Laman

Selasa, 25 Februari 2014

contoh descripce text


Planetarium Jakarta
Jakarta Planetarium and Observatory is one of the three rides other than the simulated sky in Indonesia in Kutai, East Kalimantan, and Surabaya, East Java. The oldest planetarium is located at Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
Construction on the Planetarium and Observatory at Taman Ismail Marzuki, Central Jakarta, began when the complex was still home to the city zoo, before the exotic beasts and birds were moved in 1964 to Ragunan in South Jakarta. Funding and development was disturbed in 1965 when Sukarno was replaced by Suharto following allegations of an attempted communist coup and resulting period of unrest, but the planetarium was finally finished in 1968, the same year that TIM reopened as a center of traditional and contemporary arts and culture.
The planetarium’s main attraction today is the dome-shaped Star Theater, where real-time imagery of Jakarta’s night sky is projected onto aluminium plates overhead to recreate the feeling of watching the stars at night in the great outdoors.
every an hour the show depicts sped-up motion of the stars from sunset to dawn the following. The planetarium also has nine films to screen stocks projecting overhead, but due to complaints from confused visitors, only one of which is regularly featured.
planetarium also features nine films talking about the universe, the north and south poles, the equator and the life cycle of stars, among other topics.
many parents who bring children of all ages. usually they come for entertainment and learning tool. in addition, it is often the sound of a baby crying or a toddler when the room turns pitch black before the stars come out. however, after the show was over the kids really enjoyed the show.
In addition to the Star Theater, the planetarium also has an exhibition space where it houses a unique space objects that visitors can interactively learn from. There's even an actual meteorite the size of a human head almost fell to Earth in the 1980s. Piece of the same stone and then traded with NASA for the Apollo 11 and Challenger models, now also on display in the exhibition hall, and an astronaut space suit that is displayed in full-scale separately in the main hall for everyone to see.
besides that, there are three telescopes at the center, and one is open to the public. There is always a long line of stars - gazers waiting for a chance to peek through the telescope in terms of a sighting or astronomical phenomena such as eclipses.
Planetarium show runs every day from Tuesday to Friday at 4:30 pm and three shows on weekends. Combined with the registration fee to the central ticket price is only Rp 7,000 (73 cents) for adults.
the Planetarium and Observatory is the place to catch a show that lets you see past your everyday reality, filled with more stars than a Hollywood blockbuster.

contoh naska drama (jajang bukan cinderella man)

hahaha.... saya ngepost lagi >,< btw saya cuman mau sharing ttg naska drama buatan saya untuk tugas akhir saya. mohon doanya ya :3 saya sudah mulai menempuh ujian sekarang... doakan saya lulus dan masuk universitas impian saya *amin
well... tanpa panjang lebar lagi ini refensi naska drama saya >,< oh iya jangan di kopas sepenuhnya ya :") trs diakuin milik kalianan boleh kopas tapi cantumin sumbernya ya kakak-kakak :")



