Laman

Minggu, 18 Mei 2014

Love In Marriege [chapter 1] (ff)


Author : Park Hajung
Cast :
-      Kim Chanmi (AOA)
-      Choi Minhwan/Minari (FT Island)
-      Lee Donghae (Super Junior)
Other Cast :
-      Kim Jaehyun (N.Flying)
-      Seo Youkyung (AOA)
-      Seo Yuna (AOA)
-       Song Seunghyun/Songsari (FT Island)
-       Kim Seolhyun (AOA)
Rate : PG – 15
Genre : Romance, Friendship, Angst,
Length : Chapter
-Part 1-
Seorang gadis sedang duduk dalam keadaan tenang di depan sebuah benda yang memantul bayangannya. Gadis itu dikelilingi orang beberapa perempuan yang sibuk menata rambut ikalnya yang berwarna hitam, merias matanya, pipinya, dan bibirnya. Gadis yang hanya merasa pasrah diperlakukan sedemikian itu oleh perempuan perempuan yang ada disekelilinginya.
 “Sudah selesai, Agasshi~” ucap salah satu perempuan yang mengelilingi gadis itu dengan riangnya.
 “Aigoo~~ Kau sangat cantik. Beruntungnya Tuan Choi bisa menikahi dirimu.” Ujar perempuan yang lainnya.
Gadis yang dipujinya itu hanya tersenyum tipis menanggapi pujian yang teruntai dari mulut para perempuan itu. Bukannya bermaksud angkuh. Hanya saja perasaan gadis itu cukup membuat gadis itu terdiam dalam kebingungannya.
Agasshi, kami semua tinggal dulu ya? Tunggu sampai Tuan Kim dan Nyonya Kim datang padamu” ucap salah satu dari para perempuan itu. Perlahan kepala gadis itu mengangguk pertanda mengerti.
 “Terima kasih banyak unniedeul” balasnya lembut. Kemudian para perempuan itu meninggalkan gadis itu sendiri yang menatap dirinya di cermin.
Tak lama kemudian seorang wanita paruh baya memasuki suatu ruangan dimana ada seorang anaknya yang sedang didandaninya itu akan menikah. Langsung saja wanita itu menghampiri gadis yang sedari tadi berada di depan cermin. Disentuhnya kedua pundak anaknya itu dengan kedua belah tangannya.
“Chanmi-ya, apa kau sudah siap?” ucap wanita itu sambil memandangi wajah anaknya yang sudah dipoles oleh berbagai make up dengan warna yang natural yang ada di pantulan cermin. Perlahan gadis yang dipanggil Chanmi itu melirik pada bayangan ibunya yang ada di cermin.
“Percayalah pada umma, Tuan Choi itu tidak akan berbuat buruk padamu. Bila dia melakukan suatu hal yang buruk, panggillah kami, Chanmi-ya” sebuah senyuman terpantul dari wajah ibunya itu. “
Arraso, umma” jawab Chanmi dengan lembut.
 Tak lama seorang pria paruh baya pun menyusul istri dan anaknya yang ada di dalam ruangan.
 “Ayo, Chanmi-ya! Acaranya akan segera dimulai”. Perlahan Chanmi bangkit dari tempat ia duduknya dan segera menghampiri ayahnya untuk menggandengnya. Kini Chanmi hanya bisa mengikut pada ayahnya kemana mereka berdua akan pergi. Sementara ibunya hanya mengikuti keduanya dari belakang
***
Pintu pun terbuka. Semua orang yang berada dalam ruangan tersebut tertuju pada dua orang yang baru memasuki ruangan tersebut. Satu orang adalah pria paruh baya yang badannya dibalut oleh tuxedo berwarna hitam. Sementara pria tersebut menggandeng seorang gadis dengan gauh putihnya yang sepanjang lutut di bagian depannya dan panjang semata kaki di bagian belakangnya. Dipegangnya oleh tangan kiri sebuket mawar berwarna merah muda yang bermekaran begitu cantik. Dengan anggun gadis itu berjalan dengan sepatu high heel berwarna silver yang dipadu dengan sedikit gliter di sekelilingnya. Mata gadis itu melihat seorang lelaki yang sudah menunggunya di altar dengan baju tuxedonya berwarna hitam. Terlihat lebih kharismatik saat lelaki itu memakainya. Akhirnya pria paruh dan gadis tersebut menghentikan langkahnya tepat di depan lelaki yang sedari tadi menunggunya. Perlahan tangan kanan gadis itu melepaskan gandengan pria paruh baya tersebut.
