Laman

Selasa, 19 November 2013

journey with love (bab 1)



Jam weker Yuna pun berdering Yuna pun terbangun dari tidurnya, pagi ini ia harus pergi ke bandung dengan kereta sendirian.
Ia pun mandi dengan terburu-buru. Jam wekernya menunjukan pukul setengah enam pagi kereta menuju bandung pun berangkat satu jam lagi. Belum lagi jarak dari rumah ke stasiun cukup jauh
Setelah selesai mandi dan siap-siap Yuna pun keluar dari kamarnya. Sejenak ia memandangi kamarnya sebelum ia menutup pintu kamarnya.
Selamat tinggal semua kenanganku. selamat tinggal semuanya. batinnya
“Non, non Yuna cepat taksinya sudah datang.” Teriak mbok Darsim dari depan
Secepat kilat Yuna pun lari sambil membawa tas kopernya.
“Mbok, Yuna berangkat dulu ya.” pamit Yuna saat sebelum masuk kedalam taksi
“Hati-hati di jalan ya non. kalau non sudah sampai di bandung non telfon mbok ya non Yuna.”
“Pasti.” angguk Yuna
“Hati-hati Yuna.”
Yuna pun masuk kedalam taksi.
“NON....” teriak mbok Darsim
Yuna membuka kaca jedelanya sedikit “Iya ada apa mbok?.”
“Kalau... kalau.. den Falco tanya non jadi ke bandung atau nggak mbok jawab apa?.” Mbok Darsim nampak bingung
“Bilang aja Yunanya udah berangkat. Jangan ganggu Yuna lagi apa lagi cari Yuna.”
--
Revan pun membawa tas ranselnya sambil menutup pintu kamarnya ayahnya pun memaksa Revan untuk tinggal di rumah kakeknya di bandung bersama adik perempuanya karena selama beberapa bulan belakangan ini semua nilai-nilai Revan nampak menurun prestastinya merosot drastis. Bahkan nilai ujian akhirnya hanya pas-pasan padahal seharunya Revan bisa mendapat nilai yang lebih baik dar nilainya saat ini.
“Kakak ayo kita berangkat.” seru Selena antusius
“Iya ayo ayo.” jawab Revan
“Revan, tunggu nak.” seru ibunya saat mereka sampai di depan pintu keluar rumah
“Apa lagi ma?.” jawab Revan ketus
“Hati hati ya di jalan jaga Selena baik-baik.” perintah ibunya
“tanpa mama kasih tau aku juga ngerti kali.” jawab Revan ketus “Aku ini kakaknya.”
--
Yuna pun sampai di stasiun kereta api susah payah ia menarik kopernya. Jam tanganya menunjukan jam 6.20 tinggal 10 menit lagi keberangkatan kereta menuju bandung. Yuna dengan susah payah ia berlari sambil membawa kopernya.
Astaga bodoh kenapa aku bisa kesiangan seperti ini nanti kalo ketinggalan kereta gimana? Aaa bodoh Yuna bodoh kalau aku telat habislah riwayatku batinya
Ponselnya pun berdering diabaikanya karena ia benar-benar terburu-buru ia terus belari menunju arah peron kereta api sambil menyeret kopernya melewati anak tangga dengan terburu-buru
--
Revan pun berlari terburu-buru demi mengerjar kereta yang menuju ke bandung  sambil membawa tas ranselnya ia menyeret Selena berlari ke lantai atas nafasnya tersengal-sengal keringan mengucur di dahinya
Semoga masih keburu batin Revan
“Kakak pelan-pelan.” rajuk Selena
“Kita harus buru-buru Elen. kamu mau kita nggak jadi ke rumah kakek?.” tanya Revan nampak  sedikit kesal.
“Maaf kak maaf Elen.”
--
Yuna kenapa kamu nggak angkat telfonku? Batin Falco kesal
Falco pun membantin ponselnya ke atas kasur.Pikirannya saan ini sangat kacau kejadian tempo hari membuat hubungannya cintanya dan juga persahabatnya dengan Yuna berantakan.
