie semacam membuatnya ingin berpaling dari Yura. Dan gadis berambut cokelat itu... membuatnya semakin ingin meninggalkan semua janji-janji manisnya dengan Yura.
“silakan duduk nona.” perintah Revan
“terima kasih.” jawab si gadis bertubuh tinggi
“nona, mau pesan apa?” tanya Revan dengan ramah.
“pancake with ice cream vanila ya.” jawab si gadis berambut cokelat datar “minumnya hmm... iced cappuchino aja.”
Dengan cekatan Revan pun menulis di daftar pesanan apa yang dikatakan oleh gadis itu.
“hhmm... saya pesan cappucino aja mas.” jawab si gadis bertubuh tinggi itu
“oke saya ulang ya. Satu pan cake with ice cream vanila dan dua iced cappuchino pesananya lima belas menit lagi akan sampai ya.”
Lalu Revan pergi meninggakan mereka berdua
--
“Yun, pantes kamu suka kesini.” kata Mila tiba-tiba “ternyata pelayannya aja ganteng gitu. hmm ganteng senyumnya itu manis banget kafe ini si emang nggak terlalu ramai tapi kalau ada pelayan semacam itu aku bakalan sering-sering kesini.”
Yuna pun tersedak
“duh tuh kan benar.” Mila mengedus curiga “kamu cuman mau ketemu pelayannya.”
“Mila apa-apaan si.” gerutu Yuna “nggak kaya gitu Mil, pan cake disini enak banget sungguh deh.”
“yakin? Aku kok nggak percaya.” ledek Mila “eh itu pelayan yang tadi serius deh ganteng banget. Manis banget duh aku rasanya bener-bener mau beralih ah dari Vino ke dia.”
“ya ampun Mila Mila.” Yuna menggeleng “Vino lagi Vino lagi emang apa keunggulan dia? Dia ganteng apa? Dia jelek terus nyebelin.”
“nyebelin? Dia cool Yuna lalu dia kapten tim basket sekolah kita.” Kedua mata Mila begitu berbinar “kamu sepupunya loh seumur hidup  kenal sama dia bilang dia nggak ganteng? Kamu salah.”
Yuna menghela nafas. Sejenak suasan hening.
Dan ponsel Yuna pun berdering hingga membuat mereka berdua terkejut
“aish, Mil bentar aku terima telfon dulu.” Yuna pun bergegas mengambil ponselnya  dari tasnya lalu Yuna bangkit dari tempat duduknya dan berlari kearah luar kafe
“Yun nanti pesananyan gimana?”
--
Revan pun terus termenung. Di kursi dekat loker penyimpanan barang Miliknya  ia terus termenung karena semua perasaanya saat ini.
Aku nampak seperti orang jahat aku mengingikan Yura  tapi aku juga menginginkan kathie dan lebih parahnya lagi sekarang si gadis berambut cokelat itu benar-benar membuat lututku lunglain ya tuhan aku saat ini seperti orang jahat batin Revan
“Revan tolong pesanan meja nomor lima.” teriak seseorang dari dapur
Lalu Revan dengan sikap berlari ke arah dapur
“mana yang harus kuantar?” tanyanya
“ini.” wanita tua bertubuh tambun pun menyerehkan sebuah nampan berisi pan cake dan capuchino
“cepatlah mukin mereka sudah kelaparan.” gerutunya
Lalu Revan pun berjalan dan mengantarkan pesannya itu. Dan ketika ia sampai di meja itu hanya ada si gadis bertubh tinggi saja
“permisi nona ini pesananya.” lalu Revan meletakan semua pesan mereka di atas meja.
“eh? Terimakasih.” balas si gadis tinggi tersebut
“hmm... yang satu lagi kemana?” tanya Revan ragu-ragu
“oh Yuna? Nggak tahu deh.” Gadis tinggi itu mengakat bahunya “Tadi dia nerima telfon gitu terus keluar.”
Eh? Namanya Yuna? Nama yang cantik. Tapi, Yuna Yura sekilas mirip tapi ini berbeda batin Revan
“oh jadi namanya Yuna.” jawab Revan
“lah? Kenapa? Kok kaya terkesimak gitu?” tanya si gadis tinggi tersebut
“aish nggak apa-apa kok.” Revan menggeleng “saya tinggal dulu ya nona kalau ada keperluan silakan panggil saya.”
