Laman

Selasa, 20 Mei 2014

Love In Marriege [chapter 2] (ff)

Author : Park Hajung
Cast :
-      Kim Chanmi (AOA)
-      Choi Minhwan/Minari (FT Island)
-      Lee Donghae (Super Junior)
Other Cast :
-      Kim Jaehyun (N.Flying)
-      Seo Youkyung (AOA)
-      Seo Yuna (AOA)
-      Song Seunghyun/Songsari (FT Island)
-      Kim Seolhyun (AOA)
Rate : PG – 15
Genre : Romance, Friendship, Angst,
Length : Chapter
-Part 2-
 “Selamat pagi semua” sapa seseorang itu
“Selamat pagiii~~” jawab para mahasiswa serentak
“Perkenalkan. Nama saya Lee Donghae tapi panggil saja saya Hae songsaenim”
“Annyeong Hae songsaenim~” sapa para mahasiswi dengan serentak dengan terdengar mendayu dayu.
“Annyeong” balas Donghae sambil melambaikan tangan kecil pada orang orang yang menyapanya. Kemudian matanya kembali menatap tempat dimana Chanmi duduk. Sadar bahwa dirinya ditatap, ia hanya memasang wajahnya penuh kebingungan dan sedikit memiringkan kepalanya. Senyuman dari wajah Donghae semakin terpancar saat melihat wajah Chanmi.
“Baiklah” akhirnya Donghae melepaskan tatapan dari Chanmi dan beranjak mengambil spidol yang ada pada papan tulis.“Kita mulai saja materi kita” ia pun menulis judul materi yang akan dibahas. Dan mulaikan kegiatan belajar mengajar di kelas tersebut.
                                                            ***
Waktu istirahat pun tiba. Chanmi keluar dari kelas untuk mencari makanan yang dapat menggugah seleranya di kantin.
“Annyeong” tiba tiba saja ada gadis yang sudah ada di hadapan Chanmi. “Ah, annyeong” balas Chanmi dengan ramah.
“Hm, aku dengar kita satu ekskul ya? Maksudku ekskul dance?” tanya gadis itu
“Ah, benarkah? Hm bagaimana kau bisa tahu?”
“Aku kan melihatmu seminggu yang lalu” ucapnya sambil tersenyum. Kemudian gadis itu member uluran tangan pada Chanmi. “Kim Seolhyun imnida!”
Chanmi pun menerima uluran tangan dari gadis yang bernama Seolhyun. “Kim Chanmi imnida. Oh iya ngomong ngomong, mau ikut aku ke kantin”
“yah maaf ya, Chan. Kali ini aku tak bisa karena aku ada sedikit urusan yang harus ku urus”
“Oh begitu…baiklah. Aku pergi ke kantin ya, Seolhyun-ssi”
“Ah tak perlu panggil aku secara normal, Chanmi-ya. Kita kan sudah teman. Baiklah aku permisi dulu Chanmi-ya”
“kkkk~ ne Seolhyun-ah”
Keduanya pun terpisah di tempat tersebut. Lalu Chanmi kembali mengambil langkah di koridor itu menuju kantin.
“Hey you!” terdengar suara seorang lelaki yang berteriak memanggil seseorang. Meskipun tak yakin bahwa panggilan itu untuk dirinya, Chanmi tetap menoleh ke belakang untuk melihat siapa yang berteriak.
“Hai~” sapa lelaki yang berteriak tadi.
“Hae Songsaenim? Anda memanggil saya?” tanya Chanmi dengan wajah bingungnya sambil menunjuk diri sendiri.
“Iya, kau. Siapa namamu?” Donghae pun berjalan menghampiri Chanmi. “
Kim Chanmi imnida” ucap Chanmi sopan sambil membungkuk hormat pada Dosennya itu.
Oh iya aku ada hadiah kecil yang ingin kubagikan pada orang orang disini. Termasuk kau, Chanmi-ssi”
Ucapnya sambil mengambil sesuatu yang ada pada plastik sedari tadi dibawanya. Dikeluarkannya sebuah biskuit coklat dari plastik tersebut. “Ini, biskuit coklat buatan ibuku. Hari ini ibuku sedang membuat banyak. Jadi tak ada salahnya bila kubagikan kepada orang orang yang ada disini” Donghae pun menyodorkan biskuit coklat tersebut pada Chanmi.
“Wah, ibumu hebat sekali ya, songsaenim. Dapat membuat coklat sebanyak ini” ujar Chanmi sambil melihat kantong plastik yang dibawa Donghae yang diyakini berisi banyak biskuit coklat. Diterimanya biskuit coklat itu dari Donghae
“Hahaha ini tak seberapa kok” jawab Donghae cengengesan
“Tapi beruntung sekali ya punya ibu yang dapat membuat coklat sebanyak itu.”
“Ah, ternyata kau menyukai coklat ya?”
“Iya aku menyukainya” seru Chanmi sambil tersenyum. Melihat senyuman itu membuat Donghae tersenyum juga.
“Baiklah, semoga kau suka. Yasudahlah. Aku ingin membagikan pada yang lain,ya? Sampai jumpa, Chanmi” Donghae pun melangkah perlahan meninggalkan Chanmi ditempat.
“Ah iya, terima kasih ya Hae songsaenim” ujar Chanmi dengan riangnya. Sementara Chanmi membuka bungkus plastik bening pada biskuit coklat tersebut dan mulai memakannya.Baru saja mulutnya terbuka untuk siap menerima biskuit coklat tersebut, tiba tiba ada seseorang yang menyenggolnya membuat Chanmi terkaget hingga biskuit coklat dari tangan Chanmi terlepas dan jatuh. Dan kini hancurlah sudah biskuit coklat itu di lantai.
“Ah, maaf aku tak sengaja menabrakmu” ucap seseorang itu. Chanmi pun langsung memberikan tatapan death glare pada orang yang tadi menabraknya. Amarah Chanmi semakin naik saat mengetahui orang yang menabrak dirinya.
“Ya! Oppa!! Kau ini gimana sih?! Apa kau tidak melihat saat berjalan? Huh!” gerutu Chanmi. Jaehyun pun terlihat baru sadar setelah tahu siapa yang ia tabrak itu.
“Eh, ternyata kamu, Chanmi. Hahaha” ucapnya sambil memamerkan cengirannya kemudian ia tertawa cukup keras.
“Huh, kau ini! Bisakah kau tidak membuatku merasa kesal? Sebegitu bencinya kah kau padaku karena aku telah mendahuluimu, hm?” tanya Chanmi
“Hahaha, jangan terlalu serius begitu dong, Chan”
“Habisnya…oppa selalu membuatku kesal. Dasar derpy Jaehyun oppa!” Chanmi menghentakkan kakinya kemudian pergi meninggalkan kakaknya itu dengan langkah berdebum – debum.
“Ya! Chanmi-ya!” panggil Jaehyun.
Chanmi menoleh ke belakang. “Aku tahu kau saat ini sedang takut. Tapi tenang saja, kau akan terlindungi”
“Eoh?” Chanmi mengerutkan dahinya saat mendengar apa yang dikatakan kakaknya itu. Kemudian Jaehyun membalikkan badannya dan meninggalkan Chanmi yang masih bingung dengan apa yang diucapkannya. Chanmi terus memandangi kakaknya dengan rasa kebingungannnya sampai sosok kakaknya itu menghilang dari penglihatannya.
Sementara itu, Jaehyun berjalan melewati koridor. “Omona~, suka sekali anak itu marah marah. Hahaha” gumamnya.
“Mau sampai kapan kau mengusili adikmu itu, Jae?” tiba – tba seorang perempuan muncul di hadapan Jaehyun.
 “Ah, Youkyung noona, membuatku kaget saja ehehe” ujarnya sambil menampilkan cengirannya.
Youkyung tersenyum pada Jaehyun dan menggeleng gelengkan kepalanya kecil “Kau ini selalu saja membuat adikmu kesal”
“Ya…namanya juga seorang kakak. Ya memang seperti itulah cara kakak menyayangi adiknya. Huehehe”
“Aih! Dasar kau ini lucu sekali, Jaehyun-ah” ujar Youkyung sambil mencubit pipi Jaehyun dengan gemasnya kemudian ia pergi melangkah meninggalkan Jaehyun yang tercengang saat pipinya dicubit oleh gadis itu. Selama beberapa detik kemudian, Jaehyun menampar pipinya sendiri.
“Aigo, ini bukan mimpi! Dia benar benar mencubit pipiku tadi!” serunya dengan girangnya. Ia pun membalikkan badannya dan melihat sosok Youkyung yang masih berjalan lurus kesana.
“Ah~ Youkyung noona, joahae~” ucapnya mendesah bahagia.
                                                         ***
“Chanmi-ya~” panggil seseorang dari kejauhan. Chanmi yang sedang berjalan menuju gerbang sekolah pun langsung menengok kebelakang. Terlihat seorang gadis sedang berlari lari kecil menuju tempat dimana Chanmi berdiri.
 “Ah, Yuna unnie! Annyeong~” sapa Chanmi dengan ramahnya kenapa orang yang dipanggil Yuna itu. Yuna menghentikan langkahnya begitu ia sampai di hadapan Chanmi.
Ia membungkukkan badannya dan menopong tubuhnya dengan memegangi kedua lututnya. Kemudian terdengar nafasnya yang ngos ngosan.