Apa Yuna benar-benar akan pergi meninggalkanku? Batin Falco
Jam dinding dikamarnya menunjukan pukul 6.25 menit secepat kilat Falco mengambil jaketnya lalu dengan terburu-buru ia pergi dengan menggunakan motornya
--
Nafas Yuna pun mulai memburu. syukurlah masih ada sisa waktu 3 menit sebelum keretanya berangkat lalu Yuna pun masuk kedalam kereta dan mencari tempat duduk. Syukur lah ia mendapat tempat duduk di dekat dengan jendela
Lalu ponselnya pun kembali berdering ternyata sms dari Falco
From: Falco
Yuna kamu nggak serius kan? Kamu nggak akan ninggalin aku?
Yuna tunggu aku Yuna jangan pergi dulu aku benar-benar ingin berbicara denganmu Yuna
 5 menit lagi aku sampai
Yuna hanya tersenyum getir sambil memandang kearah jendela kedua telinganya tertutup oleh earphone
“Kakak... ini kursinya kita kan?.” tiba-tiba suara anak kecil membuarkan lamunan Yuna
“Ah, iya ayo kita duduk.” lalu seorang pria yang kira-kira sebaya denganya duduk di kursi yang kosong di hadapanya sambil menauruh tas ranselnya di atas dan gadis kecil berusia sepuluh tahun duduk di kursi itu sambil mendesah
Yuna hanya tersenyum tipis dengan mereka dan berusaha ramah.
“Kakak... aku nggak sabar mau liat pemandangan.” ucap seorang gadis kecil kira-kira berumur sepulu tahun
“Sabar ya Selena sayang.” jawab pria itu “sebentar lagi kereta ini akan berangkat.”
Lalu pria itu mengedong gadis kecil itu dan memangkunya dikedua pahanya.
Yuna hanya terdiam dan melirik kearah mereka sejenak
Aku iri... aku ingin menjadi gadis kecil itu dia punya seorang kakak yang baik aku? Aku hanya seseorang yang sebantang kara aku ingin seperti gadis kecil itu ya tuhan. batinya
“Aku ingin cepat sampai di rumah kakek.” ucap gadis itu antusius “Aku mau peluk kakek.”
“Iya sabar ya sebentar lagi kita akan sampai kok” pria mengelus lembut pipi gadis kecil itu
“Benar ya ka” rengek gadis kecil itu
“Iya iya bujuk keretanya biar cepet jalan.” ledek pria itu
“Kakak jahat.” gadis kecil itu memanyunkan bibinya “Kereta bukan adik bayi yang bisa di bujuk.”
“Aku bercanda.” pria itu mengacak-ngacak rambut gadis kecil itu
--
Gadis ini kenapa membuatku seperti salah tingkah? Batin Revan
Sambil memangku Selena di kedua pahanya mata Revan tidak berkedip memperhatikan gerak-gerik gadis yang duduk berhadapan dengananya saat ini
Dia cantik, walau tubuhnya nampak mungilnya seperti anak kecil itu hanya di balut dengan celana jeans dan kaus. Tapi, nampak seperti malaikat kulitnya putih seperti susu lalu rona pink di pipinya sangat manis.
Rambut cokelatnya nampak halus seperti sutra. lalu senyum ramahnya tadi aaa matanya kedua matanya yang berwarna cokelat itu saat iya menerjap... oh tuhan aku benar-benar beruntung hari ini bisa melihat gadis semanis gadis ini batin Revan
“Kakak...” seru Selena
“I..iya.” jawab Revan
“Sebentar lagi keretanya berangkat kan?.”
Revan mengangguk hidmat
Gadis yang duduk di depan Revan hanya bisa terdiam sambil terus memandang kearah jendela
“Kak, kakak kenapa?.” tiba-tiba Selena bertanya dengan gadis yang ada didepan mereka
“He? Aku?.” gadis itu nampak bingung “Kenapa?.”