Jajang (bukan) cinderella man
Narator: suatu hari hiduplah seorang pemuda tampan yang bernama jajang. Dia memiliki sebuah rumah yang besar dan harta yang melimpah namun, sayangnya jajang tidak bisa menikmati semua yang ia miliki karena ayahnya menikah lagi dengan seorang wanita setelah ibunya meninggal. Ibu tiri jajang sangat jahat. Ibu tiri jajang mempunyai dua orang anak laki-laki yang sama jahatnya. Mereka memperlakukan jajang seperti pembantu.
Ibu tiri: (berteriak sambil memukul-mukul gelas dengan sendok) “jajang.....! jajang..... aduh ini lama sekali jajang ayo mana sarapan
Jajang: (berlari dari arah dapur sambil membawa nampan berisi roti, susu, dan teh sebagai menu sarapan) “iya ibu sabar sabar”
Nino: (memegang perutnya) “ibu aku sudah lapar ibu” (sembari merengek dengan ibunya)
Damar: (merengek) “ibu damar sudah lapar”
Ibu tiri: (kesal) “JAJANG! CEPAT LAH LAMA SEKALI SEPERTI SIPUT SAJA KAU INI.”
jajang: (datang ke meja makan) “maaf telah membuat kalian menunggu. Ini sarapan kalian”
darman, nino: (mengambil makanan dari nampan)
ibu tiri: (mengusir) “sudah sana kau kembali kedapur! Sebagai hukumanya kau tidak ku beri uang saku hari  untuk sekolah ini masa bodo! Dan kau tidak boleh menumpang di mobil damar atau nino!”
jajang: (tertunduk lesu) “maafkan jajang ibu.”
Ibu tiri: (mengeprak meja) “apa maaf? Gampang sekali kau minta maaf! Cuih! Jangan panggil saya ibu! Panggil nyonya!” (penekanan dan suara lantang pada kalimat nyonya)
Jajang: (mengangguk) “iya nyonya maafkan saya.”
Ibu tiri: “sana kau pergi!” (mengusir)
Narator:  setelah jajang selesai membereskan rumah, jajang pun pergi kesekolah dengan berjalan kaki dan tanpa uang saku. Jajang hanya tertunduk lesu karena dia belum makan dari malam hari kemarin
Sudan: (menepuk punggung jajang) “oi jang tumben jalan kaki ni”
Jajang: (mendongak, tersenyum memakasa) “oi dan, ah kamu kaya nggak tau aku kan lagi di hukum sama ibuku lagi”
Sudan: (menepuk-nepuk punggung jajang) “sabar ya jang.”
Jajang: (mengangguk) “selalu dan, aku selalu sabar dengan sikap ibu tiriku itu.”
Narator: jajang dan sudan pun sampai di sekolah. Terlihat di dalam kelas nino damar dan teman-temannya yang sering mengusili jajang sudah datang dan duduk di bangku mereka masing-masing. Lalu bell tanda masuk pun berbunyi. Dan guru pun datang sembari membawa seorang murid perempuan yang sangat cantik. Jajang dan sudan hanya bisa terpanah melihat gadis cantik itu. lalu nino dan damar juga teman-temanya mulai mengatur siasat untuk mencoba mendekati gadis itu.
Guru: (masuk sambil membawa buku-buku)”pagi anak-anak!”
Murid: (Serempak) “pagi pak/bu”
Guru: “anak-anak, ini ada teman baru murid pindahan. Neneng silakan memperkenalkan dirimu.”
Neneng: (maju kedepan kelas sembari merasa cangung) “halo nama saya neneng. Saya murid baru salam kenal.”
Guru: (menunjuk kearah bangku yang kosong di samping jajang) “neneng silakan kamu duduk di samping jajang ya!”
Damar: (mengeprak meja) “wah pak gak bisa gitu! Neneng sini duduk di samping aa damar aja!”
Guru: (membentak) “diam kamu damar! Banyak bicara! Silakan kamu duduk di samping jajang.”
Narator: neneng pun berjalan kearah tempat duduk jajang dengan cangung. Jajang hanya menahan rasa malu dan grogi karena melihat neneng. Lalu neneng pun duduk di samping jajang, namun jajang tidak bertegur sapa dengan neneng karena jajang takut kalau-kalu damar nino dan teman-temanya akan menjali jajang lagi.
Narator: setelah seminggu neneng duduk di samping jajang, jajang masih tidak mau berbicara dengan neneng. Jajang masih takut di jail oleh damar nino dan teman-temannya. Saat pulang sekolah seperti biasa jajang dan sudan pulang sekolah sembari berjalan kaki. Lalu mereka melihat neneng sedang di ancam sekelompok preman.
Preman 1: “mana duit lo!” (mengacam)
Neneng: (ketakutan) “saya nggak punya duit bang”
Preman 2: “boong lu taro mana duit lo?”
Neneng: “ampun bang ampun duit saya tinggal untuk ongkos pulang”
Jajang: (menimpuk preman dengan batu) “ei lo sini beraninya sama perempuan! Gue panggilin polisi ni”
(preman pun lari kertakutan)
Sudan: (mendekat kerah neneng) “neng, nggak apa-apa?”
Neneng: (menangguk lesu) “iya gapapa kok dan makasih ya”
Sudan: “jangan bilang makasih sama saya tapi sama jajang” (menunjuk kearah jajang)
Jajang: (datang menghampiri neneng dan sudan) “neneng nggak kenapa-kenapa kan? Mereka gak apa-apain kamu kan?”
Neneng: “nggak kok gak apa-apa” (senyum) “jajang, makasih ya mukin kalo nggak ada kamu dan sudan aku sudah habis tadi.”
Jajang: (muka menahan malu) “aish nggak perlu bilang makasih secara berlebihan neng. Itu kewajiban kita juga kan sesama manusia unuk saling membantu?”
Neneng: (mengangguk) “ah iya. Oke makasi jang-“
Jajang: (mengulurkan tangan) “oh iya kita belum kenalan secara resmi ni. Aku jajang.”