--
Yuna pun berlari kearah taman di belakang kafe ini dan ia langsung menerima telfon itu
“mau apa lagi?” sahut Yuna
“Yuna kamu nggak apa-apa?” tanya seseorang dari telfon “kamu sehat-sehat aja kan?”
“buat apa kamu hubungi aku lagi?” tanya Yuna ketus “bukan kah kita sudah berakhir? Buat-”
“Yuna aku merindukanmu.”potongnya “Yuna kembali lah kembali lah ke Jakarta Yun. ayo lah Kamila Yunastria aku benar-benar tidak bisa hidup tampamu aku benar-benar mencintaimu Yuna.”
Yuna hanya tersenyum getir
“kamu mencintaiku? Apa yang namanya benar-benar mencintaiku kamu buktikan dengan berselingkuh?”
“Yuna, maaf kan aku.” ia memohon “Yuna sungguh aku benar-benar minta maaf aku khilaf Yuna aku-“
“kamu pria dewasa Falco.” Potong Yuna. suara terdengar mulai parau “berapa usiamu? Sembilan belas tahun bukan? Tahun depan dua puluh tahun lalu kamu juga adalah seorang mahasiswa bukan?. Kamu bukan seorang anak SMP yang kekanak-kakan lagi seharusnya kamu itu bisa membedakan mana yang baik mana yang buruk. Kamu tahu? Kamu nampak seperti bocah berusia tiga belas tahun yang memohon mohon agar diampuni kesalahanya.”
“kamu harus tahu itu. Kamu harus sadar. Sebuah kepercayaan itu mahal harganya. Dan aku aku tipikal orang ya jika kamu sudah mengecewakan aku. Maka kamu sudah menghilangkan kepercayaanku.”
“aku benar-benar kecewa denganmu. Aku pikir dengan usiamu dengan statusmu kamu itu bisa lebih dewasa. Nyatanya? Sama saja. Oh tuhan seharusnya kita tidak pernah bertemu bukan? Buat apa aku mencintai orang tapi orang itu justru mengkhiatiku?”
Suara Yuna semakin lama semakin terdengar parau.
“Yuna, aku bersumpah Yuna aku akan berubah aku akan menjadi seorang pria yang baik. Aku nggak akan ngecewain kamu aku nggak-“
“sudahlah Falco.” potong Yuna “lupakan aku. Hapus kisah kita berdua.”
“Yuna aku benar-benar mencintaimu Yuna!” teriaknya “aku sungguh-sungguh ingin berubah Yuna, ku mohon berikan aku kesempatan 1 kali lagi.”
“percuma.” tagisan Yuna pun pecah “aku benci kamu! Aku benci kamu kata maaf dariku udah nggak bisa ku ucapkan lagi.”
“tapi Yun Yuna-“
Lalu Yuna mematikan telfonya
--
Revan pun memeutuskan untuk pergi kehalaman belakan kafe ini. Di halaman belakang kafe ini terdapat sebuah taman kecil. Dan di taman ini Revan sering melepas penat akibat lelahnya berkerja dan tentang masalahnya.
Terdengar isak tangis suara wanita dan Revan pun nampak bingung.
Terlihat seorang gadis sedang menangis sambil memukul-mukulkan tanganya ke kepalanya. Ia menangis seperti orang gila. Dan Revan pun mengampirinya. Gadis itu terus menangis air matanya terus membasahi pipi putihnya
“neng, kumaha?” tanya Revan
Gadis itu tidak menjawab dia terus menangis
“nona nona kenapa? Kamu kenapa?” tanya sekali lagi
Tiba-tiba saja gadis itu meluk Revan dan ia menangis makin menjadi-jadi
“aku benci aku benci kenapa aku harus merasakan semua penderitaan ini.” raungnya
“eh... eh...” dengan spontan Revan pun mengelus rambut cokelatnya “udah atuh neng  jangan nangis nanti geulisnya ilang atuh udah ya neng jangan nangis atuh.”
“aku cape.” teriaknya “harusnya aku nggak usah hidup harusnya aku ikut pergi sama ibu dan ayah ke surga harusnya aku mati... kenapa aku masih hidup ya tuhan kenapa saat aku koma aku nggak sekalian mati aja? Aku cape hidup!”