“Minhwan-ssi” panggil pria paruh baya itu pada lelaki tersebut. “Tak kusangka bahwa akan secepat ini aku menyerahkan putriku pada orang lain” ucapnya dengan nada sedikit tak ikhlas. “Tapi berjanjilah bahwa kau akan menjaga putri kami, Chanmi”.
Minhwan pun menggangguk “Aku berjanji” ucapnya sambil senyum.  Kemudian ia memberi uluran tangan pada Chanmi. Mata Chanmi melihat uluran tangan itu dari Minhwan. Akhirnya tangan kanannya tergerakkan untuk menerima uluran tangan Minhwan.
Dituntunnya Chanmi menuju altar dan sampailah mereka untuk menghadap pasteur. Mengucapkan janji suci yang akan mejadi pegangan hidup mereka masing masing untuk mempertahankan ikatan cinta di antara mereka.
“Choi Minhwan-ssi” panggil pasteur. “Bersediakah kau untuk menerima Kim Chanmi sebagai istrimu dalam suka dan duka?”
“Ya, saya bersedia” ucap Minhwan mantap.
“Dan kau, Kim Chanmi, Bersediakah kau menerima Choi Minhwan sebagai suamimu dalam suka dan duka?”
“Saya…” Chanmi tak dapat langsung menjawab karena ia merasa ada yang mengganjal pada perasaannya. Ia begitu gugup untuk membalas apa yang dikatakan pasteur tersebut. Ditundukkan kepalanya menatap sebuket bunga mawar merah muda yang indah yang dipegangnya. Seketika otaknya kosong. Tak ada ide yang terlintas pada otaknya tentang apa yang harus dilakukannya selanjutnya. Perlahan ia mengadahkan kepalanya dan matanya tertuju pada pria yang ada di sampingnya. Dilihat senyuman yang begitu manis dan pria tersebut. Tak sengaja mata Chanmi menatap pada satu titik yang ada pada mata Minhwan.
Tatapan itu….kenapa begitu indah dan membuat teduh…entah kenapa rasanya aku ingin lebih lama menatap tatapan matanya yang lembut itu
“Saudari Kim Chanmi” panggil pasteur itu yang terdengar agak keras.
Mendengar namanya dipanggil, Chanmi sedikit tersentak dan langsung menoleh pada orang yang memanggilnya. “Tidakkah anda mendengar saya?”
Merasa tidak enak, Chanmi pun menundukkan kepalanya sedetik. “Maafkan saja, pak”
“Baik, saya ulangi lagi. Kim Chanmi-ssi, bersediakah anda menerima Choi Minhwan sebagai suamimu dalam suka dan duka?”
“Ya, saya bersedia”
“Baiklah. Dengan ini dan detik ini juga saya nyatakan pengantin pria yaitu Choi Minhwan dan pengantin wanita yaitu Kim Chanmi resmi menjadi suami istri. Selamat untuk pengantin baru kita”
Terdengar tepuk tangan dari beberapa orang yang hadir dalam acara pernikahan tersebut.
“Silakan untuk saling memasangkan cincin pernikahan kalian”
Tangan kanan Minhwan memasuki kantong celana hitamnya dan tak lama tangan itu sudah keluar dengan sekotak kecil berwarna merah. Dibukanya kotak itu dan terlihat dua buah cincin berwarna emas putih yang dihiasi oleh berlian kecil berwarna. Memang cincin itu terlihat sederhana. Tapi cincin itu berarti untuk menunjukkan adanya ikatan cinta yang sudah mengucapkan janji suci
Minhwan pun mengambil salah satu cincin yang ada pada kotak tersebut. Tangan kanan Minhwan meraih tangan kanan Chanmi dan ia mulai memasangkan cincin itu pada jari manis dengan perlahan seakan tak ingin ada yang tergores pada kulitnya. Setelah selesai, Chanmi pun mengambil kotak yang diberikan oleh Minhwan dan ia langsung mengambil cincin yang masih ada dalam kotak cincin tersebut. Diraihnya tangan Minhwan kemudian dipasangkan cincin itu pada jari manis Minhwan dengan hati hati. Akhirnya dua sejoli itu sudah mengenakan cincin pernikahan mereka masing masing
“Untuk pengantin pria, silakan memberikan ciuman pada pengantin wanitanya” ucap Pasteur sambil tersenyum jahil. Minhwan pun menatap pada Chanmi. Dilihatnya wajah gadis itu yang begitu gugup saat mendengarkan apa yang diucapkan Pasteur.