“iya ka kakak kenapa? Kok kayanya sedih.” tanya Selena
Revan hanya bisa mengigit bibir bawahnya sambil menahan malu atas sikap adiknya ini
Gadis itu tersenyum  “Aku nggak apa-apa kok sayang. Aku juga nggak sedih.”
Gadis itu lalu memansang earphonenya kembali di kedua telinganya
Sontak senyuman gadis itu makin membuat detak jatung Revan kini tidak beraturan.Namun, di balik senyum manis gadis itu tersirat sebuah kesedihan mendalam darinya sorot matanya sangat mengambarkan sebuah rasa kesedihan yang tak kunjung hilang.
Ya tuhan aku ingin melindungi gadis ini ia nampak sangan lemah dan lembut seperti sebuah setangakai bunga mawar putih tuhan izinkan aku melindungi gadis ini aku tak ingin melihat sorot mata kesediahan itu batin Revan
--
Dan kereta api pun sudah berangkat
“Bodoh.... aku bodohhh..... “ Maki Falco
Falco hanya bisa terduduk lemas di kursi ruang tunggu. Nafasnya tidak beraturan kedua tangan kekar kecokelatanya hanya bisa mengepal kuat
“bodoh aku bodoh kenapa aku menganggap ucapan Yuna itu bohongan.” makinya lagi
Falco hanya bisa menggigit bibirnya sambil menahan air matanya
Yuna, maafkan aku seharusnya aku percaya denganmu Yuna kenapa kamu pergi apa aku tak bisa mendapatkan sebuah kesempatan kedua? Batin Falco
Kedua telapak tanganya mengepal kuat hingga nyaris membuat buku-buku jarinya retak rasa sesalnya kini tak berati karena Yuna benar-benar sudah pergi
Tanpa ia sadari air matanya pun mulai menetes di pipinya. Kini ia hanya bisa menyesal atas perbuatanya
“Cowok kok nangis? So like melankolis.” sahut seseorang
--
Kereta api pun mulai meninggalkan stasiun kereta dan Selena napak tersenyum bahagia ia terus mengoceh tidak jelas.
Revan makin merasa malu dengan sikap adiknya mukin membuat gadis yang ada di hadapanya tidak nyaman.
Tiba-tiba selana pun tertidur di pangukanya dan gadis yang ada di depanya pun juga tertidur pulas sambil bersender dengan jendela kaca.
Revan pun terdiam matanya terus menatap gadis yang sedang berada di depannya
Lalu ia teringat sesuatu
“Aduh” teriak seorang gadis kecil “kakak... tunggu aku”
Lalu Revan menghampirinya
“Kamu kenapa?” tanyanya
Lalu gadis itu meringis kesakitan
“Kakak kakiku sakit.” lalu ia menujukan lulutnya yang berdarah
“Kamu nggak hati-hati si Yura.” dumal Revan
“Aku kan nggak tau ada lubang.” isaknya Kakak aku nggak bisa jalan kakiku benar-benar sakit.”
Lalu Revan menjitak lembut kepala gadis kecil itu
“Makanya kamu jangan suka loncat-loncat.” ledek Revan “Mau aku gendong?.”
“Aku nggak loncat-loncat tau.” gerutu gadis itu
“Iya deh iya aku iyain aja.”
Lalu Revan berjongkok diatas tanah
“Ayo sini aku gendong kamu gadis manja.”
Lalu gadis kecil itu tanpa aba-aba naik ke punggung Revan.
“Sabar sedikit ya Yura sayang nanti lukanya kakak obatin.”
--
“Berhenti memandangiku seperti itu.” maki Falco kesal dengan seorang gadis bertubuh tinggi yang duduk di dekatnya
“Kamu nangis? Cowo kok nangis.” sinidirnya
“Diam kau! tutup mulutmu.” maki Falco dengan suara berteriak “Mau saya nangis mau saya kenapa itu bukan urusanmu.”
“Aku sudah diam dari tadi.” jawabnya “Aku nggak ngapa-ngapain.”
“Sebaiknya kamu pergi.” perintah Falco
“Aku nggak mau pergi.” jawab gadis itu “Aku mau disini nggak boleh? Hak aku kali.”