“eh si eneng naon ngomong nyak kaya gitu. Neng, tuhan teh masih sayang sama eneng makanya dia kasih eneng umur panjang” Gadis itu terus menangis di pelukan Revan
“nggak tuhan jahat sama aku.  Kenapa dia ambil ibu sama ayah? Kenapa? Itu sama aja dia jahat sama aku.”
--
Yuna pun terus menangis ia tidak perduli siapa saat ini yang sedang bersamanya apakah Mila atau siapa. Yang pasti perasaanya saat ini benar-benar sedang kalut. Kalut karena Falco pria yang ia cintai namun telah membuatnya kecewa memohonya untuk kembali dan ini membuatnya nampak goyah dengan keputusan untuk meninggalakanya.
“neng geulis jangan nangis lagi.” bisik seseorang di telinganya
“aku cape! Aku nggak sanggup lagi.” isak Yuna “aku cape semuanya jahat.”
“neng aish si eneng teh naon? Cerita sama akang sini.” tanya seseorang
Yuna pun melepaskan pelukanya dan seseorang dengan sigap menghapus air mata yang membasahi pipinya
“aku...aku...” isak Yuna
“iya eneng kenapa?” tanyanya
“aku bener-bener nggak mau hidup lagi.” isak Yuna “aku mau mati aja aku mau nyusul ibu sama ayah.”
“eits, si eneng ngomong apa si.” maki pria itu “nggak boleh ngomong mati mati gitu. Mukin ibu sama ayah eneng memang sudah takdirnya dan eneng sekarang teh harus tetap hidup.”
Sejenak Yuna berhenti menangis.
“neng? Udah nyak jangan nangis lagi.” kata pria itu
Yuna menganggu khitmad
Sejenak suasan hening. Hanya terdengar suara henbusan angin di sore hari yang terasa dingin hingga menusuk tulang
“kalo boleh tahu.” pria itu menimang-nimang “siapa nama eneng? Dari pertama kali kita ketemu akang teh nggak tahu siapa nama eneng.”
Sontak Yuna terkejut
“kita pernah bertemu? Kapan?” tanya Yuna nampak bingung
Yuna berusah menghapus sisi air mata yang masih ada di pipinya
“nampaknya kamu lupa ya?” tanya Revan “duh kamu ini.”
--
Astaga akhirnya gadis ini berhenti menangis juga. Sungguh deh baru pertama kali aku melihat seorang gadis menangis meraung-raung seperti dia. seperti ia tak sanggup lagi untuk menerima sebuah kenyataan seperti itu dan ,kenapa aku sangat ingin melindunginya? batin Revan
“Yuna” serunya
“he? Tahu dari mana namaku?” tanya gadis itu
Revan nyengir “hhmm... itu... dari temanmu.”
“Mila?” tanya gadis itu
Revan mengangguk
“aduh Mila hmm... astaga maaf.” gadis itu menghapus air mata yang masih tersisa di pipinya “eh? Kamu yang waktu itu ya?”
“he-eh.” Revan menggigit bibir bawahnya “iya... iya...”
“yang punya adik manis itu? Lalu hari sabtu kemarin tak sengaja kamu memutarkan lagu band kesukaanku?” tanya gadis itu tak percaya
“tepat sekali.” jawab Revan sumringah “jadi namamu Yuna? Iya?”
Gadis itu mengangguk “iya aku Yuna. Maaf ya seharusnya dari awal kita berkenalan siapa namamu?”
Gadis itu berusah tersenyum rona merah muda terlihat di balik pipi putihnya. Seketika jantung Revan pun berdetak tidak beraturan
“Re..Revan.” jawabnya terbata-bata “Revan iya Revan.”
“kak Revan” kata gadis itu “tidak keberatan aku memanggilmu kakak?”
Revan menggeleng cepat “ti..tidak kok Yuna tidak apa-apa.”
--
Yuna merasa malu karena menangis di depan pria ini. Ya pria yang pernah ia temu di kereta api tempo hari. Pria yang sama-sama menyukai band yang sama denganya. Dan entah kenapa pria ini membuat hati Yuna sedikit tenang. Pelukan hangatnya seakan-akan ia memberi sebuah kehangatan untuknya dan perasaan hangat ini belum pernah ia rasakan
“Yuna, kamu kenapa? Tadi kok kamu menangis seperti itu.” tanya Revan
Yuna mengeleng “nggak apa-apa kok ka. Sungguh.”