 “Unnie ternyata kuliah disini juga ya?” tanya Chanmi kegirangan.
Yuna mulai mengatur nafasnya agar dapat bernafas dengan normal kemudian mulai menegakkan badannya dan melihat pada Chanmi. “Ah iya, kau baru tahu?”
“Iya, aku saja baru melihatmu disini, unn”
“Hahaha iya sih soalnya aku tidak ikut mengurusi datangnya mahasiswa baru. Jadinya baru tahu deh kalau kamu mahasiswa disini. Duh adikku sekarang menjadi mahasiswa ya? Kkkk~” kemudian Yuna mencubit pipi Chanmi dengan gemasnya.
 Yuna memang menganggap Chanmi seperti adiknya sendiri. Begitu juga dengan Chanmi, menganggap Yuna sebagai kakak perempuannya sendiri. Mereka berdua memang sudah akrab sejak SMA. Yuna dan Youkyung adalah senior yang dekat dengan Chanmi. Hanya saja Chanmi merasa menemukan sosok kakak perempuan pada diri Yuna. Tak jarang mereka selalu menceritakan masalah mereka masing masing. Pada saat Chanmi sudah amnesia pun Yuna tetap membantu Chanmi dengan memberikan foto foto masa SMA mereka. Maka dari itu, Chanmi bisa mengenali Youkyung tadi pagi karena Yuna lah yang membantu dirinya untuk memberikan memori pada otak Chanmi yang hilang. Hanya saja ada beberapa memori yang tidak ingin Yuna beritahu padanya karena takut kondisi gadis itu akan jatuh.
“Duh aku jadi malu” ucap Chanmi sambil tersipu sipu dengan tangannya menutupi mulutnya dan terdengar tawa kecilnya.
“Ceritakan dong padaku bagaimana hari pertama tadi” seru Yuna penuh antusias.
“kkkk~ baiklah. Jadi, hari ini bisa dibilang menyenangkan tapi juga dibilang menyebalkan. Menyebalkannya ada Jaehyun oppa yang selalu membuatku merasa kesal, huh” gerutu Chanmi
“hahaha. Namanya juga seorang kakak. Apalagi laki laki. Banyak kok yang seperti dirimu,Chan. Lalu lalu, apa yang menyenangkan bagimu?”
“Menyenangkannya ya…aku mendapat teman baru yang ternyata satu marga denganku, namanya Seolhyun. Anaknya terlihat cantik dan manis. Yang paling lucu, semua perempuan di kelas mengagumi Dosen mata pelajaran Bahasa Inggris. Memang sih beliau terlihat masih muda dan memiliki senyuman yang manis”
“Masih muda? Sepertinya aku belum pernah lihat Dosen seperti itu. Mungkin beliau Dosen baru”
“Yuna-ya!!” terdengar dari jauh suara seseorang yang memanggil salah satu di antara kedua gadis tersebut. Sontak keduanya langsung menoleh mencari sumber suara tersebut.
“Seo Yuna! Aku mencarimu!” orang yang memanggil Yuna itu semakin dekat dan semakin jelas bentuk wajahnya.
 “Ya!” akhirnya orang itu sampai pada hadapan Yuna dan Chanmi. Nafasnya terpengal pengal karena tadi ia berlari lari. “Ah kau ini, kemana saja?”
“Seharusnya aku yang menanyakan hal itu, bodoh!” cibir Yuna Kau tiba tiba meninggalkanku di perpustakan sampai waktu pulang sudah tiba. Yasudah, aku tinggal pulang saja”
“Aish! Kau ini. Tadi aku dipanggil Han songsaenim. Tahu sendiri bagaimana perlakuan beliau padaku. Hahaha dan aku dikenalkan pada dosen baru yang terlihat muda. Sepertinya mulai besok mata pelajaran Bahasa Inggris di kelas kita akan diganti olehnya.” Jawab Seunghyun
“Ah jinjja?”
“Hmm unnie” akhirnya Chanmi mulai angkat bicara. “Orang ini siapa?”
“Ah ini. Duh aku hampir lupa mengenalkannya padamu. Kenalkan ini Song Seunghyun. Seunghyun, kenalkan ini adikku, Chanmi.”
Orang yang bernama Seunghyun itu member uluran tangan pada Chanmi yang kemudian diterima olehnya.
Oh jadi gadis ini ya? Hahaha.. jadi gadis ini yang membuat seorang Choi Minhwan bisa bersikap gila  batin Seunghyun
“Kim Chanmi imnida” sapanya dengan ramah.
“Song Seunghyun imnida. Jadi kau ini adiknya yang selalu diceritakan oleh Yuna ya? Hahaha kalau aku ini kekasihnya”. Beberapa detik kemudian, Seunghyun berteriak kesakitan karena kakinya di injak oleh Yuna.
 “Heh, siapa yang berpacaran denganmu? Aku tidak merasa tuh” omel Yuna.
“Tapi aku merasa,tuh” jawab Seunghyun dengan ringannya sambil menampilkan cengirannya.
“Heol, aku tidak pernah merasa berkencan dengan seseorang yang bernama Song Seunghyun!” cibir Yuna
“Tidak pernah berkencan denganku? Kalau begitu pada malam minggu tunggulah aku di rumahmu karena aku akan menjemputmu untuk berkencan” balas Seunghyun kemudian ia berlari menghindari Yuna yang akan bergerutu.
 “Ya! Seunghyun! Jangan lari!” Yuna hendak berlari mengejar Seunghyun. Namun ia teringat pada adiknya yang bingung melihat tingkah mereka. “Ah, Chanmi-ya, aku pulang duluan ya. Kau juga harus hati hati di perjalanan pulangmu. Sampai Jumpa” ucapnya setengah berteriak kemudian ia melanjutkan untuk mengejar Seunghyun yang sudah berlari keluar dari gerbang. Chanmi yang melihat tingkah keduanya itu hanya bisa menggelengkan kepalanya.
                                                              ***
“Huh, tak menyangka bahwa jadi mahasiswa akan pulang semalam ini” keluh Chanmi saat di perjalanan pulang tepatnya di daerah rumahnya. Ia mengambil handphone yang ada dikantong celana dan melihat jam pada layar handphone tersebut. Terlihat di layar menunjukkan jam 06.27 pm.
“Apa aku juga pernah pulang pada saat waktu seperti ini saat aku masih SMA?” tanyanya pada diri sendiri. Bebebrapa menit kemudian ia sampai pada rumah minimalis tempat tinggal barunya bersama suaminya dan dia memasuki halaman rumah tersebut. Berhadapan pada pintu utama dan mengetuk pintu tersebut.
“Aku pulang~” dan ia pun kembali mengetuk pintunya.
Tak lama pintu nya terbuka dan muncullah sosok suaminya itu. “Ah, ternyata kau sudah pulang” seru Minhwan sambil tersenyum senang melihat kedatangan Chanmi.
“Mianhae, Minhwan-ssi. Aku pulang terlambat. Sebenarnya tadi aku pulang jam empat sore. Hanya saja tadi menunggu bis nya cukup memakan waktu dan lagi di perjalanan terkena macet.” Tutur Chanmi sambil menundukkan kepalanya karena takut Minhwan marah padanya.
Tangan kanan Minhwan menepuk lembut ujung kepala Chanmi dan ia masih tersenyum. “Bukan suatu masalah kok. Akupun waktu masih kuliah juga sering pulang malam. Apalagi hari pertama masuk. Ya pasti aku makhlumi lah”
“Aku kira kau akan marah padaku…”
“Hahaha. Apa aku punya alasan untuk memarahimu? Sudahlah ayo masuk. Aku sudah menyiapkan makan malam untuk kita berdua” ucapnya sambil berlalu masuk menuju ruang tamu yang diikuti oleh Chanmi.
Kemudian setelah memasuki rumah itu, Chanmi menutup pintu utamanya dan kembali menyusul Minhwan. “Kau menyiapkan makan malam? Lagi lagi kau yang harus kerepotan atas ini semua.”
Minhwan membalikkan badannya untuk melihat Chanmi. “Sudah kubilang, ini bukan suatu masalah. Yasudah, sekarang kau ganti baju dulu lalu mandi. Kalau sudah selesai, cepatlah kesini. Aku menunggumu di dapur ya?”kemudian ia mulai melangkah menuju dapur.
Sementara Chanmi masih tampak kebingungan. Merasa tidak enak karena ia merasa tak dapat melayani suaminya itu. Namun otaknya kembali berpikir. Jika ia berlama lama berdiri di tempat itu dan hanya memikirkan atau menyesali apa yang sudah terjadi, justru makin membuat dirinya tidak berguna. Segera ia melangkah menuju kamar untuk ganti baju dan membasuh tubuhnya
                                                           ***
Chanmi menuruni anak tangganya kemudian berlari lari kecil menuju dapur. Sesampai di daput dilihatnya Minhwan sudah menunggunya di meja makannya.
“Ah, Minhwan-ssi, apa aku membuatmu lama menunggu?” tanya Chanmi
Minhwan yang sedari tadi menundukkan kepalanya kini mengadahkan kepalanya untuk melihat kehadiran Chanmi. Dilihatnya Chanmi memakai kaos putih berlengan panjang yang ukurannya terlihat kebesaran di badannya dan celana hitam pendek. Hal itu berhasil membuat Minhwan menelan ludahnya saat melihatnya.