“Ayolah, jangan malu malu. Kalian sudah resmi menjadi suami istri” terlihat Pasteur tak sabar dengan bagian yang indah pada saat pernikahan.
Perlahan tangan kanan Minhwan memeluk pinggang Chanmi. Wajah Chanmi semakin terlihat kaku di depan Minhwan. Perlahan Minhwan mempersempit jarak diantaranya dan Chanmi. Sekejap ditutupnya rapat rapat mata Chanmi. Wajah Minhwan mulai berdekatan dan wajah Chanmi. Semakin lama semakin dekat dan masing masing dari bibir mereka akan bertemu. Akan tetapi, Chanmi merasakan kecupan sekilas yang mendarat di pipi kirinya. Rupanya bibir Minhwan melesat pada pipi Chanmi disebelah kiri sehingga para tamu undangan mengira bahwa mereka sedang berciuman. Mata Chanmi masih terbelak tak percaya dengan apa yang dilakukannya. Tapi setidaknya ia dapat bernafas lega karena Minhwan mencium dirinya tidak pada bibirnya. Terdengar tepuk tangan yang riuh dari para tamu undangan.
                                                        ***
Kedua pengantin baru berjalan keluar dari gedung tempat pernikahan mereka tadi. Minhwan berlari lari kecil menuju mobil BMW berwarna  silver yang sedikit diberi dekorasi untuk menandakan adanya pengantin baru. Dibukanya pada salah satu pintu mobil belakang sebelah kiri dan sikap tubuhnya yang mempersilakan Chanmi memasuki mobil tersebut. Dengan hati hati Chanmi memasuki mobil itu karena gaun pengantinnya sedikit menngganggunya. Minhwan yang melihat istri barunya yang mengalami kesulitan dalam mengatur gaun panjangnya itu membantunya untuk memasukkannya ke mobil.
 Setelah selesai, Minhwan pun menuju sayap kanan untuk memasuki mobil dari sebelah kanan. Karena sudah pasti pengantin ada di dalam mobil, mobil itu pun mulai melaju menyusuri jalanan
Selama di perjalanan, keduanya hanya terdiam. Chanmi hanya menolehkan kepalanya pada jendela dan melihat lihat kota Seoul yang begitu indah di malam hari. Sementara Minhwan hanya menundukkan kepalanya. Sesekali dilihatnya Chanmi yang terdiam melihat jendela. Kini Minhwan menjadi serba salah karena tak tahu apa yang harus dilakukannya. Ingin sekali ia berbincang pada Chanmi namun ia tak mungkin mengajak bicara pada gadis yang sampai saat ini terlihat kaku. Akhirnya ia memutuskan untuk membiarkan Chanmi terdiam.
Setelah beberapa menit kemudian, akhirnya mobil itu berhenti pada halaman suatu rumah minimalis
. “Chanmi-ah, tunggulah sebentar. Aku ingin menurunkan barang barang kita terlebih dahulu” ucap Minhwan pada Chanmi.
 “Tak usah, Tuan Choi. Biarkan saya yang membawa barang barang Tuan dan Nona masuk ke rumah Tuan” ucap supir itu tiba tiba.
“Ah benarkah? Terima kasih ahjusshi.” Ucap Minhwan sopan.
“Chanmi-ah, biarkan aku membantumu untuk keluar dari mobil ini”. Dengan cepat Minhwan keluar dari mobil dan berlari ke sayap kiri untuk membukakan pintu mobil sebelah kiri untuk Chanmi. Chanmi terdiam sambil menatap Minhwan penuh kebingungan.
“Apa ada,Chanmi-ah?” Tanya Minhwan lembut.
“Hm…Minhwan-ssi, bagaimana aku bisa keluar dari mobil ini? Sementara gaun ini membuatku merasa sulit” Ucap Chanmi dengan wajah innocentnya.