“yakin?” tanya Revan penasaran “jujur tangisanmu tadi benar-benar kencang loh. apa kamu sedang memilik masalah?”
Yuna mengangguk
“hanya sedikit.” jawabnya sambil tersenyum
“sedikit?” Revan mengendus “kalau sedikit kamu tidak akan menangis seperti itu.”
Yuna menghela nafas
“aku, aku hanya sedang merasa kesepian. Hidupku terasa hampa sejak kematian kedua orang tuaku. Aku benar-benar tidak tahu... tidak tahu apa yang terjadi aku benar-benar tidak bisa mengingat dengan baik lagi.”
Dengan sepontan Revan memeluk Yuna
“jangan menangis lagi Yuna, kamu nggak sendirian sekarang. Aku akan menjadi temanmu. Hhmm... kalau kamu butuh teman cerita aku siap kok.”
Astaga pria ini. Kenapa kenapa ia memelukku. Dan pelukannya ini. Sangat hangat. Tuhan apakah dia seorang malaikat? Iya mukin dia malaikat aku benar-benar tidak ingin melepaskannya Bantin Yuna
“eh? Hhmmm....”
“aduh aduh.” lalu Revan melepaskan pelukannya “Yuna maaf ya maaf atas sikapku tadi maaf ya maaf banget.”
Yuna tersenyum tipis “ah baiklah kak. Terima kasih ya.”
“terima kasih untuk?” tanya Revan bingung
“kamu mau menenangkanku.”
--

journy with love (bab 5)



Jam tangan Revan pun menunjukan pukul 12 siang dan kelas pun berakhir. Revan nampak senang karena pelajaran hari ini sudah selesai dan kuis pun berjalan dengan cukup lancar.
“Van, ayo kita ke kafe.” ajak kathie
Revan pun masih duduk di atas kursinya sambil menguap sesekali. Wajahnya sedikit mengantuk.
“hoam baiklah baiklah ayo.”
“kamu ngantuk Van?.” tanya kathie was-was
“he-eh hanya sedikit.” jawab Revan sambil menguap “aku semalaman tidak tidur karena belajar.”
“hmmm...” desah kathie “pantas saja ya kamu lancar menjalain kuis nggak kaya aku aku nggak belajar.”
“he-eh this’s first time kathie.” Revan pun nyengir “aku nggak mau dapat jelek di kuis pertama ini.”
“oke oke. ayo Van kita harus kerja.” kathie menarik lengan Revan
“iya iya.”
--
Vino pun mulai menyalakan mobil sedan tuanya. Dengan kesal ia meninju stir mobilnya karena sesungguhnya ia tidak mau mengantarkan kakaknya dan Yuna.
Aku benar-benar nggak suka sama Yuna. Terlalu lembut aku benci gadis seperti itu terlalu lemah lembut tapi, kenapa setiap aku melihat mata kecokelatanya itu membuat jantungku tak beraturan ayolah Vino berfikir positif kamu nggak suka gadis seperti itu bukan? Dia itu bukan tipemu  batin Vino
Vino pun mengklason mobilnya keras-keras.
Di dalam rumah Yuna yang sedang duduk di sofa pun sedikit kaget. Yuna pun makin merasakan ada sedikit penolakandari Vino karena kehadiranya di keluarganya saat ini. Dan dadanya pun terasa sesak setiap mengingat perlakuan terhadapnya.
“Yuna ayo.” seru kak vero membuyarkan lamunanya
“ah iya kak ayo.” Yuna pun bangkit dari tempat duduknya dan membimbing kak vero hingga keluar rumah
“cepetan!” teriak Vino dari luar kaca mobilnya
“Vino sabar dong. kamu nggak sabaran banget.” gerutu kak vero
--
Revan dan kathie pun pergi ke kafe tempat mereka berkerja dengan menggunakan motor vespa tua Milik Revan. Selama perjalan mereka hanya terdiam dan membisu.