Chanmi….Chanmi. Bahkan ketika kau sudah amnesia pun kau tetap melakukan kebiasaanmu. Memakai celana pendek sebagai pakaian sehari harimu dirumah. Aish! Kau membuatku gila!  Batin Minhwan
Chanmi baru menyadari bahwa daritadi mata Minhwam melihat pada penampilannya. Ia mengecek pada penampilan dirinya. Memastikan bahwa tak ada yang salah pada dirinya.
“Hm, Minhwan-ssi” panggil Chanmi yang dapat menyadarkan Minhwan dari lamunannya. “Apa ada yang salah dengan pakaianku?”
“Ee…sebenarnya sih..hm…biasa saja. Hanya saja…aku sedikit gugup saat melihatmu memakai celana sependek itu” ucapnya penuh dengan rasa gugup.
“Ah, mianhae, Minhwan-ssi. Aku memang terbiasa memakai celana pendek saat dirumah” ujar Chanmi
“Ah sudahlah” Minhwan membuyarkan suasananya yang canggung. “Ayo, kita makan. Perutku sudah sangat lapar”. Mendengar suaminya bahwa ia sudah lapar, Chanmi langsung menarik kursinya dan duduk di kursi tersebut. Kemudian ia mulai mengambil nasi dan meletakkannya di piring miliknya. Begitu juga dengan Minhwan. Masing masing dari mereka mengambil lauk yang berbeda.
Setelah selesai, barulah mereka mulai makan dengan makanan yang ada pada piringnya masing masing. “Oh iya bagaimana hari pertama di kampus?”
“Hm…menyenangkan. Tapi juga menyebalkan. Jaehyun oppa selalu membuatku merasa kesal. Mungkin dia dendam padaku karena aku lebih dulu menikah sementara dia mendapatkan kekasih saja belum.”
Mendengar Chanmi bercerita membuat Minhwan terkekeh. Ia begitu gemas pada istrinya ini. “Lalu, apa yang menyenangkan bagimu?”
“Hm…aku bertemu dengan senior lamaku disana. Youkyung unnie dan Yuna unnie. Aku senang bisa satu universitas lagi dengan mereka. Dan tadi aku mendapatkan teman baruku yang kebetulan satu ekskul dance denganku. Namanya Seolhyun. Anak itu memang cantik dan manis sih. Kemudian…” Minhwan terus memperhatikan Chanmi yang asik menceritakan hari pertamanya di kampus. “Kemudian apa, chan?” tanya Minhwan penasaran
Hm…apa aku harus bercerita tentang Hae songsaenim? Tapi kalau aku bercerita…ya kemungkinan Minhwan tak akan marah. Tapi bagaimanapun, dia kan suamiku. Aku tak boleh menceritakan hal ini
“Ah, kemudian, kulihat Yuna unnie sudah mulai berkencan dengan seorang lelaki yang bernama Song Seunghyun. Mereka sangat lucu kkkk~ entah kenapa aku senang saja melihat mereka”
“Ah begitu” balas Minhwan menanggapi cerita Chanmi
Ternyata Songsari sudah punya kekasih toh? Kenapa dia tidak cerita padaku kalau dia punya seorang gadis? Dasar curang! Awas kau Song Seunghyun
“Hm..Minhwan-ssi, apa kau yang memasak ini semua untukku?”
“Tentu saja. Apa ada yang kurang Chanmi-ya?”
Chanmi menatap pada semua makanan yang ada pada meja makan. “Omona, aku juga merasa tak enak denganmu…”
“Tak enak kenapa? Santai sajalah, Chanmi-ya~”
“Katakan padaku. Apa yang harus aku lakukan untuk membalas semua ini?”
Mendengar hal itu membuat senyuman Minhwan semakin mengembang. “Kau benar benar ingin membalasnya?” Chanmi mengangguk dengan antusias.
“Kalau begitu…” Minhwan mulai menatap Chanmi dengan lekat. “Panggil aku…Minhwan oppa”
Chanmi tercenga mendengarnya. “Hanya itu?”
“Hey, itu memang suatu hal yang kecil. Tapi berpengaruh besar untuk diriku, Chan. Jujur saja, aku sedikit risih bila kau panggil dengan begitu formal. Kita ini kan sudah resmi menjadi suami istri. Sudah saatnya kau memanggilku dengan sebutan ‘oppa’ “
Chanmi pun terdiam dalam kebingungannya. “hm..baiklah….Minhwan oppa” tuturnya. Seketika ia memegangi kepalanya yang terasa sakit seperti ditusuk tusuk oleh paku. Terdengar rintihan kesakitan darinya. Tiba tiba saja ia membayangkan seseorang. Namun seseorang yang sedang ia bayangkan itu tak terlihat jelas. Ia juga membayangkan ada suara seorang gadis memanggil “oppa…oppa” dengan manjanya. Ia tak dapat membayangkan gadis tersebut. Hanya suaranya saja yang dapat ia bayangkan.
Dirasakan kepalanya semakin terasa sakit. “aarrgghh!” rintihnya ketika kepalanya semakin terasa seperti tertusuk paku.
“Chanmi-ya!” Chanmi mengadahkan kepalanya ketika seseorang memanggilnya. Seketika kepalanya terasa ringan. Tidak sesakit sebelumnya. Dilihatnya wajah Minhwan yang begitu khawatir. “Minhwan…oppa” ucapnya lemah. Otaknya butuh berpikir sepersekian detik untuk tidak keliru memanggil Minhwan.
“Ada apa denganmu, Chan?” tanya Minhwan. “entahlah oppa…” ucapnya yang masih terdengar lemah.
“Tiba tiba saja kepalaku sakit dan…aku membayangkan seseorang yang tidak aku ketahui…ada seorang gadis yang memanggil orang itu dengan sebutan ‘oppa’ tapi…tapi aku tak dapat melihat gadis itu”
“sstt..sudahlah. Sekarang kau istirahat saja. Ayo” Kedua tangan Minhwan mulai mengangkat badan Chanmi dan membawanya menuju kamar.
 “Oppa? Kau menggendongku lagi? Aku bisa berjalan sendiri oppa~”
Minhwan menggelengkan kepalanya. “Aniya, Chan. Kau bisa saja terjatuh nanti. Sudah percaya saja padaku” Minhwan pun melanjutkan langkahnya dengan membawa Chanmi ke kamarnya.
Sesampai di kamarnya, Minhwan meletakkan Chanmi pada tempat tidur. “Sudah ya? Kau istirahatlah yang baik. Selamat malam Chanmi-ya. Mimpi yang indah~”
“Ah, Minhwan oppa!” panggil Chanmi yang membuat langkah Minhwan terhenti saat ingin keluar dari kamar. “Bolehkah aku meminta sesuatu?”.
Minhwan membalikkan badannya sambil tersenyum pada Chanmi. “Tentu. Katakan apa yang kau inginkan?”
“Oppa…” Chanmi memberanikan diri untuk melihat Minhwan tepat di kedua mata Minhwan. “Oppa, maukah oppa tidur disebelahku?”
DEG!
Seketika Minhwan merasa jantungnya berdegup kencang. Tubuhnya terasa kaku saat ia mendengar apa yang dikatakan gadis itu apalagi saat gadis itu menatap matanya
Chanmi…aku mohon jangan sekarang…aku benar benar tak ingin membuatmu hancur Chanmi…
“Oppa…” panggil Chanmi pelan. “Chanmi takut…” terdengar suara Chanmi begitu gemetar. Perlahan Minhwan berjalan mendekati Chanmi dan kemudian mengambil posisi di sebelah Chanmi di tempat tidur. “Oppa…Chanmi…” terlihat wajah Chanmi yang ingin menangis dan terdengar isakannya, membuat Minhwan merasa tak tega.
“Jangan takut, Chanmi-ya” ucapnya lembut. Perlahan tangan Minhwan menyentuh kepala Chanmi dan kemudian ia membelai lembut kepala gadis itu. Detik demi detik isakan dari mulut Chanmi mulai menghilang dan setelah beberapa menit kemudian Chanmi tertidur. Minhwan pun menyadari bahwa Chanmi sudah pergi ke alam mimpinya.
“Jaljayo” bisiknya lalu ia mencium kening gadis yang sudah tertidur lelap. Minhwan pun segera turun dari tempat tidur tersebut dan mulai mengambil langkah untuk keluar dari kamar tersebut sambil membawa bantal dan guling.
                                                             ***
Suasana di kelas begitu tenang karena mahasiswa disana sibuk mencatat materi yang ada pada papan tulis. Chanmi yang sedang terdiam di kelasnya tiba tiba ia dikagetkan pada layar ponsel yang muncul dihadapannya tanpa permisi. Dilihatnya siapa pemilik ponsel tersebut.
“Seolhyun-ah? Aish! Kau membuatku kaget saja” ucapnya sedikit mengomel.
Yang diomeli hanya tertawa untuk menanggapi omelan Chanmi. “Hey, kau lihat dulu layar ponsel ini, Chanmi-ya” ucapnya penuh kegirangan.
Chanmi melihat dengan simak pada layar ponsel teman barunya itu. “Eoh? Nomor teleponnya Hae songsaenim?”
“Sstt..!” Seolhyun member kode pada Chanmi untuk tidak berbicara keras keras. “Hey, aku mendapatkan ini susah tahu. Kebetulan saja kemarin Hae songsaenim membagikan biskuit coklatnya pada anak anak. Dan aku tidak akan menyia – nyiakan kesempatan ini untuk mendapatkan nomornya. Hohoho” tukas Seolhyun.
