Laman

Senin, 18 November 2013

journey with love (prolog)



7 july
Suara itu... kembali mengiang di telingaku lagi.Sangat menyeramkan, aku benar-benar merasa ketakutan
Aku benar-benar tak bisa melupakannya
Dan saat ini aku benar-benar sendirian tanpa ayah tanpa ibu...
Aku takut aku benar-benar tidak bisa melupakan kejadian malam itu. Malam itu benar-benar menakutkan...
Ya tuhan kepalaku sakit kembali tolong aku aku benar-benar tidak bisa melupakan semuanya
Ayah, ibu bagaimana kabar kalian di surga? Aku harap kalian baik-baik saja ya...
Ibu, aku merindukanmu merindukan peluk hangatmu tapi saat ini aku tidak bisa merasakannya kembali. Ayah, aku benar-benar merindukan suara tawamu itu kau selalu membuatku tersenyum setiap aku mendengar suara tertawamu.
Sekarang aku sendirian tanpa kalian aku benar-benar tidak sanggup di tambah lagi semua orang menginginkan hak asuhku bibi evelyen dan om mario benar-benar saling berebut untuk mengasuhku.
Belum lagi ditambah aku harus kehilangan pria yang begitu aku cintai. Aku rasa aku benar – benar tak sanggup lagi untuh hidup.
Ayah, ibu aku harus bagaimana? Apa aku harus memilih tinggal dengan bibi evelyen di rumah yang penuh kenangan ini atau aku pergi meninggalkan kota ini dan tinggal dengan om mario di bandung?
Aku benar-benar ingin menangis meraung-raung saat ini tapi... air mataku benar benar sudah habis rasanya aku tak sanggup lagi rasanya.
Yuna membanting pulpen yang ia pegang ke atas meja.
Mungkin air matanya sudah tak terhitung lagi jumlahnya setelah kecelakaan tragis yang membuatnya kehilangan orang tuanya.Yuna benar-benar tidak bisa berhenti menangis setiap malam.
Di tambah lagi pria yang ia cintai pergi meninggalkannya membuat ia makin merasa sakit.
Kenapa semuanya jahat? ayah ,ibu dan sekarang  Falco pria  paling kucintai harus pergi.aku benar-benar tak sanggup lagi seperti ini kenapa semua orang yang aku cintai harus pergi meninggalkanku?. Batin Yuna
--
Lebih baik aku kabur dari rumah neraka ini kenapa semuanya begitu menyebalkan? Bisakah dirumah ini memiliki sebuah ketenangan? Ya tuhanku. Revan memandang langit-langit kamarnya sambil termenung masalah antara orang tunya benar-benar membuatnya kesal.
Setiap malam ayah dan ibunya selalu bertengkar. bahkan adik perempuanyan yang berumur sekitar sepuluh tahun menangis ketakutan mendengar suara keributan antara orang tuanya.
“Kakak...” Seru Selena adiknya sambil membuka pintu kamar Revan, matanya sangat merah karena menahan tangis
“Kenapa lagi Selena?.” Revan terduduk di ranjangnya
Tanpa aba-aba Selena langsung berlari dan memeluk Revan
“Mama sama papa berantem lagi kak Selena takut.” Isaknya
Revan hanya terkekeh sambil mengelus rambut adiknya yang sedang menangis di pelukannya.
“Sabar ya sayang mukin mereka lagi ada sedikit masalah.” Jawab Revan
“Aku nggak kuat kak denger mereka ribut.” Selena menutup telinganyan dengan kedua tangannya
--
Yuna pun menangis di atas meja belajarnya.
Aku bingung aku benar-benar ingin pergi kesurga menemui ayah dan ibu rasanya aku lelah mendengar bibi Evelyen dan om Mario saling berebut hak asuhku aku ingin cepat berumur 18 tahun lalu hidup sendiri batinnya
Lalu suara pintu kamar Yuna pun terbuka
“Non Yuna, nggak makan malam?.” Tanya mbok Darsim pengasuhnya dari kecil
“Nggak, mbok aku nggak lapar.” Jawab Yuna dengan suara parau
“Non..” mbok darsim menepuk pundak Yuna “Sudah non jangan menangis lagi kasihan ayah sama ibu non mereka nggak tenang.”
Yuna pun memeluk mbok Darsim
“Yuna kangen mereka mbok. Yuna sekarang sendirian.” Isaknya “nyaris lima bulan Yuna cuman sama mbok nggak ada ibu yang biasanya ibu nemenin Yuna ke toko buku setiap sabtu sekarang Yuna sendirian.”
“Sudah, non Yuna kan ada mbok” Jawab mbok Darsim
“Tapi mbok Yuna...” Yuna berhenti sejenak “Yuna...”
“Non kenapa?.”
“Mbok, apa aku harus memilih tinggal dengan salah satu dari adik ibuku atau kakak ayahku. Om Mario atau bibi Evelyen aku bingung.”
“Mbok nggak bisa ngomong apa-apa non, semua keputusan ada ditangan non Yuna.” jawab mbok darsim
Yuna hanya terdiam
--

Tidak ada komentar:

Posting Komentar