Tingkah gadis itu membuat Minhwan tertawa kecil. “Baiklah biarkan aku yang akan mengeluarkanmu. Maaf kalau ini membuatmu tak nyaman” Minhwan membungkuk sebentar pada Chanmi kemudian tangannya meraih tubuh Chanmi. Tangan kirinya menopang pada bagian belakang lutut Chanmi sedangkan tangan kanannya menahan badan Chanmi bagian belakang.
“Minhwan-ssi, apa yang akan kau lakukan?” teriak chanmi yang terdengar sedikit gugup.
“Mengeluarkanmu dari sini, gadis manis. Percayalah padaku” jawab Minhwan sambil mengangkat tubuh Chanmi. Digendongnya Chanmi sampai pada ruang tamu. Sesampainya, Chanmi diturunkan dari tubuh Minhwan.
“Bagaimana, sudah keluarkan kan?”. Terlihat jelas ekspresi Chanmi yang masih syok. Gadis itu tak menyangka bahwa pria ini mau menggendongnya walaupun hanya sampai pada ruang tamu.
“Ini Tuan Choi. Barang barang anda semua sudah saya keluarkan dari mobil.” Ucap seorang supir dengan sopan. Minhwan menghampiri supirnya yang berada di depan pintu utama.
 “terima kasih banyak pak” ujar Minhwan sambil tersenyum dan memberikan amplop kecil pada supir tersebut.
“Ah, terima kasih juga, Tuan Choi. Selamat malam. Silakan nikmatilah malammu” kemudian pak supir itu menutup jendela pintu utama.
 Minhwan sedikit tercengang mendengar ucapan supir tersebut. “Nikmati malam? Ah orang itu bercanda” ujarnya sambil menggaruk garuk kepalanya yang tidak gatal. Ia pun menghampiri istrinya yang masih terkejut itu.
“Chanmi-ya, ayo kita ke kamar.” Ajak Minhwan sambil menggandeng tangan Chanmi dan mulai melangkah secara perlahan.
“Kamar? Kamar siapa?” Tanya Chanmi polos.
“Tentu saja kamar kita, Chanmi-ya” ujar Minhwan
Chanmi terkejut mendengarnya. Kamar kita? Maksudnya dirinya dan Minhwan? Jadi kita satu kamar? Pikirnya. Ia tak habis pikir dengan apa yang dimaksud dengan “kamar kita”. Chanmi tak bisa membayangkan bahwa ia akan satu kamar dengan orang yang sama sekali tak ia kenali. Memang ia pertama kalinya bertemu dengan Minhwan tiga bulan yang lalu dan itupun juga Chanmi belum akrab dengan Minhwan. Orangtuanya lah yang meminta Chanmi menikah dengan Minhwan karena orangtua Chanmi dan Orangtua Minhwan sepakat untuk menjodohkan anak mereka masing masing. Chanmi yang sama sekali tidak merasa keberatan hanya bisa mengiyakan apa yang dikatakan orangtuanya.
Dari apa yang diucapkan orangtua Minhwan, Minhwan siap merawat, menjaga, dan melindungi dirinya. Tapi Chanmi juga tak menyangka bahwa perasaannya akan seaneh ini. Bukan masalah pernikahannya, tapi usia Chanmi yang masih dibilang muda ini. Apakah umurku sudah cukup untuk menikah? Pikirnya.
“Ini dia kamar kita” ucap Minhwan dengan semangat. Dilihatnya pintu yang berbahan kayu berwarna coklat tua dengan ukiran berbentuk kotak.
“Kamar…kita?” Tanya Chanmi yang wajahnya bingungnya. Melihat wajah gadisnya seperti itu membuat Minhwan semakin gemas.
“Iya, kamar kita” jawab Minhwan kemudian tangannya meraih gagang pintu yang ada didepannya.
 “Ayo, masuk”. Minhwan pun memasuki kamar tersebut yang disusul oleh Chanmi.
Dilihatnya ada tempat tidur berukuran besar atau yang sering disebutkan king size, lemari besar dengan panjangnya lima kaki dan tingginya hampir mengenai plafon kamar tersebut, lampu tidur yang diletakkan di meja kecil terdapat di setiap sisi tempat tidur tersebut, serta vertilasi yang cukup luas karena di kamar itu tidak ada jendela. Namun vertilasi itu cukup membuat kamar ini tidak terasa “sumpek”. Perlahan Chanmi memasuki kamar yang dikatakannya “kamar kita” itu.