“Ah sesuka hati saja, Seol-ah” ucap Chanmi yang sedikit malas mendengarkan Seolhyun berbicara karena membicarakan Dosen seperti Donghae adalah suatu hal yang menoton baginya.
“Hey, kalian. Bukannya menulis malah mengobrol” ujar Donghae yang menghampiri mereka berdua.
“Ah, songsaenim. Kita ini sedang membicarakan coklat biskuit yang kau berikan kemarin. Chanmi bilang coklatnya manis dan ia menyukainya” seru Seolhyun.
“Ah benarkah itu, Chanmi-ssi?” Donghae menoleh pada Chanmi. “Ah, iya. Biskuit buatan ibumu sangat enak” jawab Chanmi dengan sopan.
Huh, padahal kan aku belum mencoba biskuit coklat itu. Ini semua gara gara si derpy Jaehyun oppa yang menyebalkan itu!
“Iya, coklat itu manis…seperti dirimu, Chanmi-ssi” ujar Donghae dengan lembut kemudian menatap Chanmi. Gadis itu hanya merasa kebingungan ketika ditatap oleh Dosen tersebut.
“Ah, songsaenim!” teriak salah seorang mahasiswa yang berkacamata yang posisinya cukup jauh dari Chanmi dan Seolhyun. “Apa aku boleh bertanya sesuatu?”
Donghae pun berjalan menuju mahasiswa yang memanggilnya. “Ada apa?”
“Huft syukurlah anak itu datang sebagai penyelamat” kata Seolhyun.
“Memangnya kenapa, seol-ah?” tanya Chanmi keheranan.
“Huaah, Chanmi-ya~ aku cemburu padamu” isak Seolhyun
“Eoh kenapa?” tanya Chanmi heran
“What?? Kau tak menyadarinya? Hae Songsaenim menatapmu begitu……Omo~ andai aku juga mendapatkan tatapan itu. Pasti aku lebih bersemangat untuk hidup” ucap Seolhyun mendesah bahagia. Chanmi yang melihat tingkah temannya itu hanya bisa membiarkannya. Ia hanya bingung mengapa Dosen itu menatap Chanmi begitu dalam. “Oh iya, Chanmi-ya, hari ini kau jangan langsung pulang ya? Soalnya ekskul dance akan mulai latihan hari ini. “Ah jinjja?”
                                                         ***
Chanmi menekan beberapa tombol yang ada ada ponselnya kemudian ia menekan tombol hijau. Ponsel yang dipeganginya diposisikan di sambil telinga kanannya.
“Yoboseyo, Minhwan oppa? Oppa aku hari ini pulang terlambat ya……iya Seolhyun baru saja memberitahuku hari ini bahwa latihan dance nya dimulai hari ini. Boleh kan oppa?....iya pasti…gomawo oppa, kalau sudah selesai aku akan langsung pulang…” ia pun menekan tombol merah pada ponsel tersebut dan menaruknya di kantong celana jeans hitam yang ia kenakan. Kemudian ia melangkah menuju suatu ruangan untuk latihan dance.
Sesampai di ruang tersebut, ia langsung memasuki ruangan itu. Matanya berkeliling mencari sosok seseorang yang mungkin dapat ia kenali. Terlihat sosok seorang Seolhyun sedang duduk di belakang di antara anak anak lain yang duduk di lantai. Langsung saja, kaki Chanmi melangkah pada Seolhyun.
“Apa aku terlambat?” tanya Chanmi pelan. “Karena tadi aku harus mengabari pada oppa ku bahwa aku akan pulang terlambat”
“Tidak kok. Pelatih nya saja belum datang” balas Seolhyun. Mata Seolhyun tertuju pada cincin yang melingkar di jemari manis Chanmi. Tanpa permisi, tangan Seolhyun langsung mengambil tangan Chanmi.
“Aigo~ indah sekali cincin ini. Sepertinya ini cincin emas asli”. Pemilik cincin itu hanya bisa tersenyum menanggapinya. “
Darimana kau mendapatkan cincin ini?” tanya Seolhyun pada Chanmi.
“Itu dari ibuku” jawab Chanmi bohong. Ia masih ingat ketika Minhwan memperingatkan padanya bahwa jangan membicarakan pernikahannya dengan Minhwan pada yang lain, bahkan sahabat dekatnya sekalipun. Tiba tiba pintu yang ada pada ruangan tersebut.Muncullah seorang wanita dengan pakaian sport nya. Langsung saja orang orang tersebut bangkit dari posisi duduknya.
“Ya, selamat siang semuanya” sapa wanita itu dengan lugas.
“Siang songasenim” jawab orang orang tersebut dengan serentak dan membungkuk hormat pada wanita tersebut.
 “Perkenalkan, nama saya Lee Da Hee. Panggil saja saya Lee songsaenim.” Ucapnya memperkenalkan diri. “Yap, untuk menghemat waktu langsung saja kita mulai latihannya”. Orang orang pun langsung mengatur posisi dan mulai berbaris. Kemudian mereka mulai latihan dance pada Lee Songsaenim.
                                                           ***
Chanmi dan yang lainnya keluar dari ruangan tersebut karena latihannya sudah selesai. Chanmi berjalan melewati koridor yang terlihat cukup sepi dan gelap. Tiba tiba ia melihat sosok seseorang yang ada didepannya dari kejauhan. Ia mengerutkan dahinya karena penasaran siapa orang itu.
“Chanmi-ssi? Kau kah itu?” Chanmi mendengarkan suara itu dengan saksama. Kalau dari suaranya, seperti itu Hae songsaenim, pikirnya.
“Hae Songsaenim? Iya ini Chanmi” ucapnya setengah berteriak. Tiba tiba sakit kepala kembali menyerang gadis itu. Sekejap ia memegangi kepalanya. Bayangannya kembali menghantui Chanmi bahwa ada sosok seseorang di suatu gang. Sayangnya Chanmi tak dapat melihat dengan jelas siapa sosok seseorang itu. Tak lama bayangan itu diganti dengan dua orang yang saling berkelahi di gang tersebut. Terdengar suara gadis berteriak histeris disana. Dan lagi Chanmi tak bisa membayangkan wajah dua orang itu. Semakin otaknya memaksa itu mengingatnya, semakin kepalanya terasa sakit. Akhirnya tubuh gadis itu mulai ambruk dan sebelum tubuh gadis itu jatuh ke lantai, sudah lebih dulu ditopang oleh tangan seseorang yang menangkapnya
                                                            ***
Mata Chanmi perlahan terbuka, ia melihat beberapa kursi yang penuh diduduki oleh orang. Dirasakan getaran kecil di tempat itu. “Eh ini aku dimana?” tanya Chanmi dengan nada suara yang parau.
“Akhirnya kau sadar juga” tiba tiba terdengar suara lelaki. Chanmi baru sadar bahwa kepalanya tersandar pada bahu seseorang. Dilihatnya siapa pemilik bahu tersebut.
“Oppa?” tanya Chanmi memastikan. Lelaki di sebelah Chanmi yang memakai earphone dan memainkan PSP miliknya itu menoleh pada nya.
“Kau tadi pingsan di kampus. Untung saja aku ada di tempat itu. Kalau tidak, siapa lagi yang akan menolongmu dan membawamu pulang?” ujar Jaehyun dengan ringan. Kemudian ia kembali memainkan PSPnya.
“Oppa?” panggil Chanmi namun orang yang dipanggilnya hanya terdiam memainkan PSPnya. “Oppa, bukannya tadi ada Hae Songsaenim?”.
etelah beberapa detik kemudian, akhirnya ia mulai berbicara. “Aku tidak melihatnya” ucapnya tanpa melepas tatapannya pada layar PSP. “Aku hanya melihat dirimu akan jatuh setelah itu aku mengangkatmu”
Padahal tadi aku mendengar suara Hae songsaenim. Apa tadi aku halusinasi? Tapi suara tadi benar benar seperti suara Hae songsaenim
Tak terasa getaran kecil pun mulai tak terasa. Menyadari hal itu, Jaehyun langsung mematikan PSPnya dan melepaskan earphone yang ada ditelinganya. Dengan cepat ia menggandeng Chanmi dan menarik keluar dari tempat itu. Akhirnya mereka turun dan keluar kemudian tiba di halte perhentian bis. Namun tangan Jaehyun tidak lepas dari tangan Chanmi. Ia tetap menggandeng adiknya dan melangkah menuju daerah perumahan dimana Chanmi tinggal saat ini. “Oppa? Kau tidak pulang?”
“Bagaimana aku bisa pulang sementara dirimu sendiri saja harus ku gandeng”
“Aku bisa jalan sendiri kok oppa…”
“Ah, aku tak yakin. Kupastikan kepalamu masih terasa sakit. Iya kan?” Mendengar hal itu, Chanmi hanya bisa terdiam. Memang kepalanya masih terasa sakit walaupun tidak separah saat di koridor tadi. Tak lama tibalah mereka di depan rumah minimalis dimana Chanmi tinggal. Mereka memasuki halaman sekolah dan sampai pada pintu utama.
“Hyung~ Hyung” panggil Jaehyun sambil mengetuk pintu utamanya. Tak lama pintu terbuka dan muncullah sosok seorang Minhwan.