“turunlah udah sampai kath.” perinta Revan saat ia menghentikan vespanya di depan sebuah bangunan tua yang nampak bukan seperti kafe yang biasa ia temui di Jakarta
“duh, cepet juga ya.” sindir kathie “padahal aku mau lama-lama di bongceng sama kamu loh.”
Revan pun nyaris tersedak mendengar perkataan kathie
Astaga kahtie apa yang tadi? aku dengar itu hanya ilusi oh tuhanku semoga itu ilusi batin Revan
“aduh, bisa aja.” balas Revan
“habis, kalau aku dideket kamu itu nyaman banget.” ucap kathie
Revan pun terbelanga mendengarnya.
“he? Kamu ngomong apa barusan?.”
“aish, lupakan.” lalu kathie meninggalkan Revan dan ia masuk kedalam bangunan yang tak pantas disebut kafe itu.
Aku rasa ini cuman mimpi iya ini mimpi kalau ini mimpi aku nggak mau cepat-cepat bangun. batin Revan
--
Vino pun terus menyetir mobilnya menelusuri jalan raya yang sedikit mulai padat. Ya namanya juga lembang Bandung kota yang banyak di minati oleh wisatawan dari Jakarta. Yuna yang duduk disamping Vino pun hanya terdiam tidak berbicara sepatah kata pun dengan Vino. Kak vero pun yang duduk di belakang mereka pun nampak bingung melihat ketengangan yang tersirat di antara mereka berdua.
“kok kalian berdua diam aja si.” seru kak vero memecahkan keheningan.
“hmm... hmmm.” desah Yuna
“kan kalian seumuran.” tanya kak vero “ayo lah kalian jangan seperti ini diam bisu.”
“gimana seumuran? dia belum tujuh belas tahun”. jawab Vino ketus.
“tapi kalian lahir ditahun yang sama jadi semuruan dong.” jawa kak vero.
“ulang tahunku masih lama kok kak.” jawab Yuna sambil tersenyum getir “masih kurang dua bulan lagi.”
“tanggal berapa ulang tahun tahunmu?.” tanya Vino acuh
“dua puluh satu september.” jawab Yuna “kenapa? Mau tau banget si kamu.”
“nggak apa-apa nanya doang si.” Vino menggigit bibirnya.
“dasar aneh.” gerutu Yuna.
--
Revan pun bersiap-siap menggunakan seragam kerjanya dengan penuh semangat hari ini pun ia terus tersenyum dan itu membuat ia nampak berbeda. Dan ini memuat beberapa teman Revan pun sedikit kebingungan dengan sikap Revan
“semangat banget ini kayanya.” sindir kathie saat ia berpapasan dengan Revan di dapur
“he-eh.” Revan pun tersenyum “nggak tau ni tiba-tiba semangat aja.”
“terus lah seperti ini.” jawab kathie “aku suka melihatmu hari ini.”
“akan ku coba.” Revan mengedipkan matanya
--
Vino pun menghentikan mobilnya tepat di sebuah bangunan tua yang antik namun ini terlalu aneh jika di jadikan sebuah kafe namun sayangnya bangunan ini adalah sebuah kafe. kafe favorite kak vero. Dulu kak vero dan Yuna sering menghabiskan waktunya di kafe ini
Vino pun memarkir mobilnya tepat di depan bangunan itu.
“cepat lah ini sudah sampai.” gerutu Vino “kalian nggak mau turun?.”
“sabarlah sedikit.” jawab Yuna ketus.
“Yuna Vino apa-apa si!” teriak kak vero.
Vino pun langsung turun dari mobilnya dan membanting pintunya keras-keras.
“Vino.” desah kak vero.
“ya sudah lah kak.” Yuna menghela nafas “mukin mood Vino sedang tidak baik.”
“Yuna apa dia selalu begitu?.” tanya kak vero ragu.
“sesekali.” jawab Yuna sambil tersenyum “laki-laki terkadang memang seperti itu bukan?.”
“Yuna...”
--
Revan pun berdiri di depan pintu masuk kafe dan ia pun bersiap-siap untuk menyambut tamu yang akan datang. Sebuah senyuman tak berhenti ia pamerkan dari bibirnya perasaannya nampak sangat senang hari ini.
“selamat datang.” sapa Revan sambil membukakan pintu.