Neneng: (malu-malu) “neneng. Ah jajang makasih banget sumpah makasih ya kalo nggak ada kamu aku mukin bakalan nggak tau gimana.”
Narator: sejak perkenalan jajang dan neneng mereka berdua cukup dekat. Jajang diam-diam jatuh hati dengan neneng. Jajang sering mengirim beberapa surat kepada neneng yang dia letakan di dalam tas neneng. Melihat tingkah damar, Damar dan nino pun mulai kesal melihat tingkah jajang terbersit suatu ide untuk memberi pelajaran pada jajang.
Ibu tiri: (beteriak) “JAJANG AYO MANA SARAPAN!”
Lalu jajang datang sembari membawa nampan.
Jajang: “ini sarapan kalian.”
Nino: (mengusir) “sana kau pergi kedapur dasar dekil bau pula!”
Narator: setelah selesai sarapan damar dan nino pun mulai melanjarkan aksi mereka mereka menaru sesuatu di tas jajang. Dan jajang pun tidak mengetahuinya. Lalu mereka pergi kesekolah seperti biasa. Namun di sekolah hari ini tiba-tiba ada sebuah pemerikasaan narkoba dan benda-benda terlarang
Guru: (berteriak) “ya anak-anak taruh tas kalian diatas meja.”
Narator: lalu guru pun memeriksa tas murid-muridnya satu persatu namun saat guru memeriksa tas jajang guru pun menenukan cerlurir di tas jajang
Guru: (marah) “JAJANG! APA INI! KAMU BAWA APA KESEKOLAH?”
Jajang: (merenduk katakutan) “itu bukan milik saya pak!”
Nino damar: (cekikikian)
Narator: lalu jajang pun di bawa ke ruang kepala sekolah bersama guru-guru. Mendengar hal itu neneng dan sudan pun berinisiatif ikut menyusul keruang kepala sekolah dan memberi keterangan bawah jajang tidak memiliki celurit itu. namun celurut itu sengaja dimasukan nino dan damar
Guru: “jadi bagaimana pak? Apa jajang harus di skrosing?”
Kepala sekolah: (mengangguk) “sepertinya begitu”
Sudan: (masuk keruang kepala sekolah dengan paksa) “jangan skorsing jajang pak!”
Guru: (kesal) “sudan! Apa-apaan kamu? Tidak punya sopan satun!”
Neneng: “maaf pak kami hanya ingin membela jajang.”
Guru: (membanting meja) “sudah jelas-jelas jajang salah celurit itu ada di tasnya masih saja kalian membela jajang!”
neneng: (menahan kesal) “tapi jajang anak baik pak masa iya jajang bawa celurit si?”
narator: diluar ruangan nino damar dan teman-temanya tertawa kemenangan karena berhasil membuat jajang bermasalah dengan guru
damar: (tertawa) “hahaha rasakan pembalasanku jajang!”
teman1: “bos memang brilian”
teman 2: “kau hebat bos”
nino: “sudah sudah jangan memuji kami.”
Narrator: lalu sudan pun tidak sengaja mendengar percakapan damar nino dan teman-temannya sudan pu memutuskan untuk keluar lalu menyeret mereka ke dalam
sudan: (keluar lalu masuk kembali sambil membawa nino dan damar) “jajang gak mukin bawa celurit pak! Tapi mereka yang memasukanya kedalam tas jajang.”
Jajang: “kalian...” (kaget)
(nino, damar dan teman-temanya merunduk ketakutan)
Sudan: “pak mereka pelakunya!”
Kepala sekolah: (kecewa) “kenapa kalian melakukan itu!”
Damar: “maaf pak kami hanya iseng.”
Guru 2: “kalian kami keluarkan dari sekolah!” (membentak)
Nino: (bersujud) “ampunni kami ampuni kami.”
Neneng: “kalian harus minta maaf dengan jajang!”
Damar: (menatap sendu jajang) “jajang maaf kan kami jang.”
Nino: “iya jang kami sudah jahat dengan mu selama ini.”
Jajang: (merangkul) “iya aku maafkan kalian.”
Damar nino: (sendu) “makasih jang makasih.”
Kepala sekolah: “damar nino kalian harus di scorsing!”
Nino damar: (merunduk) “baik lah pak”
Narator: setelah kejadia itu. jajang dan neneng makin dekat. Dan satu hari neneng mengunduang jajang untuk datang ke pesta ulang tahunya. Dan jajang pun datang kepesta itu. dan neneng pun mulai melancarkan sesuatu ha yang sudah lama ia ingin lakukan. Yaitu mencari tahu siapa yang sering mengirim surat kepadanya setiap hari.
Neneng: (berdiri depan mic) “pada kesempatan kali ini, saya kan akan memberikan suatu pengumunan. Ada seseorang, dengan tulisan indahnya setiap hari mengirim surat kepada saya. Pusisnya cukup indah, dan salah satunya puisi ini. Adakah kalain mengenal satu puisi ini?”
(baca puisi)
‘Sungguh sebuah tanya yang terindah
Bagaimana dia merengkuh sadarku
Tak perlu ku bermimpi yang indah
Karena ada dia di hidupku

Ku ingin dia yang sempurna (yang sempurna)
Untuk diriku yang biasa (yang biasa)
Ku ingin hatinya, ku ingin cintanya
Ku ingin semua yang ada pada dirinya’

Jajang pun mengenal pusis itu. enatah apa yang memberanikan diri. Lalu jajang pun maju.
Jajang: (terbatah-batah) “itu.... itu... puisiku...”
Neneng: (kaget) “jajang...”
Jajang: (meruduk) “neneng, maafi aku.. seharusnya aku gak seperti ini.”
Neneng: “jadi kamu yang sering mengirim surat berserta puisi-puisi itu?”
Jajang: (merunduk) “maaf...”
Narator: neneng pun memeluk jajang dengan spontan. Neneng begitu bahagia mengetahui siapa pengirim suratanya itu adalah jajang... jajang orang yang selama ini dia sukai.