“Jaehyun-ah, ada apa kau kemari?” tanya Minhwan yang terlihat sedikit kaget. Matanya memutar ke arah sebelah Jaehyun. Dilihatnya wajah istri itu pucat dan lemas. “Dan…ada apa dengan Chanmi?”tanyanya penuh khawatir sambil menarik Chanmi dengan perlahan masuk ke rumah.
“Dia hanya kelelahan hyung karena tadi latihan dance” jawab Jaehyun. “Yasudah ya, hyung? Aku harus pulang dulu.” Pamit Jaehyun.
“Ah, kau tak ingin masuk dulu?” ujarnya menawarkan.
“Tak perlu hyung. Ini sudah malam. Aku harus pulang. Terima kasih” Jaehyun membungkuk hormat pada Minhwan kemudian ia melangkah pergi dari rumah itu. Minhwan menutup pintu utamanya dan menghampiri Chanmi yang terduduk lemas di safa. “Chanmi-ya, ada apa denganmu?”
“Ah oppa…” balasnya yang terdengar lemas. “Aku hanya kecapekan karena latihan dance oppa” perlahan Chanmi bangkit dari posisi duduknya.
“Ah, mungkin aku harus istirahat. Aku benar benar lelah. Mianhae oppa…aku harus istirahat” ucapnya masih terdengar lemas seperti orang yang mabuk.
Ah iya. Kau memang harus istirahat. Biar ku antar kau…”
“Tak perlu oppa…” potong Chanmi. “Aku bisa melangkah sendiri” dengan susah payah Chanmi melangkah menuju kamarnya.
Setelah menunggu Chanmi masuk ke kamar, Minhwan pun bergegas untuk mengambil ponsel dari kantongnya dan menekan beberapa tombol yang pada pada ponselnya. Dihubunginya pada seseorang lewat ponsel tersebut.
“Dia tadi pingsan karena kepalanya sakit. Sepertinya otaknya mulai memaksa dia untuk mengingat masa lalunya” ucap seseorang yang sedang diteleponnya. “Hyung, aku mohon, jagalah Chanmi. Bagaimanapun, dia adalah adikku”
“Aku mengerti” jawabnya pelan kemudian ia memutuskan jaringan komunikasinya dengan Jaehyun
                                                            ***
Dengan riangnya Chanmi melihat calendar yang terpajang di dinding ruang tamu. “Aigo~ selama kuliah aku tak bisa mengingat dengan baik tentang hari, ya?” ucapnya pada diri sendiri.
Untunglah sekarang hari Jumat. Dan besok Sabtu aku libur. Itu artinya aku bisa melayani Minhwan oppa sebagai istri yang baik
“Oppa~” panggil Chanmi dengan riangnya sambil menghampiri Minhwan yang sedang asik menonton TV. Ia mengambil posisi duduk tepat disebelah kiri Minhwan.
“Chanmi-ya” panggil Minhwan menoleh pada Chanmi setelah gadis itu muncul di sampingnya.
“Apa yang ingin kau lakukan untuk besok?” tanyanya lembut.
Chanmi menoleh pada Minhwan dan memberanikan diri untuk menatap matanya. “Aku ingin melayanimu dengan baik seperti apa yang pernah kau layani untukku, oppa. Aku kan ingin menjadi istri yang baik untukmu” ucap Chanmi sambil tersenyum.
Minhwan pun juga tersenyum melihat Chanmi dan masing masing dari mereka membiarkan waktu berlalu untuk saling bertatapan.
“Aku tak mau” ucapnya masih tetap tersenyum, membuat Chanmi menjadi bingung.
“Eoh? Kenapa?”. Lengan tangan kirinya merangkul pada Chanmi dan perlahan sedikit menariknya untuk mempersempit jarak di antara mereka.
 “Aku ingin…kau ikut aku untuk…berkencan” ujar Minhwan sambil tersenyum lembut.

“Eoh? Kencan?”

Minggu, 18 Mei 2014

Love In Marriege [chapter 1] (ff)


Author : Park Hajung
Cast :
-      Kim Chanmi (AOA)
-      Choi Minhwan/Minari (FT Island)
-      Lee Donghae (Super Junior)
Other Cast :
-      Kim Jaehyun (N.Flying)
-      Seo Youkyung (AOA)
-      Seo Yuna (AOA)
-       Song Seunghyun/Songsari (FT Island)
-       Kim Seolhyun (AOA)
Rate : PG – 15
Genre : Romance, Friendship, Angst,
Length : Chapter
-Part 1-
Seorang gadis sedang duduk dalam keadaan tenang di depan sebuah benda yang memantul bayangannya. Gadis itu dikelilingi orang beberapa perempuan yang sibuk menata rambut ikalnya yang berwarna hitam, merias matanya, pipinya, dan bibirnya. Gadis yang hanya merasa pasrah diperlakukan sedemikian itu oleh perempuan perempuan yang ada disekelilinginya.
 “Sudah selesai, Agasshi~” ucap salah satu perempuan yang mengelilingi gadis itu dengan riangnya.
 “Aigoo~~ Kau sangat cantik. Beruntungnya Tuan Choi bisa menikahi dirimu.” Ujar perempuan yang lainnya.
Gadis yang dipujinya itu hanya tersenyum tipis menanggapi pujian yang teruntai dari mulut para perempuan itu. Bukannya bermaksud angkuh. Hanya saja perasaan gadis itu cukup membuat gadis itu terdiam dalam kebingungannya.
Agasshi, kami semua tinggal dulu ya? Tunggu sampai Tuan Kim dan Nyonya Kim datang padamu” ucap salah satu dari para perempuan itu. Perlahan kepala gadis itu mengangguk pertanda mengerti.
 “Terima kasih banyak unniedeul” balasnya lembut. Kemudian para perempuan itu meninggalkan gadis itu sendiri yang menatap dirinya di cermin.
Tak lama kemudian seorang wanita paruh baya memasuki suatu ruangan dimana ada seorang anaknya yang sedang didandaninya itu akan menikah. Langsung saja wanita itu menghampiri gadis yang sedari tadi berada di depan cermin. Disentuhnya kedua pundak anaknya itu dengan kedua belah tangannya.
“Chanmi-ya, apa kau sudah siap?” ucap wanita itu sambil memandangi wajah anaknya yang sudah dipoles oleh berbagai make up dengan warna yang natural yang ada di pantulan cermin. Perlahan gadis yang dipanggil Chanmi itu melirik pada bayangan ibunya yang ada di cermin.
“Percayalah pada umma, Tuan Choi itu tidak akan berbuat buruk padamu. Bila dia melakukan suatu hal yang buruk, panggillah kami, Chanmi-ya” sebuah senyuman terpantul dari wajah ibunya itu. “
Arraso, umma” jawab Chanmi dengan lembut.
 Tak lama seorang pria paruh baya pun menyusul istri dan anaknya yang ada di dalam ruangan.
 “Ayo, Chanmi-ya! Acaranya akan segera dimulai”. Perlahan Chanmi bangkit dari tempat ia duduknya dan segera menghampiri ayahnya untuk menggandengnya. Kini Chanmi hanya bisa mengikut pada ayahnya kemana mereka berdua akan pergi. Sementara ibunya hanya mengikuti keduanya dari belakang
***
Pintu pun terbuka. Semua orang yang berada dalam ruangan tersebut tertuju pada dua orang yang baru memasuki ruangan tersebut. Satu orang adalah pria paruh baya yang badannya dibalut oleh tuxedo berwarna hitam. Sementara pria tersebut menggandeng seorang gadis dengan gauh putihnya yang sepanjang lutut di bagian depannya dan panjang semata kaki di bagian belakangnya. Dipegangnya oleh tangan kiri sebuket mawar berwarna merah muda yang bermekaran begitu cantik. Dengan anggun gadis itu berjalan dengan sepatu high heel berwarna silver yang dipadu dengan sedikit gliter di sekelilingnya. Mata gadis itu melihat seorang lelaki yang sudah menunggunya di altar dengan baju tuxedonya berwarna hitam. Terlihat lebih kharismatik saat lelaki itu memakainya. Akhirnya pria paruh dan gadis tersebut menghentikan langkahnya tepat di depan lelaki yang sedari tadi menunggunya. Perlahan tangan kanan gadis itu melepaskan gandengan pria paruh baya tersebut.
“Minhwan-ssi” panggil pria paruh baya itu pada lelaki tersebut. “Tak kusangka bahwa akan secepat ini aku menyerahkan putriku pada orang lain” ucapnya dengan nada sedikit tak ikhlas. “Tapi berjanjilah bahwa kau akan menjaga putri kami, Chanmi”.
Minhwan pun menggangguk “Aku berjanji” ucapnya sambil senyum.  Kemudian ia memberi uluran tangan pada Chanmi. Mata Chanmi melihat uluran tangan itu dari Minhwan. Akhirnya tangan kanannya tergerakkan untuk menerima uluran tangan Minhwan.
Dituntunnya Chanmi menuju altar dan sampailah mereka untuk menghadap pasteur. Mengucapkan janji suci yang akan mejadi pegangan hidup mereka masing masing untuk mempertahankan ikatan cinta di antara mereka.
“Choi Minhwan-ssi” panggil pasteur. “Bersediakah kau untuk menerima Kim Chanmi sebagai istrimu dalam suka dan duka?”
“Ya, saya bersedia” ucap Minhwan mantap.