“Menjauhlah dari saya.” suara Falco terdengar parau
Sejenak susana hening. Hanya terdengar suara keramaian orang yang lalu-lalang di peron kereta.
Falco tak berhenti-henti menangisi kepergian Yuna. Seharusnya ia tau dari awal seharusnya ia bisa mencegah Yuna pergi tapi semuanya terlambat
--
Yuna pun terbangun dari tidurnya. Sejenak ia mengehela nafasnya. nafasnya mulai tidak beraturan.
Sepertinya akan sampai sebentar lagi bantinya
Lagu yang di mainkan di ponselnya pun terus menyala.
‘I don't know how to live without you.
I don't know how to breath in life.
tell myself I'd stop everyday knowing that I won't Because of you Because of you.
It's the truth I don't know how to sleep without you.
I don't know how to fix my heart.
tell myself I'd stop everyday knowing that I won't.
even if I did I don't know, If I'd try
Do I wanna believe you think the same.

I am missing you.
And I want you believe same love as me.
I am missing you You've given me your one last Adios, but why do I still wanna believe.
I don't know I'm missing you in good time, Don't say good bye.
I don't know how to sMile without you.
I don't know how to wait for you.
tell myself I'd stop everyday knowing that I won't.
Even if all the things were true, If I'd try.
Do I wanna believe you think the same.’
=CN BLUE- Don’t say goodbye=

Jam tanganya menunujukan pukul 8.45 kemukinan kereta ini akan sampai jam 9.15 masih ada setengah jam lagi baru tiba di stasiun bandung.
Mata Yuna pun melirik kearah anak laki-laki yang tertidur sambil memeluk adik perempuannya.
Aku baru sekali ini melihat ada cowo yang mau menjaga adiknya hmm... berbeda ya dengan Falco. eh Falco? Perduli apa lagi aku denganya? Hmm? Bodoh masih saja aku memikirkan orang itu perduli apa dia denganku? Buktinya dia benar-benar mau datang hmm... Yuna jangan bodoh batinya
--
Kereta pun mulai masuk ke stasiun bandung.  Sedikit terlambat setengah jam napaknya
“Hey... keretanya sudah sampai.” bisik seseorang
Revan pun menyipitkan kedua matanya ternyata itu gadis yang duduk berhadapan denganya tadi.
“Sudah sampai?” tanya Revan tak percaya matanya sedikit menyipit
Gadis itu mengangguk.
“Iya sudah, sampai kamu masih mau disini?.” tanyanya ramah
Revan pun membangunkan adiknya dan adiknya sedikit marah lalu memkerutkan bibir kecilnya yang tipis karena dibangunkan Revan Dan gadis itu hanya tersenyum melihat tingkah adiknya.
“Adikmu lucu ya.” katanya “rasanya aku ingin memeluknya.”
“He-eh... i..i..ya terimakasih.” jawab Revan terbanta-banta
“Aku pergi dulu ya.” kata gadis itu “Semoga kita bisa bertemu lagi dadah adik manis.”
Lalu gadis itu berbalik badan dan pergi meninggalkan Revan sambil membawa tas kopernya
“Tunggu...” teriak Revan namun teriakanya tidak di hiraukannya
--
Yuna pun turun dari kereta api sambil membawa kopernya. Ponselnya masih terus ia genggam dan ia sedikit kebingungan
Aduh ini mana yang jemput ya kok belum datang aish Vino lama sekali batinya
Lalu ia duduk diatas kursi peron sambil menggigit  bibir bawahnya ia sangat gugup karena yang menjeputnya bukan om mario tapi anaknya sedangkan Yuna hanya sekali betemu dengannya kurang lebih dua tahun yang lalu
Tiba-tiba ponselnya berdering
“Halo?.” sahunya
“Kamu di mana si?.” maki seseorang dari telfon “Katanya sampai jam sembilan pagi ini lewat dari jam sembilan  tahu.”
“Maaf aku nggak tau kalau telat kaya gini.” jawab Yuna “Kamu dimana?.”