Lalu seorang pria yang tinggin nyaris sama dengan Revan dan berkulit kecokelat pun masuk raut wajahnya nampak menahan kesal. Lalu di belakangnya dua orang wanita masuk salah satunya ibu hamil yang perutnya nampak mulai membesar dan ia sedikit kelelahan.
Dan salah satu dari wanita itu. Adalah wanita berkulit putih susu dan berambut cokelat. Tiba-tiba Revan pun merasakan sesuatu.  Apa aku pernah menemuinya? Tapi dimana ya? Batin Revan.
“terima kasih.” Balas gadis berambut cokelat itu.
“mari saya antara ke kursi anda.” Revan pun mengantarkan mereka duduk dia sebuah meja didekat jendela.
“ini kursi anda tuan nona.”
“terima kasih ya.” jawab wanita berambut cokelat itu lagi.
--
Yuna Vino dan kak vero pun duduk di kursi di dekat jendela. Yuna duduk di samping ka vero dan menghadap kearah Vino. Vino nampak acuh dengan Yuna ia terus memainkan ponselnya seolah-olah mengangap Yuna itu tidak ada di hadapannya.
“apa kamu mengingat tempat ini?” tanya kak vero ragu
“sedikit.” Jawab Yuna. Lalu ia meneruskan suapa pancake dengan es krim Vanillanya yang nyaris meleleh. ia begitu menikati suapan demi suapan es krimnya itu
Di tengah kesuyian tiba-tiba suara aluna musik mengalun dengan indah dengan nada yang nampaknya Yuna mengetahui lagu yang sedang dimainkan
U said me why you live so boring it maybe so right, didn't denial
I wanna make a time to seek me alone just I wanna keeping on my step
you come up in front of me I wonder in my eyes
I know that how wonder brilliant things are in my life

it makes me changed all because I have a dream that is a song for U
I can a sing a song till to the end

If I can't meet u still, forever
I don't know what will be happen to me now
I know that it something mos timportant now yes that is you
even if i slow compared with other one, it doesn't matter anymore to me
it is a timely encounter of destiny its never to late

-CN BLUE –Never too late-
“CN BLUE.....[1] AAAA NO NO NO!.” teriak Yuna tiba-tiba
“Yun bisa nggak usah teriak.” dumal Vino nampak kesal dengan tingak laku Yuna
“aish nggak bisa nggak bisa.” Yuna pun memukul-mukul meja “CN BLUE! aish band kesukaanku burning aaaa tidak tidak.”
“siapa si CN BLUE Yun?.”tanya kak vero nampak penasaran
“itu band yang katanya keren tau deh korea-jepang gitu lah.” jawab Vino acuh “katanya si keren tapi menurutku biasa aja.”
“lah kak vero tinggal di jepang masa nggak tau si kak.” gerutu Yuna
“ish kakak mah mana ngerti gitu-gituan.” jawab kak vero
“kayanya itu nggak penting juga kak.” balas Vino acuh “cuman band nggak jelas.”
“apa-apaan si kamu.” gerutu Yuna “kalo ngga suka diem aja nggak usah komen bisa?”
Lalu Yuna pun bangkit dari tempat duduknya dengan kesal.
--
Revan pun keluar dari ruangan tempat memutarkan musik lalu dengan nampak senang. Senyum menghiasi bibirnya. Ini nampak seperti mimpi ternyata memang nampak mimpi. Ia nampak tidak percaya dengan hari ini sikap kathie yang sedikit aneh dan sekarang ia bertemu dengan gadis yang membuatnya tidak bisa tidur semalaman.
Apa itu siapa itu? Apa itu gadis? Gadis yang tempo hari? Ini mimpi bukan? Batin Revan
Ia pun tiba-tiba menabrak seseorang secara tidak sengaja
“aduh.” teriak orang itu
“maaf maaf aku-“
“eh tunggu.” perintah orang itu “coba kamu jangan merunduk aku mau liat.”
Revan pun mengakat kepalanya
Gadis itu berusah berjinjit sesaat tubuh mungilnya tidak sebanding dengan tubuh Revan yang tinggi ketika ia berdiri di samping Revan. kedua mata cokelatnya menatap wajah Revan lekat-lekat.
Ternyata itu benar dia si gadis berkulit putih susu yang mungil dengan senyum malaikatnya itu ini adalah... keberuntunganku ya tuhan batin Revan
“aish nggak nyaka emang sepertinya tuhan yang mengantur.” gadis itu tersenyum “kita bertemu lagi ya kak.”