“Dan kau, Kim Chanmi, Bersediakah kau menerima Choi Minhwan sebagai suamimu dalam suka dan duka?”
“Saya…” Chanmi tak dapat langsung menjawab karena ia merasa ada yang mengganjal pada perasaannya. Ia begitu gugup untuk membalas apa yang dikatakan pasteur tersebut. Ditundukkan kepalanya menatap sebuket bunga mawar merah muda yang indah yang dipegangnya. Seketika otaknya kosong. Tak ada ide yang terlintas pada otaknya tentang apa yang harus dilakukannya selanjutnya. Perlahan ia mengadahkan kepalanya dan matanya tertuju pada pria yang ada di sampingnya. Dilihat senyuman yang begitu manis dan pria tersebut. Tak sengaja mata Chanmi menatap pada satu titik yang ada pada mata Minhwan.
Tatapan itu….kenapa begitu indah dan membuat teduh…entah kenapa rasanya aku ingin lebih lama menatap tatapan matanya yang lembut itu
“Saudari Kim Chanmi” panggil pasteur itu yang terdengar agak keras.
Mendengar namanya dipanggil, Chanmi sedikit tersentak dan langsung menoleh pada orang yang memanggilnya. “Tidakkah anda mendengar saya?”
Merasa tidak enak, Chanmi pun menundukkan kepalanya sedetik. “Maafkan saja, pak”
“Baik, saya ulangi lagi. Kim Chanmi-ssi, bersediakah anda menerima Choi Minhwan sebagai suamimu dalam suka dan duka?”
“Ya, saya bersedia”
“Baiklah. Dengan ini dan detik ini juga saya nyatakan pengantin pria yaitu Choi Minhwan dan pengantin wanita yaitu Kim Chanmi resmi menjadi suami istri. Selamat untuk pengantin baru kita”
Terdengar tepuk tangan dari beberapa orang yang hadir dalam acara pernikahan tersebut.
“Silakan untuk saling memasangkan cincin pernikahan kalian”
Tangan kanan Minhwan memasuki kantong celana hitamnya dan tak lama tangan itu sudah keluar dengan sekotak kecil berwarna merah. Dibukanya kotak itu dan terlihat dua buah cincin berwarna emas putih yang dihiasi oleh berlian kecil berwarna. Memang cincin itu terlihat sederhana. Tapi cincin itu berarti untuk menunjukkan adanya ikatan cinta yang sudah mengucapkan janji suci
Minhwan pun mengambil salah satu cincin yang ada pada kotak tersebut. Tangan kanan Minhwan meraih tangan kanan Chanmi dan ia mulai memasangkan cincin itu pada jari manis dengan perlahan seakan tak ingin ada yang tergores pada kulitnya. Setelah selesai, Chanmi pun mengambil kotak yang diberikan oleh Minhwan dan ia langsung mengambil cincin yang masih ada dalam kotak cincin tersebut. Diraihnya tangan Minhwan kemudian dipasangkan cincin itu pada jari manis Minhwan dengan hati hati. Akhirnya dua sejoli itu sudah mengenakan cincin pernikahan mereka masing masing
“Untuk pengantin pria, silakan memberikan ciuman pada pengantin wanitanya” ucap Pasteur sambil tersenyum jahil. Minhwan pun menatap pada Chanmi. Dilihatnya wajah gadis itu yang begitu gugup saat mendengarkan apa yang diucapkan Pasteur.
“Ayolah, jangan malu malu. Kalian sudah resmi menjadi suami istri” terlihat Pasteur tak sabar dengan bagian yang indah pada saat pernikahan.
Perlahan tangan kanan Minhwan memeluk pinggang Chanmi. Wajah Chanmi semakin terlihat kaku di depan Minhwan. Perlahan Minhwan mempersempit jarak diantaranya dan Chanmi. Sekejap ditutupnya rapat rapat mata Chanmi. Wajah Minhwan mulai berdekatan dan wajah Chanmi. Semakin lama semakin dekat dan masing masing dari bibir mereka akan bertemu. Akan tetapi, Chanmi merasakan kecupan sekilas yang mendarat di pipi kirinya. Rupanya bibir Minhwan melesat pada pipi Chanmi disebelah kiri sehingga para tamu undangan mengira bahwa mereka sedang berciuman. Mata Chanmi masih terbelak tak percaya dengan apa yang dilakukannya. Tapi setidaknya ia dapat bernafas lega karena Minhwan mencium dirinya tidak pada bibirnya. Terdengar tepuk tangan yang riuh dari para tamu undangan.
                                                        ***
Kedua pengantin baru berjalan keluar dari gedung tempat pernikahan mereka tadi. Minhwan berlari lari kecil menuju mobil BMW berwarna  silver yang sedikit diberi dekorasi untuk menandakan adanya pengantin baru. Dibukanya pada salah satu pintu mobil belakang sebelah kiri dan sikap tubuhnya yang mempersilakan Chanmi memasuki mobil tersebut. Dengan hati hati Chanmi memasuki mobil itu karena gaun pengantinnya sedikit menngganggunya. Minhwan yang melihat istri barunya yang mengalami kesulitan dalam mengatur gaun panjangnya itu membantunya untuk memasukkannya ke mobil.
 Setelah selesai, Minhwan pun menuju sayap kanan untuk memasuki mobil dari sebelah kanan. Karena sudah pasti pengantin ada di dalam mobil, mobil itu pun mulai melaju menyusuri jalanan
Selama di perjalanan, keduanya hanya terdiam. Chanmi hanya menolehkan kepalanya pada jendela dan melihat lihat kota Seoul yang begitu indah di malam hari. Sementara Minhwan hanya menundukkan kepalanya. Sesekali dilihatnya Chanmi yang terdiam melihat jendela. Kini Minhwan menjadi serba salah karena tak tahu apa yang harus dilakukannya. Ingin sekali ia berbincang pada Chanmi namun ia tak mungkin mengajak bicara pada gadis yang sampai saat ini terlihat kaku. Akhirnya ia memutuskan untuk membiarkan Chanmi terdiam.
Setelah beberapa menit kemudian, akhirnya mobil itu berhenti pada halaman suatu rumah minimalis
. “Chanmi-ah, tunggulah sebentar. Aku ingin menurunkan barang barang kita terlebih dahulu” ucap Minhwan pada Chanmi.
 “Tak usah, Tuan Choi. Biarkan saya yang membawa barang barang Tuan dan Nona masuk ke rumah Tuan” ucap supir itu tiba tiba.
“Ah benarkah? Terima kasih ahjusshi.” Ucap Minhwan sopan.
“Chanmi-ah, biarkan aku membantumu untuk keluar dari mobil ini”. Dengan cepat Minhwan keluar dari mobil dan berlari ke sayap kiri untuk membukakan pintu mobil sebelah kiri untuk Chanmi. Chanmi terdiam sambil menatap Minhwan penuh kebingungan.
“Apa ada,Chanmi-ah?” Tanya Minhwan lembut.
“Hm…Minhwan-ssi, bagaimana aku bisa keluar dari mobil ini? Sementara gaun ini membuatku merasa sulit” Ucap Chanmi dengan wajah innocentnya.
Tingkah gadis itu membuat Minhwan tertawa kecil. “Baiklah biarkan aku yang akan mengeluarkanmu. Maaf kalau ini membuatmu tak nyaman” Minhwan membungkuk sebentar pada Chanmi kemudian tangannya meraih tubuh Chanmi. Tangan kirinya menopang pada bagian belakang lutut Chanmi sedangkan tangan kanannya menahan badan Chanmi bagian belakang.
“Minhwan-ssi, apa yang akan kau lakukan?” teriak chanmi yang terdengar sedikit gugup.
“Mengeluarkanmu dari sini, gadis manis. Percayalah padaku” jawab Minhwan sambil mengangkat tubuh Chanmi. Digendongnya Chanmi sampai pada ruang tamu. Sesampainya, Chanmi diturunkan dari tubuh Minhwan.
“Bagaimana, sudah keluarkan kan?”. Terlihat jelas ekspresi Chanmi yang masih syok. Gadis itu tak menyangka bahwa pria ini mau menggendongnya walaupun hanya sampai pada ruang tamu.
“Ini Tuan Choi. Barang barang anda semua sudah saya keluarkan dari mobil.” Ucap seorang supir dengan sopan. Minhwan menghampiri supirnya yang berada di depan pintu utama.
 “terima kasih banyak pak” ujar Minhwan sambil tersenyum dan memberikan amplop kecil pada supir tersebut.
“Ah, terima kasih juga, Tuan Choi. Selamat malam. Silakan nikmatilah malammu” kemudian pak supir itu menutup jendela pintu utama.
 Minhwan sedikit tercengang mendengar ucapan supir tersebut. “Nikmati malam? Ah orang itu bercanda” ujarnya sambil menggaruk garuk kepalanya yang tidak gatal. Ia pun menghampiri istrinya yang masih terkejut itu.
“Chanmi-ya, ayo kita ke kamar.” Ajak Minhwan sambil menggandeng tangan Chanmi dan mulai melangkah secara perlahan.
“Kamar? Kamar siapa?” Tanya Chanmi polos.