 “Oh iya untuk pakaianmu, ada di sebelah kiri sedangkan pakaianku ada di sebelah kanan” ujar Minhwan sambil menunjuk pada lemari yang ada pada kamar itu. Chanmi menoleh pada lemari itu dan menghampiri pintu lemari yang ada pada sebelah kiri. Dibukanya pintu lemari tersebut dan terlihatlah sejumlah pakaian yang menggantung di lemari tersebut.
Ditolehkannya kepala Chanmi untuk mencari Minhwan yang ternyata terlihat ingin keluar dari kamar tersebut dengan pakaian yang ia bawa. “Minhwan-ssi, kau mau kemana?”
Minhwan membalikkan badannya dan melihat pada istri barunya. “Aku ingin mengganti pakaian di kamar mandi, Chanmi-ya”
“Lho, kenapa di kamar mandi? Bukankah kau bisa ganti baju disini? Ini kan kamar kita”
Mendengar pernyataan dari gadis itu, dengan cepat Minhwan menundukkan kepalanya. Terasa panas pada kedua belah pipi Minhwan. Seketika ia menggeleng gelengkan kepalanya dan tempo yang cepat dan mencoba bersikap normal.
“Hahaha, aku memang terbiasa ganti baju di kamar mandi. Dan aku juga sangat jarang ganti baju di kamarku dulu.” Ujarnya. “Sudah…sudah. Kau ganti baju saja. Apalagi kau akan berganti baju dengan waktu yang lama karena gaunmu itu cukup ribet untuk dilepaskan”
“Tapi Minhwan-ssi…” ucap Chanmi terputus saat Minhwan baru saja membuka pintu kamar itu. “Aku tak dapat melepaskan gaunku. Bolehkah aku minta tolong padamu hanya untuk melepaskan resleting yang ada di bagian punggungku?”
DEG!
Seketika jantung Minhwan berdegup kencang saat Chanmi mengatakan hal itu.
Ku mohon jangan sekarang……bahkan aku takkan bisa memaafkan diriku sendiri bila nanti aku akan melakukan hal yang buruk pada dirinya. Bagaiaman hidupnya nanti?
“Minhwan-ssi…tolonglah. Hanya buka resleting yang ada di bagian punggung saja” terdengar suara Chanmi yang begitu memohon.
 Dengan gugup Minhwan melangkah menuju tempat Chanmi berdiri. Dihadapnya tubuh Chanmi bagian belakang, ditutupnya rapat rapat kedua matanya, perlahan tangan kanannya meraih resleting pada gaun Chanmi dan tangan kirinya memegangi pundak Chanmi di sebelah kiri. Diarahkan tangan kanan ke bawah seiring dengan resleting yang buka dan selesailah resleting itu terbuka dengan sempurna.
 Dengan buru buru Minhwan keluar dari kamar itu. “Sudah ya Chanmi. Aku ganti baju dulu” teriak Minhwan saat sudah keluar dari kamar.
Chanmi yang melihat tingkah suaminya itu menggarukkan kepalanya yang tidak gatal. “Apa ada hal yang salah kah?” Tanya Chanmi pada diri sendiri
                                                              ***
Chanmi pun duduk terdiam di tepi tempat tidurnya. Terdengar pintu kamar yang terbuka dan muncullah Minhwan dengan piyama berbahan nilon berwarna merah marun.
“Ah, ternyata kita memiliki piyama yang sama” seru Minhwan.
“Kok bisa ya? Padahal aku selalu memakai piyama ini saat tidur…sebelum menikah denganmu” ucap Chanmi pelan.
“Ya begitu juga denganku, aku juga suka memakai piyama ini” balas Minhwan sambil menggantungkan tuxedo yang baru saja dipakainya itu pada lemari.
“Wah kebetulan sekali ya?” ucap Chanmi yang masih dalam kebingungan. Dilihatnya Minhwan yang akan keluar dari kamar dengan membawa bantal dan guling.