Sontak Revan pun diam membisu terasa mulutnya benar-benar terkunci rapat ia benar-benar tak mampu berkata-kata
“he-eh i...i..i..ya kita ketemu lagi.” jawab Revan terbantah-batah
“aku nggak nyaka.” gadis itu tersenyum “oh iya adikmu apa kabar? Aku ingin bertemu dengannya. Boleh?”
“ba...ba..ik kok boleh boleh.”
Senyum di bibir tipis gadis itu pun nampak mekar. Pipinya nampak menunjukan rona merah muda yang cantik.
“semoga aku bisa ketemu sama dia ya.”jawab gadis itu “adikmu manis aku ingin memeluknya aku sangat menyukai anak kecil yang manis seperti dia. Sungguh, andai dia disini aku akan memeluknya.”
Revan hanya bisa mengigit bibir bawahnya
“oh iya aku boleh nanya sesuatu?.” gadis itu pun mengalikan pembicaraan.
“apa?”
“tadi itu yang memasang lagu never too late itu siapa ya?.” tanya gadis itu ”Aku seneng banget ternyata aku bisa ketemu teman sesama yang menyukai CN BLUE. Ah aku ingin lagi di putarkan agu CN BLUE”
Apa? Gadis ini sama-sama menyukai CN BLUE? Band kesukaanku itu? Aish ada apa ini batin Revan
“oh itu.” jawab Revan “tadi itu aku yang memasangnya he-eh.”
Kedua mata cokelat gadis itu pun melebar seperti anak kecil
“jinjjayo?[2] Kamu yang masangnya?” gadis itu nampak tidak percaya
“i..i..iya.” jawab Revan terbanta-bata “kamu suka lagu itu? Kalau kamu ke kafe ini lagi aku akan memutarkan lagi-lagu CN BLUE yang lain.”
“banget!.” balas gadis itu “aku seneng banget kamu tahu? Orang-orang tidak banyak mengetahui betapa hebatnya karya mereka.”
“the next the beathles from asian.” jawab Revan
“yes that’s in my mind.”
--
Aku bertemu dengan pria ini lagi? Apa maksudnya? Semacam ini sudah menjadi takdir? Tunggu takdir? Padahal tempo hari aku hanya basa-basi saja tapi kenapa sekarang jadi sebuah kenyataan.Batin Yuna
Yuna hanya bisa memandangi pria bertubuh tegap menggunakan kemeja putih lalu lengan panjangnya ia gulung hingga selengan dengan bawahan hitam yang ada di depannya. Pria ini nampak ramah dan penyanyang ketika pertama kali beretemu ia begitu perhatian dengan adik perempuanya.
“aduh serius deh aku masih nggak nyaka.” Yuna nampak berbinar-binar “aku bertemu dengan orang yang mempunyai idola yang sama denganku.”
Pria itu tersenyum “iya iya. kamu tahu banyak tentang CN BLUE?”
               Yuna mengangguk  “dia itu band band indie tadinya bukan? Lalu mereka debut indie di jepang? Dan beberapa bulan setelah itu mereka debut di korea. Aku suka dengan satu lagu mereka sepeti ini lagunya Waetoriya Waetoriya Ddaribiriddaradu~ Waetoriya Waetoriya Ddaribiriddaradu~ aish itu lagu yang sangat easy listen.

Lalu dengan cekatan yuna bergaya ala seorang giataris.Pria itu hanya terdiam memperhatikan Yuna bicara. Matanya tidak berkedip dan terus memperhatikan Yuna bicara.
“lalu lalu kamu tahu nggak? gitarisnya itu loh.” Yuna berteriak histeris “si malaikat tampan.”
“Lee JongHyun? Atau Jung YongHwa ni?”tanya pria itu
“itu loh itu burningnya CN BLUE lah aaaaa.” jawab Yuna “aish dia benar-benar seperti malaikat.”
“kamu suka sama dia?” tanya pria itu
Yuna mengangguk “aku benar-benar suka dengan dia Lee JongHyun senyumannya itu itu... manis. oke aku kambuh untuk fangirling[3]hari ini.”
Pria itu tersenyum menahan tawa.