“Maaf maaf kalo kasih janji itu yang bener dong Yun.” maki orang itu
“Aku kan udah minta maaf. maafin aku.”
“Yaudah lah terserah. cepetan aku tunggu kamu di parkiran kalo kamu masih lama juga aku tinggalin kamu.” lalu orang itu menutup telfonnya
--
“Kakak kakak lihat itu.” perintah Selena
Revan pun mengalihan pandanganya ke arah Selena
“Apa sayang?” tanya Revan
“Itu.” Selena menujuk sesuatu yang tergeletak di kursi “Itu apa? Mukin itu milik kakak cantik yang tadi ya?.”
Sebuah sapu tangan bermotif bunga kecil-kecil tergeletak di kursi itu secepat kilat Revan mengambil sapu tangan berwarna biru itu dari kursi dan menaruhnya di saku celananya.
Sapu tangan ini pasti milik gadis itu batinya
“Ayo kita cepat turun.” perinta Revan sambil menarik tangan adiknya
“Iya ayo kakak aku ingin cepat bertemu kakek.” seru Selena antusius
--
“Kamu dimana? Cepat lah keluar.” maki seseorang dari telfon
“Iya iya.” jawab Yuna Yuna pun berlari menuju kearah keluar stasiun kereta
“Kamu bisa cepet nggak si? Aku tunggun kamu di pintu keluar kalo nggak aku tinggal nih.” lalu orang itu memantikan telfonnya
Yuna pun terus berlari kearah pintu keluar. Keringat di dahinya mulai bercucuran deras lalu sampai lah ia di pintu keluar stasiun ini di dekat pintu stasiun berdiri seorang pria menggunakan kemeja kotak-kotak berwarna hijau muda di padukan dengan celana jeans berwarna hitam. bertubuh tinggi sempai. Wajahnya nampak sangat kesal menunggu lama.
“Vino?.” tanya Yuna ragu
“Ah.” erangnya “Sari mana saja kamu Yuna? Tau nggak si aku nungguin kamu nyarisn dua jam.”
“Ma...ma... maaf.” jawab Yuna terbatah-bata “Tadi keretanya sedikit terlambat karena ada gangguna tekhik jadi aku terlamabat datang sesuai jadwal.”
Pria itu tersenyum kecut mendengar penjelasan Yuna
“ya.. ya.. suka-suka kamu deh Yun.” jawabnya
Yuna pun menuduk merasa bersalah
“Ayo cepetan.” perintah pria itu “Mana tas kopermu sini biar aku yang bawa deh.”
“Eh?.”
Lalu pria itu merampas tas koper Yuna Yuna hanya bisa tercengan melihat sikap pria ini.
“Yuna ayo!.” teriak pria itu “Kamu kok malah ngelamun? papaku udah nungguin kamu di rumah cepat lah jalan hari ini macet hari ini hari sabtu bandung akan nggak bisa jalan.”
Yuna pun berlari mengejar pria itu.
Menyebalkan kenapa aku harus serumah dengan pria ini hmmm oke satu tahun ini akan panjang untuku batinnya.
--
Revan dan selana pun berjalan menuju pintu keluar stasiun hari ini suasana stasiun cukup ramai ya karena hari ini adalah hari sabtu dan bandung salah satu kota wisata yang sangat diminati oleh wisatawan terutama dari arah jakarta
“Kakak kita naik apa kerumah kakek?.” tanya Selena
Revan pun merunduk sedikit  “Hhm.. Elen mau naik apa?.”
“Naik pesawat.” Ledeknya.
“Selena.” Revan menjitak kepalanya “Kamu ini yaudah ayo kita cari angkot aja kakek bilang hari ini ia tidak bisa menjemput kita katanya kakek sedang kurang enak badan.”
“Apa? Kakek sakit kak?.” tanya Selena was-was
“Iya Elen.”
Semoga aku tidak kesasar kerumah kakek karena nyaris satu dekade yang lalu aku terakhir ketempat itu batin Revan
--

Tidak ada komentar:

Posting Komentar