“Minhwan-ssi, kau mau kemana? Kenapa membawa bantal dan guling?” Tanya Chanmi
“Aku ingin tidur di ruang tamu saja, Chanmi-ya”
“Lho kenapa? Bukankah ini kamar kita? Lagipula kan tempat tidurnya luas jadi ini kan bisa untuk kita berdua”
Minhwan pun terkekeh mendengar apa yang dikatakan istrinya. “Chanmi…Chanmi…” ucapnya dengan perasaan geli. “Aku tak bisa tidur bila nanti kau akan menjadi kaku”
Chanmi semakin bingung dibuatnya. “Baiklah nanti Chanmi berusaha tak kaku kok”
Minhwan menatap Chanmi dari kejauhan sambil tersenyum. “Chanmi-ya, aku tak ingin sesuatu yang buruk terjadi padamu”
“Tapi kan Chanmi…”
“sstt…” jari telunjuk Minhwan diletakkan pada bibirnya yang sengaja dimajukan. “Sudah, kau tidur saja. Besokkan kau kuliah hari pertama. Oh iya untuk buku buku sudah tersiapkan di dalam tas ranselmu ya? Jadi kau hanya menyiapkan bajumu saja”
“Kuliah? Aku boleh kuliah, Minhwan-ssi?”
“Tentu saja boleh. Aku tidak punya alasan untuk melarangmu kuliah”
“Ya…siapa tahu dengan Chanmi menjadi istri Minhwan-ssi, Chanmi tidak boleh kuliah lagi untuk mengurusimu…”
“hahaha aku tahu anak seusia dirimu itu masih membutuhkan kehidupan di suatu universitas dan pergaulan muda. Sudah ya? Selamat tidur ya Chanmi~ Have a sweet dream~” kemudian pintu kamar itu pun tertutup.
Chanmi menghela nafasnya dan badannya mulai digerakkan menuju tempat tidur. Bantalnya diletakkan dalam posisi berdiri. Badan Chanmi pun bersandar pada bantal tersebut. Dipeluknya guling yang ada di dekatnya.
Kenapa aku jadi merasa seperti ini? Rasanya ingin menangis tapi aku juga tidak merasakan rasa sedih yang mendalam. Dan juga hatiku terasa hangat bila melihat senyumannya dan tatapan lembutnya. Kenapa rasanya aneh seperti ini
Dilepasnya guling yang dipeluknya tadi kemudian ia menekukkan kakinya. Dipeluk kakinya dan dicium bagian lututnya. Dalam keadaan yang sunyi di kamar itu, Chanmi merasa sedikit tenang untuk merenungi tentang apa yang terjadi apa hari ini dan itu akan mempengaruhi hari selanjutnya.
                                                             ***
Sinar matahari di pagi hari menyinari dunia dan sebagian dari sinar tersebut menyorot pada vertilasi yang ada pada kamar dimana Chanmi masih terlelap karena begitu asyik dengan dunia mimpi yang ada pada alam mimpinya.
KKKRRRRRIIINGGG!!!
Terdengar bunyi alarm yang memaksakan Chanmi keluar dari alam mimpinya dan dengan mata yang masih tertutup, tangannya mencari cari benda yang membuat suara itu begitu berisik. Akhirnya tangannya berhasil memegangi benda tersebut dan dengan terburu buru Chanmi mencari tombol itu mematikan benda itu agar tidak berbunyi. Perlahan dibukakan matanya dan dilihatnya benda itu yang ternyata adalah jam weker yang sudah menunjukkan jam setengah tujuh.
 “Ah, untung aku belum terlambat” ujarnya pada diri sendiri. Perlahan dia bangun dan terduduk di tepi tempat tidur.
“Eh ini aku dimana? Kok bukan kamarku?” Tanya Chanmi yang matanya masih terlihat sayu. Kedua tangannya mengucek ngucek mata dan seketika ia tersentak.
 “Oh iya! Aku kan sudah menikah!” ucapnya kaget sambil memegangi kedua pipinya karena baru menyadari sesuatu.
 “Aish! Pabo Chanmiya” dengan terburu buru Chanmi keluar dari kamar lalu langsung menuruni anak tangga dan menuju ke dapur. Sesampainya terlihat suaminya yang sedang mencuci panci. Minhwan yang merasa ada kehadiran seseorang pun langsung menoleh pada tempat dimana orang itu berdiri.
“Ah selamat pagi., Chanmi-ya” sambut Minhwan dengan lembut.