“padahal kamu harus tahu.” jawab pria itu “si bassist maknae[4]nggak kalah manis loh.”
“he?” Yuna nampak kaget “Lee JungShin oppa? Aish, iya sih sekarang sisi manknaenya telah muncul. aku juga suka dengannya dia bassist keren.”
Pria itu mengangguk “dia itu juga bassist berbakat.” kata pria itu “tubuhnya itu loh. Aduh aku sendiri suka iri dia tinggi banget.”
--
Revan hanya tersenyum melihat tingkah gadis yang ada di hadapannya saat ini yang nampak kekanak-kanakan saat ia bercerita tenang Lee JongHyun.
“sejak kapan kamu suka CN BLUE?” tanya Revan tiba-tiba
“sejak mereka debut. Eh, nggak ding sekitar saat yonghwa mulai bermain drama aku tertarik dengan Yonghwa. Lalu, aku lebih memilih mencari tau apa itu CN BLUE karena menurut majalah yang pernah ku baca dia adalah salah satu member CN BLUE.”
“aku pun mulai browsing mencari tahu tentang apa itu CN BLUE dan aku pun tiba-tiba tertarik dengan si gitaris berlesung pipit itu. Dulu aku selalu di marahi pacarku setiap aku asik memperhatikan foto-foto Lee JongHyun dan aku selalu mengatakan hal ini ‘burning oppa saranghae[5]please marry me Hyunnie marry me marry me’ aku nampak seperti orang gila setiap aku melihat foto Lee JongHyun.”
Ternyata dia sudah punya kekasih ya? Aduh aku terlambat. Kenapa aaa astaga Revan apa yang kamu pikirkan ayo Revan bersikap normal bersikap normal ingat Yura Revan Yura bukan gadis ini kamu baru satu kali juga menemui gadis ini kenapa aaaa batin Revan
“lalu lalu?”
“dan dia selalu berkata ‘kamu pilih Lee JongHyun atau aku?’ aku selalu jawab ‘aku nggak bisa milih kalian aku mencintai kalian berdua kalau seorang wanita bisa menikahi dua pria aku akan menikah denganmu dan Lee JongHyun’. “ gadis itu pun tersenyum
“wah kamu ini ya.” jawab Revan “kasihan dong pacarmu? Pasti dia sering ngambek ya? Aduh memang si Lee JongHyun itu tampan. Aku sendiri juga suka iri dengan ketampanannya dengan bentuk tubuhnya juga tinggi putih berotot pula.”
Gadis itu mengeleng “seiring berjalanya waktu dia mengerti tentang diriku. lalu dia pun memahami bawah Lee JongHyun itu hanya biasku[6] really? Ah semua pria selalu iri dengan Lee JongHyun ya? padahal setiap pria punya keunikan sendri.”
--
Yuna terus mengoceh tetang band kesukaannya itu. Dia merasa bawah bertemu dengan orang yang mempunyai suatu kesamaan dengannya itu adalah hal langkah.
“aduh aku jadi ganggu kerja kamu ya?” tanya Yuna
Pria itu menggeleng “nggak kok nggak.”
“aduh ya tuhan aku benar-benar senang hari ini.” Yuna pun tersenyum
“i..iya.” pria itu pun memamerkan deretan gigi putihnya itu
“sepertinya hhmm...” Yuna menimang-nimang “dari pada aku menganggumu kerja aku pergi dulu deh.”
Lalu Yuna berbalik badan
“kapan-kapan kita ngobrol lagi ya tentang CN BLUE.” Lalu Yuna pergi meninggalkan pria itu.
--


[1] Salah satu band rock korea di bawa naungan FNC ent. Yang beranggotakan Jung Yonghwa, Lee Jonghyun, Kang Minhyuk dan Lee jungshin.
[2] sungguh?
[3] fangirling adalah suatu kegiatan dimana seorang fans wanita membicarakan idolanya
[4] maknae dalam bahasa korea adalah anggota suatu grup yang paling muda
[5] kakak burning aku mencintaimu (oppa dalam bahasa korea berati kakak laki-laki atau pacar biasanya sebutan ini diucapkan oleh seorang wanita kepada laki-laki yang lebih tua darinya)
[6] bias= idola. Para penikmat musik asia khusunya para k-poprs menyebutnya seperti ini