“Tentu saja kamar kita, Chanmi-ya” ujar Minhwan
Chanmi terkejut mendengarnya. Kamar kita? Maksudnya dirinya dan Minhwan? Jadi kita satu kamar? Pikirnya. Ia tak habis pikir dengan apa yang dimaksud dengan “kamar kita”. Chanmi tak bisa membayangkan bahwa ia akan satu kamar dengan orang yang sama sekali tak ia kenali. Memang ia pertama kalinya bertemu dengan Minhwan tiga bulan yang lalu dan itupun juga Chanmi belum akrab dengan Minhwan. Orangtuanya lah yang meminta Chanmi menikah dengan Minhwan karena orangtua Chanmi dan Orangtua Minhwan sepakat untuk menjodohkan anak mereka masing masing. Chanmi yang sama sekali tidak merasa keberatan hanya bisa mengiyakan apa yang dikatakan orangtuanya.
Dari apa yang diucapkan orangtua Minhwan, Minhwan siap merawat, menjaga, dan melindungi dirinya. Tapi Chanmi juga tak menyangka bahwa perasaannya akan seaneh ini. Bukan masalah pernikahannya, tapi usia Chanmi yang masih dibilang muda ini. Apakah umurku sudah cukup untuk menikah? Pikirnya.
“Ini dia kamar kita” ucap Minhwan dengan semangat. Dilihatnya pintu yang berbahan kayu berwarna coklat tua dengan ukiran berbentuk kotak.
“Kamar…kita?” Tanya Chanmi yang wajahnya bingungnya. Melihat wajah gadisnya seperti itu membuat Minhwan semakin gemas.
“Iya, kamar kita” jawab Minhwan kemudian tangannya meraih gagang pintu yang ada didepannya.
 “Ayo, masuk”. Minhwan pun memasuki kamar tersebut yang disusul oleh Chanmi.
Dilihatnya ada tempat tidur berukuran besar atau yang sering disebutkan king size, lemari besar dengan panjangnya lima kaki dan tingginya hampir mengenai plafon kamar tersebut, lampu tidur yang diletakkan di meja kecil terdapat di setiap sisi tempat tidur tersebut, serta vertilasi yang cukup luas karena di kamar itu tidak ada jendela. Namun vertilasi itu cukup membuat kamar ini tidak terasa “sumpek”. Perlahan Chanmi memasuki kamar yang dikatakannya “kamar kita” itu.
 “Oh iya untuk pakaianmu, ada di sebelah kiri sedangkan pakaianku ada di sebelah kanan” ujar Minhwan sambil menunjuk pada lemari yang ada pada kamar itu. Chanmi menoleh pada lemari itu dan menghampiri pintu lemari yang ada pada sebelah kiri. Dibukanya pintu lemari tersebut dan terlihatlah sejumlah pakaian yang menggantung di lemari tersebut.
Ditolehkannya kepala Chanmi untuk mencari Minhwan yang ternyata terlihat ingin keluar dari kamar tersebut dengan pakaian yang ia bawa. “Minhwan-ssi, kau mau kemana?”
Minhwan membalikkan badannya dan melihat pada istri barunya. “Aku ingin mengganti pakaian di kamar mandi, Chanmi-ya”
“Lho, kenapa di kamar mandi? Bukankah kau bisa ganti baju disini? Ini kan kamar kita”
Mendengar pernyataan dari gadis itu, dengan cepat Minhwan menundukkan kepalanya. Terasa panas pada kedua belah pipi Minhwan. Seketika ia menggeleng gelengkan kepalanya dan tempo yang cepat dan mencoba bersikap normal.
“Hahaha, aku memang terbiasa ganti baju di kamar mandi. Dan aku juga sangat jarang ganti baju di kamarku dulu.” Ujarnya. “Sudah…sudah. Kau ganti baju saja. Apalagi kau akan berganti baju dengan waktu yang lama karena gaunmu itu cukup ribet untuk dilepaskan”
“Tapi Minhwan-ssi…” ucap Chanmi terputus saat Minhwan baru saja membuka pintu kamar itu. “Aku tak dapat melepaskan gaunku. Bolehkah aku minta tolong padamu hanya untuk melepaskan resleting yang ada di bagian punggungku?”
DEG!
Seketika jantung Minhwan berdegup kencang saat Chanmi mengatakan hal itu.
Ku mohon jangan sekarang……bahkan aku takkan bisa memaafkan diriku sendiri bila nanti aku akan melakukan hal yang buruk pada dirinya. Bagaiaman hidupnya nanti?
“Minhwan-ssi…tolonglah. Hanya buka resleting yang ada di bagian punggung saja” terdengar suara Chanmi yang begitu memohon.
 Dengan gugup Minhwan melangkah menuju tempat Chanmi berdiri. Dihadapnya tubuh Chanmi bagian belakang, ditutupnya rapat rapat kedua matanya, perlahan tangan kanannya meraih resleting pada gaun Chanmi dan tangan kirinya memegangi pundak Chanmi di sebelah kiri. Diarahkan tangan kanan ke bawah seiring dengan resleting yang buka dan selesailah resleting itu terbuka dengan sempurna.
 Dengan buru buru Minhwan keluar dari kamar itu. “Sudah ya Chanmi. Aku ganti baju dulu” teriak Minhwan saat sudah keluar dari kamar.
Chanmi yang melihat tingkah suaminya itu menggarukkan kepalanya yang tidak gatal. “Apa ada hal yang salah kah?” Tanya Chanmi pada diri sendiri
                                                              ***
Chanmi pun duduk terdiam di tepi tempat tidurnya. Terdengar pintu kamar yang terbuka dan muncullah Minhwan dengan piyama berbahan nilon berwarna merah marun.
“Ah, ternyata kita memiliki piyama yang sama” seru Minhwan.
“Kok bisa ya? Padahal aku selalu memakai piyama ini saat tidur…sebelum menikah denganmu” ucap Chanmi pelan.
“Ya begitu juga denganku, aku juga suka memakai piyama ini” balas Minhwan sambil menggantungkan tuxedo yang baru saja dipakainya itu pada lemari.
“Wah kebetulan sekali ya?” ucap Chanmi yang masih dalam kebingungan. Dilihatnya Minhwan yang akan keluar dari kamar dengan membawa bantal dan guling.
“Minhwan-ssi, kau mau kemana? Kenapa membawa bantal dan guling?” Tanya Chanmi
“Aku ingin tidur di ruang tamu saja, Chanmi-ya”
“Lho kenapa? Bukankah ini kamar kita? Lagipula kan tempat tidurnya luas jadi ini kan bisa untuk kita berdua”
Minhwan pun terkekeh mendengar apa yang dikatakan istrinya. “Chanmi…Chanmi…” ucapnya dengan perasaan geli. “Aku tak bisa tidur bila nanti kau akan menjadi kaku”
Chanmi semakin bingung dibuatnya. “Baiklah nanti Chanmi berusaha tak kaku kok”
Minhwan menatap Chanmi dari kejauhan sambil tersenyum. “Chanmi-ya, aku tak ingin sesuatu yang buruk terjadi padamu”
“Tapi kan Chanmi…”
“sstt…” jari telunjuk Minhwan diletakkan pada bibirnya yang sengaja dimajukan. “Sudah, kau tidur saja. Besokkan kau kuliah hari pertama. Oh iya untuk buku buku sudah tersiapkan di dalam tas ranselmu ya? Jadi kau hanya menyiapkan bajumu saja”
“Kuliah? Aku boleh kuliah, Minhwan-ssi?”
“Tentu saja boleh. Aku tidak punya alasan untuk melarangmu kuliah”
“Ya…siapa tahu dengan Chanmi menjadi istri Minhwan-ssi, Chanmi tidak boleh kuliah lagi untuk mengurusimu…”
“hahaha aku tahu anak seusia dirimu itu masih membutuhkan kehidupan di suatu universitas dan pergaulan muda. Sudah ya? Selamat tidur ya Chanmi~ Have a sweet dream~” kemudian pintu kamar itu pun tertutup.
Chanmi menghela nafasnya dan badannya mulai digerakkan menuju tempat tidur. Bantalnya diletakkan dalam posisi berdiri. Badan Chanmi pun bersandar pada bantal tersebut. Dipeluknya guling yang ada di dekatnya.
Kenapa aku jadi merasa seperti ini? Rasanya ingin menangis tapi aku juga tidak merasakan rasa sedih yang mendalam. Dan juga hatiku terasa hangat bila melihat senyumannya dan tatapan lembutnya. Kenapa rasanya aneh seperti ini
Dilepasnya guling yang dipeluknya tadi kemudian ia menekukkan kakinya. Dipeluk kakinya dan dicium bagian lututnya. Dalam keadaan yang sunyi di kamar itu, Chanmi merasa sedikit tenang untuk merenungi tentang apa yang terjadi apa hari ini dan itu akan mempengaruhi hari selanjutnya.
                                                             ***
Sinar matahari di pagi hari menyinari dunia dan sebagian dari sinar tersebut menyorot pada vertilasi yang ada pada kamar dimana Chanmi masih terlelap karena begitu asyik dengan dunia mimpi yang ada pada alam mimpinya.
KKKRRRRRIIINGGG!!!
Terdengar bunyi alarm yang memaksakan Chanmi keluar dari alam mimpinya dan dengan mata yang masih tertutup, tangannya mencari cari benda yang membuat suara itu begitu berisik. Akhirnya tangannya berhasil memegangi benda tersebut dan dengan terburu buru Chanmi mencari tombol itu mematikan benda itu agar tidak berbunyi. Perlahan dibukakan matanya dan dilihatnya benda itu yang ternyata adalah jam weker yang sudah menunjukkan jam setengah tujuh.