 “Ah aku terlambat ya? Mianhae Minhwan-ssi……” ujar Chanmi
“Tidak kok. Aku hanya ingin menyiapkan sarapan untukmu agar bisa bersemangat untuk hari pertama kuliah nanti”
“Tapi kan sekarang aku istrimu, Minhwan-ssi. Seharusnya aku lah yang melayanimu. Kenapa jadi kau yang melayaniku”
“Apakah aku tak boleh melayani dirimu, Chanmi-ya?”
“Bukannya begitu sih…tapi kan aku…”
“Sudahlah~” Minhwan pun membawa semangkuk besar yang berisi sup krim ayam. Kemudian diletakkannya di atas meja makan.
“Ayo Chanmi-ya, kita makan bersama” Minhwan pun menarik kursi dari kolong meja makan dan mempersilakan Chanmi duduk disana. Sementara Minhwan duduk di kursi tepat di hadapan Chanmi yang dihalangi oleh meja makan. Chanmi mengambil beberapa sendok sup krim ayam dari mangkok besar kemudian di tuangkan ke mangkok kecil miliknya. Setelah selesai, barulah Minhwan mengambil sup krim ayam tersebut. Masing masing dari mereka memakan makanan tersebut
“Minhwan-ssi, apa kau hari ini kerja?” Tanya chanmi setelah memakan sebanyak beberapa sendok
“Hm…untuk seminggu ini aku ada cuti, Chan”
“Oh ya? Enak dong…Chanmi juga ingin cuti ah”
“Hey, kau ini kan harus kuliah. Apalagi ini hari pertamamu, kan?”
“Iya sih. Tapi kan kalau Chanmi kuliah, nanti Minhwan-ssi jadi sendirian dirumah”
“Hahaha, aku tak apa kok, Chanmi-ya”
“Jinjjayo? Hmm baiklah Minhwan-ssi” keduanya pun melanjutkan kegiatan makannya.
“Oh iya, Chanmi-ya” Chanmi pun segera menoleh pada Minhwan. “Ada yang harus kau ketahui”
“Apa itu?”
“Jangan pernah kau ceritakan pada orang orang yang ada di unversitas bahwa kau sudha memiliki suami. Bahkan pada teman terdekatmu sekalipun. Kau mengerti?”
“Ah iya aku mengerti” jawabnya sambil mengangguk kemudian masing masing dari mereka melanjutkan makannya
                                                              ***
Chanmi pun memasuki gedung universitas dimana tempat ia mendaftar sebagai mahasiswi. Seminggu yang lalu, dia dan para mahasiswa baru lainnya sudah mengikuti masa masa adaptasi yang diselenggarakan dari universitas tersebut. Gadis itu pun berjalan melewati koridor yang ada di lantai dasar.
“Hey, adik durhaka!” teriak seseorang yang membuat langkah Chanmi terhenti. Chanmi menoleh kebelakang untuk mencari sumber suara tersebut.
 Dilihatnya seorang lelaki dengan kaos hitam yang diselimuti dengan jaket berwara biru dan putih dan celana jeans berwarna hitam serta sepatu kets yang menghias di kakinya. Tak lupa topi berwarna ia kenakan. Dengan tangan yang dilipat di belakang kepala, ia pun menyandarkan diri pada tembok. “Bagaimana malam pertamamu? Pasti menyenangkan” ujar lelaki itu dengan nada menyindir.
“Menurutmu?” ketus Chanmi.
“Oh, pasti bahagia sekali ya yang baru saja menikah dan tidak melihat kakaknya yang masih jomblo ini..hmph!” dengan cepat tangan Chanmi membekap mulut Jaehyun begitu mendengar kakaknya mengatakan tentang suatu hal yang harusnya dirahasiakan dengan Minhwan.
“Apa – apaan kau ini?” bisik Chanmi yang sedikit lebih keras. “Seharusnya kau tidak mengatakan hal itu, bodoh! Lagipula, aku ini menikah bukan atas kemauanku sendiri. Kau tak sendiri bahwa ibu dan ayah memintaku menikah dengan alasan memperbaiki bisnis ayahnya Minhwan yang dikatakan krisis itu”
Jari telunjuk orang yang sedang disekap Chanmi pun menunjuk pada mulut yang sedang disekapnya. “Berjanjilah bahwa kau membantuku untuk merahasiakannya, Kim Jaehyun oppa!”.
 Dengan cepat orang yang dipanggil Jaehyun itu menganggukkan kepalanya. Chanmi pun melepaskan tangannya dari mulut Jaehyun. “Aish! Kau ini. Sudah mendahuluiku, mengatakan aku bodoh pula…dasar adik durhaka! Mendahuluinya kakaknya tanpa belas kasihan”
Dengan cekatan kaki Chanmi menginjak pada kaki Jaehyun. Sontak Jaehyun langsung menjerit kesakitan. “Sudah kubilang. Ini bukan kemauanku! Lagipula memangnya apa yang harus aku kasihani pada dirimu? Apa aku harus kasihan pada kau yang tak punya kekasih?” gerutu Chanmi.
“Huh, dasar derpy Jaehyun!” gadis itu menghentakkan kakinya kemudian meninggalkan Jaehyun yang masih kesakitan.
“Orz! Dasar adik yang aneh” keluhnya
“Huh dasar kakak menyebalkan, disaat seperti ini masih saja membuatku kesal” gerutu Chanmi disepanjang ia melangkah di koridor.
“Sudahlah…kalian jangan bertengkar dong” langkah Chanmi terhenti saat mendengar suara perempuan yang terdengar dari belakang. Segera ia menoleh kea ah belakang. Wajahnya langsung terlihat ceria saat mengetahui siapa yang berbicara.
 “Youkyung unnie! Kyaaaa” sekejap Chanmi langsung memeluk perempuan itu erat.
“Aih~ apa kau merindukanku?” ujar Youkyung
“Sangat, unnie-ya!” sahut Chanmi
“Hahaha ada ada saja kau” Youkyung pun membalas pelukan junior barunya yang dulu juga pernah menjadi juniornya di waktu SMA. “Kan kita baru saja seminggu yang lalu bertemu”
“Huh, seminggu itu menurutku lama unnie” Chanmi mengembungkan pipinya dengan bibir bagian bawahnya di majukan. “Lagipula kalau tidak bertemu unnie atau teman temanku yang lainnya membuatku tidak terasa hidup”
“Hey~ bicara apa kau? Memangnya kau tidak merasa hidup dirumahmu? Kkkk~”
“Hmm…… terasa juga sih unn. Hehehe” serunya sambil menyengir
Iya, dirumah bersama orangtuaku cukup membuatku terasa hidup. Tapi kan hanya 3 bulan aku bersama orangtuaku. Tapi entahlah kalau bersama Minhwan nanti. Akan terasa hidup atau tidak
“Kau ini…yasudah. Aku pergi ke kelasku dulu ya? Kau juga sebaiknya masuk karena bel sebentar lagi akan berbunyi” ucap Youkyung sambil mengambil langkah dan dan melambaikan tangannya kecil pada Chanmi.
“Iya unn~~ Annyeong~”
                                                           ***
Waktu untuk belajar pun sudah tiba. Chanmi dan para siswa yang ada di ruang itu menunggu dosen yang akan mengajar pada kelas tersebut. Terdengar suara bising yang sedikit tersembunyi karena masing masing saling bicara. Hanya Chanmi yang terdiam sendirian.
Pintu kelas pun terbuka. Muncullah seseorang dari balik pintu tersebut. Ia berjalan memasuki kelas kemudian ia hadapakan diri pada siswa siswa yang ada di kelas itu. Para siswa yang tadinya terdiam kini kembali bersuara saling berbicara
“Wah, inikah guru kita? Mengapa sangat tampan?” ujar seorang gadis berambut blonde
“Aigoo matanya sangat indah” ujar gadis berambut cokelat
“omona~ beruntung sekali aku bisa berada di kelas ini” tambah gadis berambut hitam pendek
Itulah komentar komentar pada mahasiswa khususnya para perempuan saat melihat seseorang yang ada di hadapan mereka. Sementara Chanmi hanya terdiam dalam kebingungan. Gadis itu semakin bingung ketika ia melihat mata seseorang tersebut menatap pada Chanmi.
 “Eoh? Kenapa beliau menatapaku seperti itu? Apa dia mengenalku?” tanya Chanmi dalam hati
--

Tidak ada komentar:

Posting Komentar