 “Ah, untung aku belum terlambat” ujarnya pada diri sendiri. Perlahan dia bangun dan terduduk di tepi tempat tidur.
“Eh ini aku dimana? Kok bukan kamarku?” Tanya Chanmi yang matanya masih terlihat sayu. Kedua tangannya mengucek ngucek mata dan seketika ia tersentak.
 “Oh iya! Aku kan sudah menikah!” ucapnya kaget sambil memegangi kedua pipinya karena baru menyadari sesuatu.
 “Aish! Pabo Chanmiya” dengan terburu buru Chanmi keluar dari kamar lalu langsung menuruni anak tangga dan menuju ke dapur. Sesampainya terlihat suaminya yang sedang mencuci panci. Minhwan yang merasa ada kehadiran seseorang pun langsung menoleh pada tempat dimana orang itu berdiri.
“Ah selamat pagi., Chanmi-ya” sambut Minhwan dengan lembut.
 “Ah aku terlambat ya? Mianhae Minhwan-ssi……” ujar Chanmi
“Tidak kok. Aku hanya ingin menyiapkan sarapan untukmu agar bisa bersemangat untuk hari pertama kuliah nanti”
“Tapi kan sekarang aku istrimu, Minhwan-ssi. Seharusnya aku lah yang melayanimu. Kenapa jadi kau yang melayaniku”
“Apakah aku tak boleh melayani dirimu, Chanmi-ya?”
“Bukannya begitu sih…tapi kan aku…”
“Sudahlah~” Minhwan pun membawa semangkuk besar yang berisi sup krim ayam. Kemudian diletakkannya di atas meja makan.
“Ayo Chanmi-ya, kita makan bersama” Minhwan pun menarik kursi dari kolong meja makan dan mempersilakan Chanmi duduk disana. Sementara Minhwan duduk di kursi tepat di hadapan Chanmi yang dihalangi oleh meja makan. Chanmi mengambil beberapa sendok sup krim ayam dari mangkok besar kemudian di tuangkan ke mangkok kecil miliknya. Setelah selesai, barulah Minhwan mengambil sup krim ayam tersebut. Masing masing dari mereka memakan makanan tersebut
“Minhwan-ssi, apa kau hari ini kerja?” Tanya chanmi setelah memakan sebanyak beberapa sendok
“Hm…untuk seminggu ini aku ada cuti, Chan”
“Oh ya? Enak dong…Chanmi juga ingin cuti ah”
“Hey, kau ini kan harus kuliah. Apalagi ini hari pertamamu, kan?”
“Iya sih. Tapi kan kalau Chanmi kuliah, nanti Minhwan-ssi jadi sendirian dirumah”
“Hahaha, aku tak apa kok, Chanmi-ya”
“Jinjjayo? Hmm baiklah Minhwan-ssi” keduanya pun melanjutkan kegiatan makannya.
“Oh iya, Chanmi-ya” Chanmi pun segera menoleh pada Minhwan. “Ada yang harus kau ketahui”
“Apa itu?”
“Jangan pernah kau ceritakan pada orang orang yang ada di unversitas bahwa kau sudha memiliki suami. Bahkan pada teman terdekatmu sekalipun. Kau mengerti?”
“Ah iya aku mengerti” jawabnya sambil mengangguk kemudian masing masing dari mereka melanjutkan makannya
                                                              ***
Chanmi pun memasuki gedung universitas dimana tempat ia mendaftar sebagai mahasiswi. Seminggu yang lalu, dia dan para mahasiswa baru lainnya sudah mengikuti masa masa adaptasi yang diselenggarakan dari universitas tersebut. Gadis itu pun berjalan melewati koridor yang ada di lantai dasar.
“Hey, adik durhaka!” teriak seseorang yang membuat langkah Chanmi terhenti. Chanmi menoleh kebelakang untuk mencari sumber suara tersebut.
 Dilihatnya seorang lelaki dengan kaos hitam yang diselimuti dengan jaket berwara biru dan putih dan celana jeans berwarna hitam serta sepatu kets yang menghias di kakinya. Tak lupa topi berwarna ia kenakan. Dengan tangan yang dilipat di belakang kepala, ia pun menyandarkan diri pada tembok. “Bagaimana malam pertamamu? Pasti menyenangkan” ujar lelaki itu dengan nada menyindir.
“Menurutmu?” ketus Chanmi.
“Oh, pasti bahagia sekali ya yang baru saja menikah dan tidak melihat kakaknya yang masih jomblo ini..hmph!” dengan cepat tangan Chanmi membekap mulut Jaehyun begitu mendengar kakaknya mengatakan tentang suatu hal yang harusnya dirahasiakan dengan Minhwan.
“Apa – apaan kau ini?” bisik Chanmi yang sedikit lebih keras. “Seharusnya kau tidak mengatakan hal itu, bodoh! Lagipula, aku ini menikah bukan atas kemauanku sendiri. Kau tak sendiri bahwa ibu dan ayah memintaku menikah dengan alasan memperbaiki bisnis ayahnya Minhwan yang dikatakan krisis itu”
Jari telunjuk orang yang sedang disekap Chanmi pun menunjuk pada mulut yang sedang disekapnya. “Berjanjilah bahwa kau membantuku untuk merahasiakannya, Kim Jaehyun oppa!”.
 Dengan cepat orang yang dipanggil Jaehyun itu menganggukkan kepalanya. Chanmi pun melepaskan tangannya dari mulut Jaehyun. “Aish! Kau ini. Sudah mendahuluiku, mengatakan aku bodoh pula…dasar adik durhaka! Mendahuluinya kakaknya tanpa belas kasihan”
Dengan cekatan kaki Chanmi menginjak pada kaki Jaehyun. Sontak Jaehyun langsung menjerit kesakitan. “Sudah kubilang. Ini bukan kemauanku! Lagipula memangnya apa yang harus aku kasihani pada dirimu? Apa aku harus kasihan pada kau yang tak punya kekasih?” gerutu Chanmi.
“Huh, dasar derpy Jaehyun!” gadis itu menghentakkan kakinya kemudian meninggalkan Jaehyun yang masih kesakitan.
“Orz! Dasar adik yang aneh” keluhnya
“Huh dasar kakak menyebalkan, disaat seperti ini masih saja membuatku kesal” gerutu Chanmi disepanjang ia melangkah di koridor.
“Sudahlah…kalian jangan bertengkar dong” langkah Chanmi terhenti saat mendengar suara perempuan yang terdengar dari belakang. Segera ia menoleh kea ah belakang. Wajahnya langsung terlihat ceria saat mengetahui siapa yang berbicara.
 “Youkyung unnie! Kyaaaa” sekejap Chanmi langsung memeluk perempuan itu erat.
“Aih~ apa kau merindukanku?” ujar Youkyung
“Sangat, unnie-ya!” sahut Chanmi
“Hahaha ada ada saja kau” Youkyung pun membalas pelukan junior barunya yang dulu juga pernah menjadi juniornya di waktu SMA. “Kan kita baru saja seminggu yang lalu bertemu”
“Huh, seminggu itu menurutku lama unnie” Chanmi mengembungkan pipinya dengan bibir bagian bawahnya di majukan. “Lagipula kalau tidak bertemu unnie atau teman temanku yang lainnya membuatku tidak terasa hidup”
“Hey~ bicara apa kau? Memangnya kau tidak merasa hidup dirumahmu? Kkkk~”
“Hmm…… terasa juga sih unn. Hehehe” serunya sambil menyengir
Iya, dirumah bersama orangtuaku cukup membuatku terasa hidup. Tapi kan hanya 3 bulan aku bersama orangtuaku. Tapi entahlah kalau bersama Minhwan nanti. Akan terasa hidup atau tidak
“Kau ini…yasudah. Aku pergi ke kelasku dulu ya? Kau juga sebaiknya masuk karena bel sebentar lagi akan berbunyi” ucap Youkyung sambil mengambil langkah dan dan melambaikan tangannya kecil pada Chanmi.
“Iya unn~~ Annyeong~”
                                                           ***
Waktu untuk belajar pun sudah tiba. Chanmi dan para siswa yang ada di ruang itu menunggu dosen yang akan mengajar pada kelas tersebut. Terdengar suara bising yang sedikit tersembunyi karena masing masing saling bicara. Hanya Chanmi yang terdiam sendirian.
Pintu kelas pun terbuka. Muncullah seseorang dari balik pintu tersebut. Ia berjalan memasuki kelas kemudian ia hadapakan diri pada siswa siswa yang ada di kelas itu. Para siswa yang tadinya terdiam kini kembali bersuara saling berbicara
“Wah, inikah guru kita? Mengapa sangat tampan?” ujar seorang gadis berambut blonde
“Aigoo matanya sangat indah” ujar gadis berambut cokelat
“omona~ beruntung sekali aku bisa berada di kelas ini” tambah gadis berambut hitam pendek
Itulah komentar komentar pada mahasiswa khususnya para perempuan saat melihat seseorang yang ada di hadapan mereka. Sementara Chanmi hanya terdiam dalam kebingungan. Gadis itu semakin bingung ketika ia melihat mata seseorang tersebut menatap pada Chanmi.
 “Eoh? Kenapa beliau menatapaku seperti itu? Apa dia mengenalku?” tanya Chanmi dalam hati
--